3. Restu

4 2 0
                                    

Dengan pakaian kusut Jevan berjalan tertatih-tatih menahan rasa sakit di kepalanya untuk memasuki rumah. Tiffany yang melihat itu langsung memapah tubuh Jevan yang menghilang selama satu hari menuju dapur. Mengambil segelas air dan mendekat, mata Jevan terpejam merasakan air dingin menerpa wajah tampannya.

"Setelah menghilang sehari semalam dan sekarang kau pulang dalam keadaan mabuk. Apa beban hidupmu begitu berat?" ketus Tiffany memarahi Jevan.

"Hidupku berat karana Mama," ujar Jevan mencoba menarik seluruh kesedarannya kembali. Jevan menjatuhkan tubuhnya di kursi pantry setelah membasuh wajahnya.

"Aku hanya ingin Harin."

"Harin hanya ingin hartamu Lee Jevan cari yang sebanding."

"Jika dia ingin harta maka aku akan memberikannya hal itu."

"Dia akan membuat harga dirimu hancur."

"Jika itu yang akan dia perbuat maka aku siap merelakan harga diriku."

"Jika kau menikah dengannya Mama akan bunuh diri. Dan sekarang kau akan berkata 'jika itu aku akan merelakan ibuku?' begitu Lee Jevan?"

"Beri Harin kesempatan."

"Satu kesempatan yang akan membuat keluarga kita hancur."

"Ini sangat memuakkan, jika kau ingin menikah aku akan mencarikanmu gadis yang jauh lebih sempurna darinya."

"Aku hanya menginginkan Harin."

"Aku benar-benar akan bunuh diri," erang Tiffany depresi.

Sreng!

Pisau itu berdecit ngilu karena Jevan menariknya dengan cepat dari keranjang. Pisau tajam itu ia todong ke depan leher Tiffany. "Bagaimana sekarang, mama siap?" Tiffany terkejut, Jevan benar-benar durhaka.

"Karena aku sayang mama, aku akan menggantikan posisi mama. Aku akan membunuh diriku sendiri," pisau yang membuat napas Tiffany tercekat itu berpindah ke leher Jevan sendiri. Tiffany dapat melihat Jevan menggores kecil bagian lehernya, hingga darah itu mencicir sampai ke tulang selangka.

"Baiklah-baiklah kau mendapatkan apa yang kau inginkan malam ini."

"Sekarang letakan pisau itu ya sayang?" ujar Tiffany lembut menggapai tangan putranya untuk menjatuhkan pisau yang mengerikan itu. Jantung wanita itu hampir berhenti berdetak melihat aksi nekat Jevan, lebih baik menerima Harin dari pada kehilangan Jevan. Kehilangan Jevan adalah mimpi terburuk yang pernah ada.

"Bawa dia kemari besok kita tentukan semua urusan pernikahan," ujar Tiffany membuang muka sebab tak ingin melihat wajah girang Jevan yang terlihat mengerikan sekarang.

"Sekarang saja aku akan...."

"Sudah malam."

"Lebih cepat lebih baik."

"Besok atau tidak sama sekali."

"Hihihi terima kasih Mama cantik," Jevan mengecup singkat kening Tiffany dan berlalu ke kamarnya dengan kikikan yang terdengar menggelikan untuk Tiffany. Ibunya menyeringit membayangkan sebentar lagi ia akan berbaur dengan orang miskin seperti Harin.

Harin memandang polesan indah di wajahnya, senyumnya terukir lebar karena sebentar lagi ia akan memasuki rumah Jevan kembali, bukan untuk meminta restu tapi melainkan menghitung hari pernikahan. Jevan menggandeng lengan Harin untuk masuk, menghampiri Tiffany yang sama sekali tidak tersenyum terhenyak di kursi meja makan.

Tiffany menarik nafasnya panjang ketika mendengar tarikan kursi di depannya. Jevan memang memperlakukan Harin layaknya putri kerajaan. Sebelum menghitung, mereka menyempatkan makan malam terlebih dahulu.

"Jadi kita tetapkan pernikahan kalian bulan depan. Semuanya akan diurus oleh diriku," Tiffany berujar malas-malasan. Sebenarnya Harin bisa membaca raut wajah tidak ikhlas dari calon ibu mertuanya, tapi apa peduli Harin? Ia sudah terlanjur sangat mencintai Jevan.

"Satu bulan terlalu lama," protes Jevan.

"Pernikahan itu harus...."

"Aku sudah tidak sabar, bukankan satu minggu sudah cukup untuk mempersiapkannya."

"Terserah dirimu."

"Jevan setelah kau menikah kau harus tetap tinggal bersama Mama. Harin akan menjadi menantuku tapi mama akan menganggap Harin tidak ada di rumah ini."

"Mama!"

"Berhenti membantahku. Dia memenangkan dirimu tapi tidak diriku. Mama tidak akan berbuat buruk padanya tapi mama tetap tidak akan menganggapnya ada di rumah ini."

"Untukmu Harin, jika kau tidak setuju atau kau tidak setuju Jevan. Kalian bisa membatalkan pernikahan ini sebelum kalian menyesal."

"Tidak ma, kami tetap akan menikah."

"Terserah kalian, semoga pernikahan kalian bahagia. Tapi jangan terkejut jika aku berusaha membuat kalian bercerai. Aku ingin tau seberapa kuat kalian bertahan."

"Kami tidak akan terpisah hanya karena gangguan mama."

"Maka kau yang harus siap-siap kehilangan mama Je."

"Aku tidak akan membiarkan mama pergi dengan mudah."

"Terserah dirimu aku sudah muak memberimu peringatan. Aku lelah," Tiffany berlalu begitu saja tapi Harin dapat melihat dengan jelas bahwa Tiffany baru saja memberikan pandangan mata samping padanya.


~To Be Continued~

I Just Need Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang