Ch. 6

1.4K 101 11
                                    

Gempa sekarang sedang berjalan menuju kelas, ia telah menyelesaikan acara makan makan bersama senior seniornya, entah mengapa gempa sedari tadi tidak berhenti tersenyum, ia nampak bahagia bahwa kedatangannya di sekolah ini diterima, dan langsung mendapatkan teman bahkan belum seminggu udah akrab, malahan ampe tidur di asrama mereka.

Wajar aja pemikiran gempa begitu, gempa itu anak pendiam, dia tidak akan menegur kalau ia tidak di tegur duluan, serta perilaku yang sopan dan prestasinya membuat guru guru pasti menjadikannya murid favorit mereka, namun karena kelebihannya itulah gempa dulunya sering di bully, dijauhi, dan di anggap sebagai pencari perhatian. Padahal mah aslinya dia baik dan tidak tahu bahwa dia diperlakukan berbeda dari yang lain.

Sembari berjalan dengan senandung kecil, gempa tidak sengaja menabrak seseorang, tapi entah mengapa hanya gempa yang terjatuh, gempa pun mencoba mendongkak keatas untuk melihat siapa yang ia tabrak tadinya.

"Uhm maaf, kau baik baik saja?" Ucap pemuda tersebut sembari mengulurkan tangannya kepada gempa untuk menolongnya, gempa hanya menggapai tangan pemuda tersebut lalu berdiri.

"Aku gapapa, maaf tadi aku ga sengaja nabrak.." ucap gempa risau sembari menunduk berulang kali. Pemuda itu hanya terkekeh pelan dan mengusap kepala gempa lembut.

"Namaku fang, kita mungkin baru bertemu, tapi semoga kita akrab ya..." Ucapnya sembari tersenyum lembut, gempa yang melihat itu makin tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya.

"A-aku gempa! Senang berkenalan denganmu!" Gempa memperkenalkan dirinya balik walau sedikit gugup namun itu tidak dipermasalahkan oleh pemuda bernetra merah yang nampak keunguan karena kacamata biru didepannya ini, fang.

"Kalau begitu gempa aku pamit dulu, semoga kita bertemu lagi" ucap fang dan berlalu pergi, gempa melanjutkan perjalpanannya ke kelas, senyuman di wajahnya makin lebar mengetahui bahwa dia mendapatkan kawan lagi.



Gempa sekarang sedang berjalan pulang menuju asramanya ditemani oleh Thorn, ini juga ialah pesan amato untuk menyuruh nya menjaga gempa karena kemungkinan bayangan tersebut masih mengincarnya, tidak hanya Thorn melainkan ada 2 makhluk lagi yang gak di ajak tapi maksa ikut.

Sesampainya di kamar asrama, gempa hanya membaringkan badannya di kasur tanpa membuka kaos kakinya bahkan seragamnya, gempa kelihatan lelah sekali sepertinya, dan 3 babunya (ttm) hanya bermain main mengisi kegabutan mereka.

Gempa mengangkat kepalanya dan melihat kearah balkon, tempat kejadian kemarin malam.. dan sekaligus pengalaman yang membuatnya trauma. Ntah kenapa mengingat hal itu membuatnya merinding dan bersembunyi di dalam selimut.

Trio ttm itu mengalihkan pandangan dan mendapatkan sebuah gumpalan selimut yang bergetar di atas kasur, mereka awalnya saling tatap lalu menarik selimut itu paksa.

"AHHHH KAK! JANGAN DI TARIK!"
teriak gempa sembari mencoba menarik kembali selimutnya, walaupun badannya kecil kekuatannya ga maen maen, bahkan butuh mereka bertiga agar bisa menyeimbangi, dan akhirnya mereka berempat tarik tarikan selimut, tak lama setelah itu.

Srettt!.

Gempa diam sama juga dengan 3 seniornya itu, ya, selimut gempa yang menjadi korban tarik menarik mereka, selimut itu robek menjadi 2 bagian, satunya ada pada gempa dan satunya lagi pada ttm, hening sejenak...

.

.

.

Oke ttm mulai panik, mereka melihat bagaimana gempa hanya termenung melihat selimut kesayangannya sudah pergi, air matanya bahkan mengalir turun tapi masih dengan ekspresi kagetnya, ttm berlari kearah gempa panik dan mencoba menenangkannya dengan Thorn yang memeluk gempa dan menenggelamkan wajah gempa ke dadanya, Taufan yang mengusap air matanya dan blaze yang mengusap kepalanya.

The Golden EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang