Bab XXI | Mengatur Strategi

6 1 0
                                    

Di pagi hari sekitar pukul 08:15 markas geng Neogra sudah sangat ramai dipenuhi empat anggota inti dan juga anggota umum yang berjumlah kan 115.

Agaskar sebagai wakil ketua geng Neogra ia membuat rapat penting tentang kejadian dua hari lalu, "Sudah masuk semua?" tanya angkasa, semuanya mengangguk.

"Baik, pagi semuanya gue sebagai wakil ketua ngadain rapat ini buat bahas kejadian dia hari yang lalu," ucap Agaskar tegas, semua orang yang berada di ruang tersebut fokus mendengarkan ucapan Agaskar.

Ceklek

"Sorry gue telat." ucap Ronald yang baru saja datang dan merebut atensi semua orang yang ada di ruangan tersebut, Ronald duduk di kursi yang masih kosong.

"Oke, kita lanjut lagi." ucap Angkasa yang duduk di sebelah Agaskar, semuanya mendengarkan dan memahami apa yang dibicarakan oleh Agaskar dan juga Angkasa.

"Baiklah, hanya itu yang gue sampein, gue harap semuanya bisa paham dan dipercaya," ucap Agaskar "Gue tutup rapat ini," lanjut Angkasa setelah Agaskar selesai berbicara.

Seluruh anggota sudah keluar secara bergantuan, karena itu adalah salah satu peraturan dari geng Neogra walau mereka seorang geng motor mereka masih diingatkan tentang tata tertib dan juga kedisiplinan diri.

Kini tersisa empat anggota inti yang berada di ruangan tersebut, "kita harus hati-hati sama mereka, kalau kita lengah mereka bisa lakuin sesuatu yang lebih dari kemaren." ucap Agaskar tegas sebagai wakil ketua.

"Bener kata lo, jangan sampai lengah kita semua harus jaga-jaga setiap saat." saut Angkasa yang menyetujui perkataan Agaskar, "Sa, ini gak bisa dibiarin, gue gak terima sama apa yang mereka lakuin." ujar Jevan.

"Jev lo jangan gegabah, kalau lo bertindak seenak lo sendiri nanti yang gak bersalah bakalan keseret." saut Dirzan "Zan mereka udah kelewatan, gue gak bisa biarin mereka menang dengan mudah." ucap Jevan yang berdiri lalu menggebrak meja yang berada disampingnya.

"Emang lo terima atas apa yang telah mereka lakuin di sekolah sama anggota kita? Mereka udah kelewat batas, gue gak mau geng kita dibilang lemah," ujar Jevan berdiri tepat didepan Dirzan, "Gue gak terima, tapi jangan lakuin apapun sebelum—" ucapan Dirzan terpotong.

"Mending lo berdua duduk diem aja sebelum kesabaran gue menipis," ucap Agaskar dengan tangan bersedekap dada sembari bersandar di sandaran kursi, kedua lelaki yang tadinya bertengkar kini langsung terdiam dan duduk ditempat masing-masing.

Jevan kembali ke tempatnya dengan tatapan sengit kepada Dirzan dan Agaskar, sang wakil ketua yang ditatap Jevan "Apa lo ngeliatin gue kayak gitu? Berani lo sama gue?" tanya Agaskar dingin.

Jevan yang mendengar perkataan Agaskar langsung memalingkan pandangannya kearah lain lalu berhenti menatap Dirzan.

_______

Kevan sedang makan dikamarnya bersama sang bunda, lalu ayahnya datang sebelum pergi kekantor.

Darren yang belum sempat sarapan karena ingin menjenguk sang anak, langsung melajukan mobil mewahnya menuju rumah sakit yang anaknya tempati.

Setibanya Darren di kamar sang anak, Alena bertanya "Eh, udah sarapan atau belum? Kalau belum sini ayo sarapan bertiga," sang suami menggeleng dan langsung duduk disebelah sang istri.

Kevan yang melihat kelakuan kedua orang tuanya hanya bisa menghela napas pasrah.

"Hadehhh, udah tua masih aja." batin Kevan.

Halah, bilang aja lo juga mau kan Van, sama gadis itu, wkwk sabar nanti ada waktunya kok.-Author

Kevan sudah selesai makan dan membereskan tempat makannya lalu ditaruh di atas meja, setelah itu ia mengambil ponselnya dan menekan tombol power.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pasangan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang