🧚♀️🌷
"WOI DIRGANJING! PARAH LU COK!" Teriak Noya tidak Terima tangan ku terjepret karet oleh seseorang yang aku sendiri belum tau.
"Eh, kena ya? Maaf banget astaghfirullah, demi Allah saya tidak mungkin sampai hati menjepret tangan kamu, saya tidak sengaja, saya hanya ingin menjepret cicak di samping anda, eh meleset hehehe" Jawab laki-laki itu yang agak.. Aneh? Kalimat yang kaku banget.
"Loh, anak ustadz kyai itu?! Siapa itu aku lupa pokoknya kamu anak kyai ustadz?! Anj- eh astaghfirullah, maaf ya Gus! Astaghfirullah Ya Allah gak bermaksud Gus! Astaghfirullah, demi apa"
"Demi apa? Loh saya yang bersalah loh, kenapa kamu yang minta maaf?" Ujar cowo yang di panggil 'Gus' oleh Noya. Jujur aku bingung, ada apa ini? Dan Gus? Emang dia kyai? Kelihatan seumuran ku.
"Gini Gus, saya tadi gak sengaja berkata tidak senonoh, apalagi meneriakki Gus, saya kira Dirga, soalnya jaket sama rambut mirip ehehe, Gus sih! Salahnya pakai masker jadi gak tau saya, eheheh.. Maap yaa" Celetuk Noya. Minta maaf tapi tetap menyalahkan, agak laen emang.
"Santai saja, Ngomong-ngomong itu mbak yang disamping nya, maaf ya tangannya, demi apapun saya tidak sengaja, sungguh"
"Nggih Gus, sante mawon" Ucap ku yang terdengar sembrono.
"Sebaiknya jangan panggil Gus disini, panggil nama saja, oh ya duluan, pesanan saya sudah selesai, terimakasih, Assalamualaikum"
"Oh ya, Waalaikumsalam" Jawab ku dengan Noya bersamaan.
"Bejirr tuh gus prik banget astaghfirullah, masak cuma cicak doang? Aneh banget gak sih?" Heran Noya terhadap Gus yang baru saja meninggalkan tempat itu.
"Gus abal-abal maybe," Opiniku. Bayangkan saja, dia njepret cuma gara-gara cicak? Hanya orang aneh yang bisa melakukan, yah salah satunya orang itu.
"Ngawur tenan kwe i! Itu beneran anak ustadz woii, gus!" Ucap Noya meyakinkan.
"Kek tau aja lo Noy!"
"Emang! Gatau aja gwe sering ikut pengajian ibu-ibu, macam-macam pengajian lah, dan gue apal tu Gus anaknya Kyai Haji Mahmud Salim"
"Alim juga lo ternyata sampe sering ikut pengajian"
"Ye emangnya elu! Bisa-bisa kepanasan lu ikut pengajian dibacain ayat suci!"
"Sesyaiton-syaitonnya gue, gak pernah sampai segitunya ye!" Ucap ku sambil beranjak pergi ke kasir untuk mengambil ice cream nya dan sekaligus membayar nya.
Setelah kembali, aku kembali duduk di tempat semula sambil menaruhkan ice cream pesananku dan Noya. "Nih ice cream nya, btw gabut nih Noy, cerita dong tentang apapun yang ada di jogja ini, apa aja deh, baik or buruk oke aja deh"
"Oke, apa aja ya ini. Emm lo pernah dengar gak sih Kou, kalo tiap kita melewati hal-hal yang berbau mistis dan kita melewati nya pakai kendaraan motor or mobil, kita harus nge bel or nyalain klakson?" Kata Noya memulai pembicaraan ini.
"What?! Gatau sih jujurly, tapi itu beneran? Biar apa coy? Buat ngormatin setan? Aneh amat"
"Yup tepat sasaran, ya kurang lebih emang buat menghormati arwah atau penunggu atau makhluk-makhluk tak kasat mata disana, jadi ya kita perlu nge-bel or nyalain klakson, tanda hormat doang sih, emang mitos, cuma kadang aku terapin. Soalnya takut woy klo sampe setannya ngikutin ampe rumah!" Ujar Noya sambil menyeruput ice cream yang ia beli.
"Terus apa lagi yang lu tau Noy? Gue pen tau mitos-mitos yang ada di Jogja woii"
"Mending tanya langsung ama mbah surip nenek mu itu, dia lebih tau. Sebenarnya banyak sih mitos yang bikin merinding gitu, salah satunya gak boleh pake baju ijo ke pantai selatan itu mitos udah terkenal kan? Bahkan yakin banget lo udah tau sebelum ke Jogja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweetness of Life
Novela Juvenil"Pahit manis kehidupan selalu menyertai kehidupan semua orang, termasuk kehidupan ku"~Kaikoura 🌷