Ch. 7

1.3K 100 7
                                    


Di suatu ruang kelas, terlihat seorang remaja sedang tertidur dengan suara dengkuran halus, tak lupa pula sebuah buku yang berserakan di mejanya.
Hari sudah mulai sore dan langit sudah mulai berubah warna menjadi oranye, namun pemuda yang tertidur itu masih terlelap dalam mimpinya

Tap..tap..

Terdengar suara orang melangkah di koridor sekolah yang sepi, karena para murid sudah pulang, dia melangkah hingga langkahnya terhenti didepan sebuah kelas, perlahan ia memasuki kelas tersebut dan mendapati seseorang sedang tertidur dengan lelapnya, bahkan bisa didengar dengkurannya yang kian lama makin terdengar.

Pemuda itu berjalan mendekati sosok yang sedang tertidur pulas itu lalu menggoyangkan bahunya seolah olah meminta si empu untuk bangun.

Sontak remaja itu terbangun sembari mengucek ngucek mata netra goldnya itu, dia melihat sekeliling namun tidak menemukan sesiapa di ruang kelas tersebut, pandangannya beralih ke langit yang makin berwarna oranye, dia sedikit terkejut dan cepat cepat mengemas perlengkapannya dan beranjak keluar dari kelas, sebelum ia keluar, dia melihat lagi kearah belakang, lebih tepatnya ke sekeliling ruang kelasnya, seperti di awasi, iya, dia merasa seperti ada seseorang yang sedang melihatnya sedari tadi.

Itu membuat si remaja ini kurang nyaman dan bergegas keluar dari gedung sekolah. Di perjalanan menuju asrama, tiada sesiapa yang ia jumpa di sekitar sini, angin yang berhembus tenang seolah mengatakan bahwa hari akan menjelang malam, remaja itu mempercepat jalannya, angin yang berhembus tadi tidak membuatnya nyaman, melainkan membuatnya makin resah dan tidak nyaman.

Sesampainya di gedung asrama ia bergegas menaiki tangga dan menghampiri kamar asramanya, ia segera menerobos masuk dan berbaring menetralkan kepanikannya yang muncul tiba tiba. Namun itu tidak bertahan lama.

Tok..Tok..Tok..

Suara ketukan pintu yang terdengar pelan namun cukup kuat itu, membuat kecemasannya kambuh kembali, ia dengan nafas yang naik turun secara laju mencoba untuk menenangkan diri, namun makin lama suara ketukan tersebut semakin kuat dan cepat.

Entah mengapa ia berjalan kearah pintu dan memutar kunci pintu tersebut, sebelum pintu itu terbuka ia menutup erat erat kedua matanya, dengan keringat yang membanjiri wajahnya, tampak ia sangat ketakutan.

Hingga sosok yang menjadi tersangka mengetok pintu asrama gempa langsung memeluknya, itu cukup membuat gempa terbelakak dan langsung membuka kedua matanya dengan nafas yang tidak beraturan.

"Hey! Thorn! Jangan meluk gempa terlalu erat! Lihat gempa sesak nafas!" Teriak seseorang diambang pintu, matanya yang berwarna biru sapphire itu mencoba untuk menghentikan aksi si pemuda yang sedang memeluk gempa, tampak dilihat dari matanya dia sangat khawatir.

"Eh gemmy? Gem! Gem kenapa ini?!" Tanya Thorn yang melihat mata gempa tiba tiba berkaca kaca dengan mulut yang sedikit di muncungkan. Terlihat pemuda ini akan menangis, entah apa alasannya.

Taufan yang melihat itu dengan gercep membawa gempa ke sofa sembari mendudukkannya dan mengusap kepalanya.

"Shh..shhh, dek gem kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Taufan lembut tidak lupa pula tangannya yang mengusap ngusap kepala remaja bernetra emas ini yang mulai meneteskan air mata, bahkan terdengar suara isakan kecil darinya.

"Hiks...t-tadi g-gem ke-ketiduran di Hiks... k-kelas, t-terus...a-ada yang b-ban-nghunin gem...wa-waktu Gem l-liat g-gada or-orang..." ucap gempa terbata bata sembari menahan tangisannya agar tidak menjadi. "G-gem t-takut kak.."
Ucapnya lagi sembari mengemgam tangan Taufan kuat, tidak mau lepas.

Thorn datang dari dapur dan membawaka segelas coklat hangat, mudah mudahan dapat menenangkan gempa yang axientynya kambuh. Kenapa Thorn tau? Dia aja ketua PMR dia udah tau banyak tentang hal hal medis, mau penyakit fisik, keturunan, ataupun mental, bisa dibilang dia sudah mempelajari semua serta gejala dan cara menanganinya.

The Golden EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang