Prolog

893 100 11
                                    

Cerita ini didedikasikan untuk masa lalu pahit saya, dan mungkin beberapa orang yang pernah mengalami hal yang sama.

Happy reading! ^^

✧✧

30 hari, setelah perceraian.

"Diam di sana! Jangan bergerak!"

Haruno Sakura, wajahnya memerah padam setelah tiga menit lalu, tanpa sengaja melihat junior kebanggaan sosok Uchiha Sasuke. Tiga menit pula dia masih syok berat dan malu bukan kepalang. Tangannya yang meraih-raih kain di lemari pakaian ikut menjadi gugup dan gaunnya harus terjatuh berkali-kali ke lantai. Sementara mantan suaminya, Uchiha Sasuke, hanya diperbolehkan diam di depan pintu kamar mandi dengan selembar handuk yang menutupi perut sampai paha. Dia dalam posisi serupa lebih dari tiga menit berlalu.

"Sakura, itu hanya alat kelaminku. Tak perlu marah—"

"Berisik! Berisik! Pokoknya diam di sana sampai aku selesai pakai baju!"

Gadis bersurai merah muda di sana memang selesai mandi lebih dulu. Dia hanya mengenakan handuk piyama dan sedang mengeringkan rambutnya setelah keramas. Itu adalah kebiasaan vulgar Sakura yang Sasuke hapal setelah sebulan mereka tinggal bersama. Mengapa Sasuke berpikir itu kebiasaan vulgar, padahal bagi seorang perempuan adalah hal yang wajar? Jawabannya sangat sederhana. Mata Sasuke mudah terpancing nafsu hanya dengan melihat Sakura berbalut handuk piyama saat kedua tangan gadis itu sibuk terangkat merawat rambut indahnya dengan pengering rambut. Lalu hari ini, tadi lebih tepatnya, Sasuke tanpa sengaja melihat pemandangan itu. Jika dihitung sejak sebulan, mungkin ini adalah tujuh kali Sasuke melihat Sakura begitu. Perbedaannya, dia lepas kendali dan kehilangan fokus sampai handuknya yang belum terpasang betul, lepas dari tangan. Nahas, gadis itu mendapatinya.

Kejadiannya adalah, Sakura baru lima menit berkutat dengan pengering rambut, Sasuke keluar kamar mandi dan dia menanyakan ke mana mereka pergi makan malam ini. Sambil mencibir pelan soal waktu singkat Sasuke untuk mandi, mantan istrinya menoleh. Mereka saling tatap, Sasuke tampak membeku sesaat gara-gara Sakura berbalik dengan pose vulgarnya. Kedua tangan di atas kepala dan belahan dadanya terlihat di balik handuk piyama yang lusuh karena penggunanya terlalu banyak bergerak. Kemudian tanpa sengaja handuk pria itu melorot. Tak kenal malu, kejantanannya yang panjang dan berisi seakan melambai pada Sakura. Sakura sendiri tak pernah tahu bahwa suaminya akan disebut pria perkasa untuk ukuran manusia laki-laki.

"Chiko, katakan padanya aku tak bersalah."

"Meooww!"

"Jangan pengaruhi orang lain untuk membelamu, Sasuke-kun!"

Sasuke jadi merasa bersalah karena Sakura benar-benar marah. Dia menggaruk tengkuk kemudian bermonolog lagi. "Padahal makhluk ini bukan manusia, kenapa Sakura menyebutnya 'orang lain'?"

"Aku selesai! Kau boleh bergerak. Kutunggu di bawah lima menit."

"Sungguh itu cukup untukmu merias wajah?" tanya Sasuke lantaran tak melihat Sakura merias wajahnya dengan serius seperti yang pernah ia lihat.

"Beraninya kau menghinaku!" Sakura murka.

"Apa? Tidak! Aku tak—"

"Ada tipe perempuan yang jauh lebih cantik tanpa riasan wajah!"

Sakura menutup pintu dengan keras. Sasuke tersentak untuk beberapa saat. Dengan penampilan gadis itu, gaun merah dengan jahitan mutiara yang melingkari perutnya, ditambah sepatu hak tinggi berwarna hitam, Sakura memang betul-betul menawan. Juga wajah ayu alami tanpa bekas luka satu pun, kecuali di tangannya yang banyak goresan karena bekerja dengan begitu giat, Sakura tetap menjadi perempuan paling cantik dikenal Sasuke, bahkan setelah ibunya. Ibunya sendiri mengakui hal itu.

One Day [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang