46

1.5K 175 4
                                    

“Kak Jeff, aku di sini!”

Jeffrian menggulirkan netranya mengikuti sumber suara yang terdengar berteriak memanggil namanya. Mungkin akan sangat mudah untuk menemukan presensi Jeano andai saja tidak banyak murid di sekitar kelas Jeano yang berlalu-lalang sehingga nyaris memantik percikan emosi dalam raganya.

Sial, dimana, sih?!

“Kak Jeff.” Bahunya ditekan dari belakang. Sesegeranya Jeffrian membalikkan badannya dan seketika menghembuskan napas lega kala sosok yang tadi mencoleknya tersebut tidak lain adalah oknum yang tengah dicari. “Halo! Gimana ujiannya? Gampang, ‘kan? Sesuai materi yang udah aku stabilo, nggak?”

Tanpa menjawab satupun diantaranya, Jeffrian putuskan untuk mengambil langkah menjauh. Yang lantas diikuti oleh Jeano yang setia mengekor dibelakang sambil merengek agar Jeffrian menyahuti pertanyaannya tadi. Apalagi salahnya sampai Jeffrian mengabaikannya seperti ini?

“Biasa aja,” jawab Jeffrian, akhirnya. Pemuda itu mengambil sekotak susu perisa pisang di dalam freezer dan menyerahkannya kepada Jeano. “Lo?” Sebelah alisnya mengenyit, lumayan penasaran akan cerita dari si mulut cerewet yang sedang cemberut itu.

Jeano berdehem panjang. Tak mengindahkan kala tubuhnya tengah dikurung oleh kedua lengan Jeffrian yang sedang mengambil beberapa bungkus cemilan keju pada rak teratas. Tiadanya reaksi membuat Jeffrian sempat meliriknya. Senyum tipis terpatri samar diwajahnya ketika mendapati pias berpikir Jeano yang sudah ancang-ancang ingin menjawabnya hingga spontan Jeffrian langsung mengalihkan pandangannya lagi.

“Lumayan susah, sih. Tapi, nggak apa. Masih banyak yang bisa aku jawab.” Jeano tersenyum lebar. “Oh, ya! Ngomong-ngomong, tadi aku satu lokal sama Erico, lho. Sama Mahendra juga. Seneng banget!”

Seakan membeku, Jeffrian biarkan tangannya yang nyaris ingin mengambil sebungkus keripik singkong; mengudara. Entah kenapa seperti ada reaksi tak biasa di dalam Jeffrian yang seolah menghidupkan radar bahaya tatkala mendengar Jeano menyebutkan nama tersebut.

Jeano mengangkat kepalanya ke atas. Dimana sosok Jeffrian sedang menatapnya menggunakan visus yang menyorot tajam ke arahnya. Yang mana hal tersebut berhasil memicu binar gamang yang sebenarnya sudah lama tak Jeffrian lihat eksistensinya.

Mungkin kali terakhir saat ia membawa paksa Jeano ke apartemennya? Entahlah. Jeffrian lupa dan sejujurnya tak ingin mengingatnya juga.

“A-aku salah ngomong, ya? Maaf ...” ucapnya penuh penyesalan. Meskipun dia tak tahu pasti perihal apa yang menjadi penyebab kemarahan yang teramat tiba-tiba oleh Jeffrian ini.

“Mau makan apa?”

Sesaat, Jeano dibuat termangu. Tak cukup memahami akan mood swing yang tengah dialami kekasihnya itu. Sesaat dia lihat tadi Jeffrian tengah marah kepadanya dan kemudian, berubah drastis menjadi lembut walau tak serta-merta menghilangkan kesan intimidatif pada wajahnya.

Tapi, yang namanya Jeano mana mungkin tak tergiur ketika ditawari makanan. “Gado-gado nggak pakai kecambah.”

Jeffrian mendengkus berat. Lantas, membawa figur kecil tersebut menuju meja kantin yang sempat ditempati oleh ia dan antek-anteknya tadi. Jeano dibiarkan duduk di sana dengan meja penuh snack ringan, sementara dirinya pergi untuk membawakan pesanan sang pacar.

Begitu punggung lebar Jeffrian terasa mulai menjauh dan berangsur membaur dengan keramaian antrian panjang, Jeano bergegas mengambil ponsel dari saku zipper hoodie yang tengah dipakainya. Jarinya dengan cepat mengetik sesuatu di note.

..

Hal-Hal Yang Nggak Boleh Dilakuin
(Berdasarkan Observasi Menyeluruh ke Setiap Buntut Kelakuan Ajaib Kak Jeff)

1. Cerewet (nggak bisa!)
2.  Ngomong jorok (emang nggak pernah, kok)
3. Balik marah ke Kak Jeff (nyebelin banget!)
4. Peluk orang lain selain Kak Jeff
5. Menelin orang lain selain Kak Jeff
6. Nangis di depan orang lain selain Kak Jeff
7. Minta puk-puk pas tidur ke orang lain selain ke Kak Jeff
8. ... (nggak tau, tunggu aja entar)

..

Jeano meniup poninya yang terasa menggelitik dahi. Birainya menukik ke atas. Ia lupa ingin menulis apa.

Gunungan penuh gado-gado di atas piring menyita perhatian Jeano dari ponselnya. Kontan ia menyunggingkan senyum lebar. Dibarengi dengan datangnya Jeffrian yang telah duduk di depannya. “Sesuai kesukaan lo, gue minta banyakin kuah kacangnya sama kerupuk ke Ibu Kantin.”

“Kak Jeff nggak makan?”

“Udah, tadi sama member lain The Chipmunks.”

Jeano mengangguk saja. Perhatiannya tertuju pada sepiring tumpukkan penuh topping gado-gado yang tampak begitu menggiurkan dengan kuah yang meluber hingga keluar piring. “Kak Jeff, ma—”

“Gue nggak suka kacang.” Karena Jeffrian beranggapan jika kacang adalah pemicu utama dari timbulnya jerawat pada wajah tampannya.

Yang lebih muda serempak menggidikkan bahu. “Ya udah, kalau nggak mau.” Tangannya begitu cepat melahap sendok demi sendok yang disuap sendiri ke dalam mulut.

“Jadi, seberapa deket lo sama si Mahen Mahen itu?”

Oh.

..

8. Jangan pernah ngomong soal Mahendra di depan Kak Jeff!

..

[.]

YOGURT SHAKE   +jaenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang