Sudah terbit di KBM App
Dan ceritanya 40% berbeda dengan yang di Wattpad. Penulisan juga lebih rapi dan minim typo
-----
"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" astaga.. sumpah!! Gue malu banget tadi!" Gerutu Aleya di balik bantal.
Ia baru saja meletakkan koper Hanafi di kamarnya, yang terletak di samping kamar Aleya. Kini ia sedang rebahan di atas kasurnya setelah berganti seragam.
" Arghhh... Bisa-bisa nya ni mulut lancar banget ngomongnya, kayak udah pingin cepet nikah aja" ucap Aleya sambil menepuk mulutnya berkali-kali.
Tok! tok! tok!
Suara ketukan pintu terdengar, itu adalah suara ketukan dari pintu kamarnya.
" Siapa?!" Tanya Aleya malas untuk beranjak dari tempat tidurnya, karna sedang datang bulan membuat Aleya malas untuk Banyak bergerak.
" Ini abang" jawab orang itu dari luar, yang ternyata adalah Hanafi.
" Owh, masuk aja! Pintunya gak di kunci bang" jawab Aleya, mengatur posisinya menjadi duduk yang sebelumnya rebahan.
Cklek!
Pintu kamar terbuka, menampilkan wajah Hanafi dengan jubah hitamnya, sepertinya baru siap sholat Ashar di masjid.
" Kenapa bang?" Tanya Aleya sembari duduk dengan posisi kaki menyilang di atas kasur.
" Turun gih, tamu masih ada, kamu malah ngurung diri di kamar" ucap Hanafi mendekat pada adiknya.
" Harus bang? Kan ada abang, ada Abi, ada ummi Juga, malas tau" sebal Aleya.
" Hih! Itu tamu buat kamu juga! Kan calon suami kamu itu!" Omel sang kakak.
" Ihhh, masih calon bukan suami!" jawab Aleya kesal, ia bersedekap dada dengan pipi yang mengembung tanda sebal.
" Aelah Zah, turun aja Napa? Bentar lagi mau makan malam sama juga" ucap Hanafi kemudian menarik-narik lengan adik nya.
" Ihhh... Baru calon aja nyusahin, gimana jadi suami ntar, ngapain pake makan malam di sini segala sih?" Ucap Aleya kemudian menurut untuk berdiri.
" Gak papa kali Zah, hitung-hitung Pdkt sama calon mertua" goda Hanafi.
" Calon mertua palak lu kak" kesal Aleya lalu berjalan mendahului abangnya keluar kamar.
" Heh! Mulut mu itu minta di tabok, denger calon suami baru tau kamu" ucap Hanafi.
" Bodo amat, masih calon juga!" Ucap Aleya berlari meninggalkan abang nya.
***
Kini dua keluarga itu telah berkumpul di meja makan, para bapak-bapak yang asik berbincang, ibu-ibu yang sedang menyiapkan makanan, lalu Fathar yang sedang bermain ponsel untuk mengalihkan kebosanannya, sedang kan Aleya sedang dengan wajah kesalnya, karna sedari tadi Hanafi yang terus menggodanya.
" Ganteng ya calon suami kamu" ucap Hanafi dengan wajah yang sangat menjengkelkan.
" Makin cepat ini kamu hijrah kalo seperti ini, denger- denger dia Gus tau!" Bisik hanafi.
"CK! Diem Napa bang! kalo abang manasin Ara Mulu, abang aja nikah sama dia" ucap Aleya kesal sambil tangannya menunjuk ke arah Fathar.
Ia kesal karna mendengar kakaknya dari tadi yang mengoceh memuji Fathar.
"Mana bisa, abang kan cowok, kalo cewek baru mau abang" ucap Hanafi terkekeh.
"Ihhhh.... Mending abang diem aja deh! Ngeselin tau gak!" Kesal Aleya sambil menghentak-hentakkan kakinya di bawah meja.
"Waduh. Adikku bakal nikah nih" goda Hanafi, ia sangat hobi membuat adiknya itu kesal.
Aleya beranjak dari tempat duduknya, kemudian menghampiri ummi dengan wajah cemberut, tampak sangat lucu.
"Ummi... Liat Abang. Abang Hanafi gangguin Ara Mulu" Adu Aleya.
"Hih... Pengadu" cibir Hanafi, Aleya membalas dengan memeletkan lidahnya.
"Abang... Jangan suka gangguin adeknya, setelah kamu menetap disini, kamu yang bakal umi jodohin" ucap ummi, yang sedari tadi samar-samar mendengar pertengkaran anaknya itu.
Hanafi tergelak "kok gitu" ucap Hanafi tak terima.
"Rasain! Jodohin sama cewek yang cerewet Mi, biar tau rasa abang" ucap Aleya memanas-manasi.
Hanafi ingin menghampiri Aleya, namun tak jadi karna ummi menegurnya.
"Jangan berantam Mulu abang" tegur ummi. di samping ummi, Aleya tertawa tanpa suara, mengejek abang nya.
Hanafi mendengus, kemudian Aleya kembali ke tempat duduknya di samping Hanafi.
"Lucu" batin seseorang, siapa lagi kalau bukan Fathar.
"eh.. Astagfirullah" ucap Fathar beristigfar, saat tau apa yang baru saja ia katakan tadi.