Satu bulan berlalu tak terasa Seungwan sudah berada di rumah mewah ini tanpa bekerja hanya membersihkan rumah seperlunya. Entahlah ia hanya di beri makan tanpa bekerja sedikitpun. Seungwan sempat berpikir untuk pergi ia merasa takut jika nanti terjadi hal buruk padanya. Yang Seungwan takutkan jika nanti wanita itu akan menjual organ tubuhnya dan ia akan mati mengenaskan sebelum menikah.
Hujan mulai turun Seungwan berdiri di depan jendela tepat menghadap kearah gerbang dimana sang pemilik rumah datang. Dengan wajah memerah penuh amarah membuat Seungwan takut. Walaupun ia melihat melalui jendela, namun wajah wanita itu terlihat begitu jelas kalau sedang marah.
Brak
Suara barang jatuh terdengar oleh telinga Seungwan membuatnya segera berlari keluar menemui pemilik rumah ini, dengan hati-hati ia mulai mencoba bertanya. "Nyonya Hwasa anda baik-baik saja?" tanya Seungwan pelan. Wanita itu menoleh dengan tatapan tajam, memicingkan kedua mata bulatnya. Senyum licik terpancar jelas di wajah wanita itu.
Perlahan Hwasa mendekat kearah Seungwan sambil membelai lembut rambutnya. "Hari ini aku kalah berjudi, semua uangku habis yang tertinggal hanya rumah ini. Tetapi aku tidak ingin kehilangan rumah ini." ucap Hwasa masih mengelus lembut rambut hitam Seungwan.
"Maksud nyonya?" tanya Seungwan begitu polos. "Bagaimana kalau kau saja yang aku jual? Bukankah selama ini kau sudah ku berikan tumpangan disini?" bisik Hwasa.
Kedua mata Seungwan membulat seperti ingin keluar dari tempatnya. Ia merasa takut dan ingin kabur, akan tetapi cengkraman Hwasa membuatnya tidak bisa kemana-mana, hanya bisa pasrah.
Mata Seungwan mulai berkaca-kaca." Nyonya aku mohon jangan lakukan itu, aku berjanji akan bekerja, supaya bisa menghasilkan uang untuk anda tapi jangan jual saya." Mohon Seungwan. "Tidak, kau akan ku jual dengan laki-laki hidung belang di club malam. Supaya aku bisa mendapatkan uang untuk berjudi lagi, ku lihat tubuhmu begitu indah, cantik pasti kau akan banyak pesanan jika aku menjual mu di sana." tegas Hwasa.
"Aku mohon jangan lakukan itu nyonya." Mohon Seungwan lagi dengan berlutut berharap bisa merubah keputusan itu. "Tidak, cepat kurung gadis ini jangan sampai lepas. Besok aku akan membawanya ke club' untuk menghasilkan uang" ucap Hwasa dengan senyum liciknya.
Seungwan tidak bisa melakukan apapun selain pasrah dengan takdirnya. Hidupnya benar-benar hancur setelah di tinggal pergi sang ibu kini ia harus rela ketika orang yang member tempat tinggal kini akan menjualnya di club'. Ia terus menangis hingga malam mulai datang, kedua mata Seungwan sudah membengkak akibat mangis semalaman ia mulai terlelap menuju alam mimpi dengan harapan semua ini hanya mimpi.
~~~~~~~~
Kring kring kring
Suara jam weker mengusik telinga Seungwan yang masih memejamkan kedua matanya. Ia enggan bangun mengingat kejadian kemarin, hatinya terasa takut ketika berhadapan dengan Hwasa.
Tok tok tok
Ketukan pintu membuatnya kembali membuka mata. "Seungwan bangun." teriak Hwasa sambil terus mengetuk pintu kamar miliknya. Dengan rasa takut ia membuka pintu sambil menundukkan kepala. "Cepat bersiap karena hari ini kau akan ikut denganku ke tempat kerjamu." perintah Hwasa.
Seungwan hanya bisa mengikuti perintah itu tanpa bisa menolak meminta tolongpun percuma, tidak ada satu orangpun yang akan menolong dirinya saat ini. Hwasa melempar paper bag pada Seungwan yang berisikan baju untuknya.
Menunggu cukup lama Seungwan berjalan keluar menuju ruang tamu dimana Hwasa sudah menunggunya di sana sambil menghisap rokok yang ada di tangannya. Senyum liciknya mengembang ketika Seungwan mendekat kearahnya menggunakan pakaian yang dibelikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/357988314-288-k261853.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Night With MR Park
Short Story"Sejujurnya aku tidak ingin berada di tempat ini bersamamu, tetapi semua sudah terjadi aku tidak bisa berbuat apa-apa." Son Seungwan Nasi sudah menjadi bubur, itulah yang sudah terjadi pada gadis mungil yang harus menerima kenyataan, jika ia harus...