2

18 9 0
                                    

Keesokan harinya, dia benar-benar pergi ke rumah Ningrum, bersama empat orang lainnya

Sambil Kusuma Adi menjelaskan rempah-rempah yang dia tanam itu, Damiano melirik ke sekeliling mencari sosok Ningrum

Wanita yang dia cari akhirnya ada didepan matanya. Tapi bersama seorang lelaki

"Pak, ada Raden Aom"

"Iya Den, Ningrum, buatkan teh untuk Raden, bapak masih urus rempah-rempah untuk dijual ke Portugis"

Ningrum pergi. Damiano merasa cemburu, terlebih dari surat hasil mata-mata itu Aom menyukai Ningrum.

Tak sampai disitu, Damiano mengunjungi rumah Adi untuk membeli rempah-rempah, padahal dia hanya ingin melihat Ningrum. Adi tau tujuan Damiano bukan sekedar membeli rempah-rempah miliknya, dia tau bahwa Damiano menyukai anak sulungnya

Sampai pada suatu hari, dia berkunjung tapi Ningrum tidak ada dirumah

"Pak, dimana Ningrum?" Tanya Damiano

"Dua hari yang lalu dia pergi bersama ibunya ikut rombongan bupati menuju Batavia"

"Untuk apa dia kesana?"

"Menurutmu, ada urusan apa bupati pergi ke Batavia? Tak mungkin bupati dan keluarganya ke Batavia tanpa alasan"

"Belanda" gumam Damiano

"Kapan dia pulang?" Tanya Damiano lagi

"Seminggu kemudian" jawab Adi

Damiano langsung pergi, menaiki kudanya menuju pelabuhan

Dia membawa beberapa kantung emas dan juga senjata untuk perjalanan ke Batavia. Dirinya sudah diberitahu kalau ada Belanda datang, sempat terjadi adu senjata dengan orang-orang Portugis di Batavia

"Mereka tidak tau bahaya apa yang akan datang, para Belanda itu lebih sadis dan kejam. Berburu manusia seperti berburu burung di hutan"

Dia langsung mengendarai mobilnya menuju Batavia

"Nyawamu sedang terancam, Ningrum" khawatir Damiano

Seharian dia mengendarai mobil, sampai juga dia ditempat pemerintahan pusat di Batavia

Dia menerobos masuk keamanan di gerbang istana. Dia menghajar siapapun yang menghalanginya masuk ke dalam

"Wah wah wah siapa ini, Damiano Van Luis, prajurit yang tak takut pada siapapun" seorang Belanda keluar menghampiri Damiano

Dia menerobos lelaki itu

"Damiano" seorang Portugis penting di pusat pemerintahan itu menghampiri Damiano

Damiano melihat Ningrum bersama ibunya dibelakang bupati dan Raden Aom

"Ada apa Damiano? Kamu sampai menerobos keamanan"

Mereka bicara bahasa Portugis

"Kamu masih berdiskusi dengan para bajingan ini? Sudah berapa banyak orang-orang kita ditembak tanpa ampun? Kenapa kamu masih mau berdiskusi dengan mereka?"

Atasannya itu sudah tau kalau Damiano tak bisa diajak bicara formal

"Tenang saja, urusan ini akan saya tangani"

"Usir mereka atau mereka yang nantinya akan mengusir kita"

"Tenang, karena kamu sudah disini, perjalanan dari Banten ke Batavia lumayan jauh, lebih baik kamu menginap disini"

"Tapi tak satu atap dengan mereka" Damiano melihat kesal para Belanda itu

"Mereka tidak akan tidur disini"

Damiano menginap di istana, kamarnya hanya beberapa jarak dari kamar Aom

"Syukurlah Ningrum baik-baik saja" dia tiduran diatas kasur dengan sebelah tangannya sebagai bantalan

"Kita disini tinggal beberapa hari, jadi jaga kesehatan" suara Aom

Damiano bangun dari tidurnya lalu menuju ke pintu, menguping pembicaraan Aom

"Tuan sebaiknya juga jaga kesehatan, tadi ikut latihan dengan orang Portugis itu membuat tangan tuan terluka" suara Ningrum

"Saya pamit pergi" suara Ningrum lagi. Tak lama terdengar suara pintu tertutup. Damiano keluar dari kamar menghampiri Ningrum yang sudah lumayan jauh

"Ningrum" panggil Damiano saat di ambang pintu dapur

"Iya tuan?"

"Panggil saya Damiano, saya butuh teh dan biskuit, tolong antar ke kamar saya"

"Baik tuan"

"Damiano, panggil Damiano"

Ningrum hanya tertunduk lalu pergi. Damiano pergi ke kamar lagi, dia menyiapkan kursi dikamar nya menghadap ke jendela kamar melihat bulan yang bersinar terang

Pintu utama diketuk

"Tuan" panggil Ningrum

Damiano langsung membukakan pintu kamar

"Taruh saja di meja" ucap Damiano

Ningrum menurut lalu hendak pergi, Damiano menghalangi pintu

"Saya ingin kamu temani saya malam ini"

"Maaf tuan, saya harus kembali ke dapur"

"Tidak bisa. Kamu tau? Saya datang kesini hanya untuk kamu"

"Kenapa tuan datang kesini hanya untuk saya?"

"Karena disini bahaya, Aom itu tidak mengerti, dia masuk ke dalam kandang harimau, dia membahayakan seluruh keluarganya dan orang-orang yang dia bawa kesini. Kamu lihat tadi lelaki berambut putih bermata biru itu?"

"Lelaki Belanda itu?"

"Iya, dia pemimpin pasukan Belanda yang menghabisi orang-orang kalian di pelabuhan"

"Saya tidak diberitahu hal ini, mungkin Raden Aom juga tidak mengetahui hal ini"

"Duduklah, hanya sebentar"

Ningrum menurut, dia malu-malu duduk di sofa, melihat pemandangan diluar dan bulan yang bersinar terang

"Minumlah teh nya"

"Saya minum ya tuan" Ningrum minum teh yang dia buat itu. Dia terkejut dengan rasa teh nya

"Enak bukan?" Tanya Damiano

"Iya tuan, saya baru tau rasa teh yang saya buat ini"

"Kamu tau teh ini dari mana?"

Ningrum bergeleng "tidak tuan, darimana teh ini?"

"Teh ini bukan dari pulau Java, tapi dari luar pulau. Perkebunan teh disana sangat banyak, mayoritas penduduknya sebagai petani teh"

"Saya baru ini minum teh yang selama ini saya buat untuk Raden Aom, tapi Raden tidak pernah menghabiskan teh yang saya buat"

"Mungkin dia tidak suka teh?"

"Sepertinya, karena saya hanya disuruh nyonya untuk membuatkan teh dan memberikannya pada Raden"

Ningrum terus menyesap teh itu sampai habis. Damiano senang melihat Ningrum

"Besok kita akan pulang" ucap Damiano

"Kita? Bagaimana dengan Raden? Ibu?"

"Aom itu akan pulang sendiri, dia punya kendaraan sendiri. Kalau ibumu mau, dia akan ikut bersama kita"

"Tapi.. pasti saya tidak diperbolehkan pulang, masih ada satu minggu lagi saya menginap disini"

"Saya memaksa, disini kamu tidak aman, bisa saja dalam perjalanan nanti bersama Aom akan ada masalah"

"Maafkan saya tuan, saya kesini bersama Raden dan rombongan, pulang pun harus bersama mereka"

Ningrum pamit pergi

"Hah.. dasar keras kepala"

In The Next Life I Will Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang