*****
"El, gue boleh masuk?" Cakra yang berumur enam belas tahun itu mengetik pintu kamar Elzan.
"Masuk!" Cakra tersenyum mendengarnya, ia segera membuka pintu kamar Elzan. Saat masuk ia melihat Elzan sedang duduk di tepi ranjang, laki-laki itu terlihat sedih dan murung.
Cakra mendekati Elzan, duduk di samping Elzan, lalu memegang bahu Elzan. "Gagal lagi, El?"
Elzan menoleh ke arah Cakra, sepupunya. Kemudian mengangguk kecil, membuat Cakra menghela napas panjang. "Cukup, El. Nggak ada gunanya lo kayak gini terus. Nyakitin terus hati lo."
"Kenapa gue selalu gagal dalam percintaan?" cicit Elzan yang berumur enam belas tahun itu.
"Karena belum umurnya, El. Jangan mau jadi cowok yang gampang dimanfaatin. Ada saatnya lo bakalan ketemu sama cewek yang tulus mencintai lo, yang bisa menerima sikap lo, entah dalam maupun luar. Gue yakin itu." Balas Cakra.
Elzan menggeleng kecil, "gue nggak yakin akan hal itu, Cakra. Gue selalu gagal. Semua cewek di sekolah udah jijik sama gue, padahal mereka pakai juga uang gue."
"Berhenti, ya? Udah cukup, udah cukup dekatin banyak cewek. Karena nggak ada yang tulus sama lo. Nggak ada satupun cewek yang mau menerima sikap manja lo. Udah, El. Berhenti."
"Kenapa, Cakra? Gue ganteng, gue kaya, tapi itu nggak membuat gue dicintai dengan tulus. Cewek maunya apa sih? Apa pun yang gue lakuin pasti salah, padahal gue cuma mau mencoba macarin,"
Cakra menghembus napasnya, ia mengelus bahu Elzan dengan lembut, "lo ganteng, lo kaya, lo sangat cocok buat dapetin cinta yang tulus, tapi sekarang emang belum waktunya, El."
"Percaya sama gue, suatu saat ada cewek yang tulus mencintai lo, yang bisa menerima semua sikap lo, yang bisa menerima trauma lo, dan nggak mandang apa pun yang lo punya." Cakra membawa Elzan masuk ke dalam dekapannya.
Gue selalu gagal dalam percintaan.
****
Abraham membuka pintu utama rumahnya, ia melihat Cakra yang rapi menggunakan pakaian kerjanya, Abraham tersenyum. "Cakra? Masuk, Nak."
Cakra mengangguk, ia masuk ke dalam. Abraham kembali menutup pintu utamanya. "Om, El udah tiga hari nggak masuk. Perusahaan butuh El, Om."
Abraham mengangguk mengerti, "El nggak mau keluar kamar sudah tiga hari, Cakra. Kamu bisa bujuk dia? Saya udah nggak bisa."
Cakra mengernyit, "memangnya apa yang salah, Om? Apa yang membuat El seperti itu?" tanya Cakra. Karena ini adalah puncak masalahnya Elzan mengurung di dalam kamar.
"Om menjodohkan dia dengan perempuan pilihan Om, Cakra." Jujur Abraham.
Cakra terkejut mendengarnya, "Om? Kenapa seperti itu? Bukannya dia menyukai...."
"Bujuk dia agar keluar kamar, Cakra. Om ada urusan hari ini. Membicarakan pertemuan dengan pihak kedua." Ucap Abraham.
****
Cakra menghela napas panjang, dengan berani ia mengetuk pintu kamar Elzan, "El, gue boleh masuk, nggak?"
Tak ada jawaban, keadaan hening sekali, rumah ini seperti tak ada penghuni. Cakra mencoba mengetuk lagi untuk kesekian kalinya. "El, kasih gue waktu untuk bicara sama lo. Gue mohon, El."

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ELZAN
RomanceElzan Rafanizan, pria yang selalu gagal dalam percintaan. Ia tidak tahu apa yang kurang dalam dirinya sampai perempuan yang ia sukai tidak pernah mencintainya dengan tulus, bahkan bisa saja menolak seorang Elzan. Sejak dirinya masih sekolah, hingga...