ARC 01: Antagonis 11

3.1K 188 0
                                    

Chapter 11 : Perpustakaan

Ting!

'UNTUK PACAR DOM.docx'

Dibukanya file berjudul absurd kiriman dari Dominic itu lalu nampaklah segala informasi mengenai Savira Lavigne, mulai dari latar belakang hingga orang-orang terdekat dan pernah berhubungan dengannya.

Mata Bella semakin menajam saat membaca informasi tersebut, lalu saat melihat kata 'tunangan' serta nama tunangan gadis itu, dirinya tersenyum aneh lalu terdengar suara notifikasi pesan masuk lagi dari Dominic.

'Pemungut sampah ternyata.'

Lantas Bella terkekeh saat membaca pesan dari pria itu, lalu jari-jarinya bergerak dengan cepat membalas pesannya.

'Dendam banget kayaknya?'

'Ga lah, ngapain dendam sama sampah?'

Bella hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu memilih untuk memejamkan matanya dengan senyum miring diwajahnya.

Gadis itu sungguh beruntung.

***

"Di kafe aja kenapa sih?!"

"Di apart gue aja!"

"Kafe!"

"Apart! Kalau lo ga mau ngerjain di apartemen gue, gue ga mau ngerjain tugasnya."

"ARGH! DASAR COWO GILA!"

Rebecca menutup telinganya dengan earphone sambil mendengus kesal, kedua orang itu lagi-lagi bertengkar karena masalah sepele, padahal hanya membahas tempat untuk mengerjakan tugas kelompok.

Hari ini, entah mengapa guru yang mengajar memberikan tugas kelompok yang terdiri dari dua orang, dan anggotanya adalah teman disebelahnya.

Jadi berakhirlah dengan Bella dan Dominic satu kelompok. Tapi saat memutuskan mengerjakan dimana, pria itu bersikeras mengerjakannya di apartemen pribadinya, tentu saja Bella menolak. Bagaimana jika pria itu berbuat yang tidak-tidak padanya?

Tapi akhirnya dia mengalah juga daripada ia mengerjakannya sendiri.

Bella menghembuskan nafasnya kesal dan membuang pandangannya kearah lain, lalu seperti mengingat sesuatu, dia tersenyum penuh perhitungan.

"Ca, ntar temenin gue ke perpus ya?"

Rebecca sontak menoleh dan menatap gadis dihadapannya dengan bingung, tumben sekali? namun tak mau ambil pusing, dirinya hanya mengangguk.

"Gue ga di ajak?"

Hening, tidak ada jawaban.

Rupanya Bella masih marah pada pria itu. Dominic mendengus, "Ga perlu lo ajak, gue bisa ngikutin lo."

"Dasar lintah!"

"Who's care."

Saat bel istirahat kedua berbunyi, mereka berjalan menuju perpustakaan dengan Dominic mengikuti dari belakang, tidak berani berjalan disamping Bella karna gadis itu akan kembali memarahinya.

Sebenarnya, Bella mempunyai alasannya sendiri untuk pergi ke perpustakaan, selain mencari materi untuk tugas makalah kelompoknya, ia juga ingin menemui seseorang.

Dominic menatap berbagai rak yang dipenuhi oleh buku-buku tebal, seketika ia merasa mengantuk, ah dia benar-benar benci dengan perpustakaan.

Dominic berjalan menuju meja pojok lalu duduk sembari memejamkan matanya dan tertidur, sedangkan Rebecca menuju kederetan rak buku novel.

Bella menatap keduanya lalu berjalan mencari buku yang akan menjadi referensinya, setelah beberapa saat dirinya sudah memegang tiga buku yang lumayan tebal. Bella mencoba mengambil buku yang tempatnya lumayan tinggi, ia berusaha menggapainya dengan berjinjit dan melompat namun hasilnya nihil.

"Sialan, kenapa tinggi banget sih? ini juga kenapa badan gue pendek banget?!" Ia mengumpat seraya menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal lalu kembali berusaha mengambil buku tersebut.

Saat ia akan menyerah, sebuah tangan dengan jari yang indah nan ramping muncul dan mengambil buku yang dia inginkan.

Bella berbalik lalu menatap terkejut pria dihadapannya, dari jarak yang sangat dekat Bella bisa melihat pantulan dirinya dimanik mata biru laut yang dalam dan misterius itu.

Mengenakan kacamata berbingkai tipis tidak mengurangi pesonanya ataupun terlihat seperti kutu buku, namun membuatnya terlihat begitu dewasa dan tenang.

Saat Bella hampir terpesona oleh mata indah pria itu, dia mendengar suara lembut namun terkesan dingin mengalun ditelinganya.

"Ini bukunya."

"A-ah? makasih banyak."

Setelah dia mengambil buku itu, pria didepannya berbalik dan berjalan meninggalkannya.

Jantung Bella berdetak dengan kencang dan kakinya terasa lemas. Bukan, bukannya dia jatuh cinta atau menyukai pria itu, tetapi dirinya ketakutan.

Sialan, aura pria itu benar-benar mematikan.

Berbeda dengan Dominic yang mendominasi, Vermandes memiliki aura yang halus dan tenang namun disaat bersamaan juga menyeramkan, jika kau tidak berhati-hati kau akan tenggelam dilautan tanpa batas.

"Bel!"

Merasa tepukan dibahunya, Bella menoleh dan mendapati Rebecca yang membawa setumpuk buku novel dipelukannya.

"Udah dapat bukunya? ayo cari Dominic."

Bella hanya mengangguk lalu berjalan bersama Rebecca untuk mendatangi Dominic.

Dominic terbangun dan menatap Bella yang duduk disebelahnya, entah mengapa dirinya merasa ada yang berbeda dari gadis itu.

Gadis itu...seperti ketakutan?

"Bel?"

"Bella?"

"Bella?!"

"Sayang?!"

Bella tersadar dari lamunannya saat merasakan bahunya diguncang pelan.

"Ah? iya? kenapa?"

"Ngelamunin apa?"

Bella menggeleng pelan lalu kembali fokus membaca buku untuk mencari materi makalah mereka, Dominic yang melihat Bella berusaha bungkam pun hanya diam.

Dominic menghela nafas lalu mengelus kepala gadis itu, ia berbicara dengan suara yang lembut, "Kalau ada apa-apa, kasih tau gue ya?"

Lagi-lagi Bella hanya mengangguk, dirinya sedikit takut pada Vernandes, padahal kalau dipikir-pikir karakter pria itu adalah yang paling normal diantara yang lainnya.

Lalu, entah kenapa terlintas sebuah pemikiran yang sedikit gila di kepala cantiknya.

Bagaimana kalau dia menjinakkan para monster ini?

***

Pemanis:

Dreamland [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang