4

10 9 0
                                    

Mereka sampai rumah dengan selamat. Tapi Ningrum tak pernah terlihat di pasar pelabuhan sejak hari itu, terhitung seminggu lebih Damiano tidak melihat Ningrum

Ke rumahnya pun Ningrum selalu tidak ada, orang-orang rumahnya pun seolah menutupi keberadaan Ningrum

"Kamu dengar? Anaknya bupati akan menikah"

Damiano yang sedang merokok di tempat pemancingan itu mendengar dua orang wanita mengobrol

"Benarkah? Dengan siapa?"

"Aku juga tidak tau, mereka tidak memberitahu perempuannya"

"Apa dia hamil diluar nikah?"

"Bisa jadi, atau bisa saja dia mantan Nyai?"

*Sebutan gundik (wanita simpanan) para penjajah Eropa

"Ah mana mungkin"

"Tapi memangnya Nyai itu posisi yang sangat memalukan?"

"Kamu tanya saja pada ibumu"

Dua wanita itu pergi, Damiano melempar rokoknya ke laut

"Ningrum" Damiano langsung menuju kudanya, memacu kuda dengan sangat cepat ke rumah bupati

"Aom!!" Teriak Damiano di halaman rumah bupati

Tak ada yang berani menghalangi Damiano. Yang punya nama pun keluar, bersama ibu dan ayahnya beserta orang tua Ningrum

"Ada apa Damiano?" Tanya Aom

"Tak usah berpura-pura bodoh, dimana kamu sembunyikan Ningrum?" Damiano mencekik leher Aom

Aom tertawa "tidak tau tuh"

Damiano kesal lalu mengeluarkan senjatanya

"Cepat katakan dimana Ningrum"

"Kenapa kamu mencari istri saya?"

"Istri? Hah! Saya tau kamu belum menikah, saya tau adat pernikahan orang pribumi seperti apa, terlebih bangsawan seperti kalian. Pasti akan diadakan pesta besar-besaran. Cepat katakan dimana Ningrum!"

"Tuan, lepaskan Raden Aom" ibunya Ningrum

Damiano berpikir keras, dia frustasi tak melihat Ningrum selama beberapa hari ini. Dia ingin mendapatkan Ningrum

Damiano tersenyum, dia mendapatkan ide jahat. Dia melepaskan cengkraman di leher Aom

"Baiklah akan saya beritahu yang tidak kalian tau! Dengar! Ningrum hamil anak saya"

"Tidak mungkin, kamu sangat frustasi sampai berbohong tentang hal ini Damiano?" Ucap Aom

"Kamu kira selama seminggu di Batavia lalu saya berduaan dengan Ningrum selama itu sudah ngapain saja?" Ucap Damiano tak mau kalah

Kepercayaan diri Aom mulai menurun

"Tuan!!" Teriak Ningrum keluar dari rumah bupati

Damiano terpana melihat Ningrum yang cantik, terlebih Ningrum di dandani dan memakai baju yang pantas

"Tuan! Apa yang anda katakan!" Marah Ningrum

"Dengar Ningrum, kita sudah berbuat banyak selama berduaan, kamu juga hamil anak saya"

"Tuan-"

Damiano menyela

"Sekarang pernikahan ini tak bisa dilanjutkan, dia mengandung anak saya, terlebih dia sekarang seorang Nyai" ucap Damiano

"Ibu.. bapak.. ini tidak benar.."

"Pergi kau Ningrum! Mulai saat ini kamu bukan anak kami!" Marah Adi

"Ibu.. dengarkan Ning dulu"

"Kamu sudah mempermalukan kami.. pergi nak, pergi yang jauh"

"Putri! Kamu percaya teteh kan?"

Damiano menarik tangan Ningrum lalu naik keatas kuda

"Putri! Jawab Put!"

Damiano memacu kuda dengan kencang, pergi menjauh dari pelabuhan, menuju rumah yang Ningrum tidak tau

"Tuan! Kenapa tuan bicara seperti itu?! Tuan mempermalukan keluarga saya! Kita tak pernah tidur bersama! Saya pun tidak mengandung anak tuan! Kenapa tuan seperti ini?!" Marah Ningrum, mata dan pipinya sudah basah dengan air mata

"Ningrum!" Bentak Damiano membuat Ningrum ketakutan dan mundur beberapa langkah

"Saya tidak tau harus berbuat apa lagi supaya saya dan kamu bersama. Kalian para pribumi dilarang menikah dengan kami orang Eropa, saya tau itu salah, tapi saya tidak bisa melihat kamu menikah dan hidup bersama lelaki lain. Maafkan saya"

Ningrum tertunduk, air matanya jatuh ke lantai

"Tinggallah disini, ini rumah saya, tidak ada yang tau keberadaan rumah ini" Damiano pergi, dia tidak mengunci pintu. Dia tidak ingin perempuan yang dia cintai merasa seperti di kekang

🔫🔫🔫

Selama beberapa hari tinggal di rumah Damiano, Ningrum mengurus kebutuhannya sendiri. Masak sendiri, tidak makan makanan yang dibawakan Damiano

Semua orang dipelabuhan sudah tau tentang Damiano dan Ningrum, tapi tak ada satupun yang berani bahas tentang hal itu

Damiano bengis seperti biasanya, hari ini dia membunuh seorang Belanda yang ribut dengan prajurit nya di pelabuhan. Dia langsung menembak mati ditempat orang Belanda itu

Darah orang itu mengenai baju putih Damiano. Hari semakin malam, dia pulang membawa dua ekor ikan. Sengaja tak dia masak, karena dia tau Ningrum selalu menolak makanan dari Damiano. Jadi dia membiarkan ikan itu mentah dan dimasak oleh Ningrum

Posisinya sebagai Ningrum serba salah, dia pulang ke rumah orangtuanya pun pasti tidak akan diterima. Dia juga tidak bisa membangun rumah, dan juga perempuan tidak bisa hidup sendirian diluar.

Mereka berpapasan di pintu dapur, Damiano yang hendak menaruh ikannya di dapur dan Ningrum yang keluar dari dapur

"Saya bawakan ikan untuk kamu"

"Hari ini tuan bunuh siapa?" Tanya Ningrum

Damiano melihat darah di bajunya

"Orang Belanda" jawab Damiano

"Tuan bisa tidak, jangan bermain-main dengan nyawa seseorang?"

"Ning, ini pekerjaan saya"

"Apapun itu jangan bunuh nyawa orang"

"Kamu tidak akan mengerti bagaimana hidup didunia saya" Damiano pergi, menggantung dua ikan yang tadi dia bawa di dinding

In The Next Life I Will Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang