70

715 54 9
                                    

••

You
bab 12 udah selesai gue rangkumin |

Unknown
| gue ambil sekarang

You
gak usah, besok aja gue bawain |

Unknown
| gue di depan pager komplek lo

You
siapa yang nyuruh lo ke sini??? |

Unknown
| buruan
| atau pos satpamnya gue tabrak

••

Erico berdecak sebal sesudahnya. Dengan terburu-buru sebab mendapat spam yang mendesaknya agar segera melaksanakan perintah, ia ambil asal cardigan yang tergantung di lemari hanger untuk menutupi piyama dengan model lengan pendek miliknya. Tak lama berkisar usai mengobrak-abrik isi tas punggung yang beberapa menit lalu sudah selesai ia benahi, pemuda itu dengan bergegas keluar dari kamarnya.

Aksi berlariannya itu tak ayal mendapatkan atensi dari kedua figur orang dewasa yang masih bersantai di ruang tamu. Dengan air muka heran, keduanya serempak melempar pandang melihat putra bungsu mereka tampak begitu terburu-buru hingga seperti lupa untuk sekedar menyapa mereka terlebih dahulu.

“Rico, mau pergi ke mana jam segini?” tanya sang Ayah sembari meletakkan gelas susu yang sempat diminumnya sekitar satu tegukan itu. “Kalau mau ikutan nginep ke rumah Jeffrian, biar Papa kasih tau Kakakmu supaya jemput kamu sekarang.”

Erico bergeming dan berakhir memelankan laju langkahnya. “Nggak, kok. Rico cuma mau ngasih barang punya temen, Pa. Kebetulan dianya udah nunggu di depan gerbang.”

Sang Ibu lantas tersenyum maklum. “Ya sudah, jangan lama-lama, ya. Atau ..., mau sekalian Mama temenin? Lumayan jauh loh itu jaraknya.”

“Eh, nggak perlu. Rico rencananya mau pakai sepeda listrik ke sana. Rico nggak bakal lama, kok. Janji!” kilahnya berupaya mengalihkan kekhawatiran kedua figur orang dewasa tersebut dengan menjawab sejujur mungkin agar tak membuat mereka semakin tak karuan ketika ia pergi kemanapun.

Untungnya, mereka dengan mudah menyetujuinya dengan syarat Erico akan kembali sebelum tengah malam. Dengan begitu, Erico seketika menghela napas lega dan langsung melanjutkan niatnya yang sempat tertunda.

Menggunakan sepeda listrik yang sudah selesai ia isi dayanya tersebut, ia susuri jalanan komplek yang sepi, namun masih cukup terang akan lampu-lampu yang berjajar mengikutinya. Udara malam ini cukup menusuk baginya. Angin dingin yang menerpanya sedikit membuat bulu kuduknya meremang. Seharusnya dia memakai hoodie, alih-alih cardigan seperti ini.

Sesampainya di pos yang dimaksud, Erico lantas menurunkan kecepatan sepedanya. Presensi seorang satpam yang masih berjaga sambil tadinya terlihat serius menonton bola pun menyambutnya dengan sebuah kernyitan. Sedikit kebingungan terlintas begitu dihadapkan dengan figur pemuda yang tumben-tumbennya keluar pada pukul dini hari.

“Mau ke mana, Mas?” tanya beliau seraya menghampiri keberadaan Erico.

Lengan itu terangkat untuk memamerkan sebuah benda yang dibawanya ke arah pria itu. “Mau ngasih ini ke temen. Boleh bukain pagarnya nggak, Pak? Bentar doang, kok. Nggak usah ditutup dulu juga nggak apa. Toh, ngasihnya juga cuma di depan sini aja.”

Lantas, Erico kembangkan senyumannya lebih lebar lagi tatkala satpam tersebut tanpa ambil pusing begitu mudahnya menuruti permintaannya. “Nanti kalau udah selesai, jangan lupa panggil saya. Takutnya ndak sadar gara-gara keasyikan nonton pertandingan bola, jadi ndak lihat ternyata Mas udah balik lagi.”

YOGURT SHAKE   +jaenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang