Satpam Duda Polos & Mertua (4)

8K 90 2
                                    

Massih dalam suasana berlibur di kampung halaman Prapto, pagi ini Prapto dan Jun mandi bersama di kamar mandi rumah milik Prapto yang ada di kampungnya tersebut.

Jun dengan telaten menggosok punggung mertua sekaligus suaminya itu dengan telaten, seolah tidak membiarkan satu kototan dan dakipun berada di kulit Prapto.

"nanti temani mas ke peternakan ya, mas mau melihat sapi-sapi mas disana." Prapto berkata sambal memperhatikan Jun tengah menggosok dadanya sementara Jun duduk di pangkuan Prapto. Parpto sendiri duduk di atas WC duduk.

"Iya mas boleh, aku juga bosen kalua di rumah terus. Kepingin ngeliat kampung ini lebih banyak lagi." Ucap Jun dengan tersenyum di akhir ucapannya.

"Iya nanti mas bawak kamu keliling kampung, kebetulan sehabis dari peternakan mas mau ajak kamu ke restoran yang rencana mas mau beli " Prapto tersenyum sambal tangannya menggerai tubuh belakang Jun.

Prapto setiap harinya makin dibuat jatuh cinta dan bernafsu dengan tubuh indah Jun. "Kamu makin sexy aja ya dek, mas makin dibuat gila sama kamu dek. nanti malam mas dapat jatah lagi kan?"

Jun mengangguk, diarahkan tangan besar Prapto di bongkahan pantatnya yang sexy. "Pasti mas, kan mas suaminya Jun."

Prapto bahagia mendengar kata Jun dan menyambar bibir Jun, mereka berpagutan dalam nafsu. Jun mengehntikannya takut keterusan sementara hari ini mereka ada banyak rencana untuk dilakukan.

"Dah dulu mas, takut kebablasan. Takut juga si Andi udah bangun, nyariin aku."

Jun mengambil air lalu mulai membasuh tubuh keduanya untuk menghilangkan busa dan sabun. Jun sudah selesai mandi lalu memakai handuk yang tergantung dan memebrikan handuk lainnya kepada Prapto. Mereka lalu keluar kamar mandi yang terhubung dengan kamar.

Jun segera mengambilkan baju untuk dirinya dan untuk Prapto. "Mas mau pakai kemeja atau Kaos?" Tanya Jun saat membuka lemari.

"Mas kaos saja sama celana pendek santai." Balas Prapto yang duduk di pinggir ranjang sambal memperhatikan Jun yang mulai mencari pakaian untuknya.
"Udah kayak istri mas aja kamu dek. Mas seneng kalau gini dilayanin terus sama kamu." Ucap Prapto.

Jun mendapatkan kaos dan celana prapto serta sebuah sempak boxer untuk daleman prapto, "Kan mas bilang aku udah jadi istri mas, jadi ya tugas istri kan melayani dan menyiapkan kebutuhan suami," Jun memberikan pakaian Prapto dan duduk kembali di pangkuan Prapto sambal mengeringkan rambut Prapto yang basah dengan handuk kecil.

"Makasih ya dek, sebagai duda sudah lama mas tidak merasakan peran istri seperti ini. Jujur mas senang dan bahagia. Semoga kita terus bersama ya dek." Prapto mencium pipi Jun sekilas membuat Jun sedikit terkekeh dan geli karena kumis prapto yang menggelitik pipinya.

"Sama-sama mas."

Selesai berpakaian keduanya lalu beranjak bersama ke meja makan, ternyata mbok minah sudah menaruh semua makanan di meja, serta sudah memandikan Andi.
"loh Andi sudah mbok mandikan? Tanya Jun saat melihat putranya sudah tampan dan bersih serta sudah duduk di meja makan.

"Iya den, tadi pesan ndoro Prapto begitu semalam. Langsung mandikan Den kecil Andi kalua sudah bangun." Ucap Mbok minah sambal tersenyum.
Jun melohat ke arah Prapto dan yang dilihat hanya tersenyum, lalu Jun melihat kea rah Mbok minah lagi "Makasih ya Bi sudah mau memandikan anak saya"

"Sama-sama Den. Kalau gitu mbok kebelakang dudlu den. Selamat makan Den, Ndoro" Ucap Mbok minah lalu berlalu kea rah dapur.

"Iya bi." Ucap Prapto dan Jun secara bersamaan.

Jun segera mengambil nasi dan menaruhnya kepiring Andi dan Prapto serta yang terakhir untuknya, terlebih dahulu ia mempersiapkan piring Andi dengan lauk-lauk yang sekiranya bisa Andi makan. Lalu ia mengambil piring Prapto, "Bapak pake ikan atau ayam? Tanyanya.

"Ikan aja dek."

Jun lalu dengan sigap mengambil ikan dan menaruhya ke piring prapto, " Ni mas" Jun lalu menaruih piring Prapto ke hadapannya dan terakhir ia mengambil lauk untuk dirinya sendiri.

Andi terllihat kesusahan makan dengan sendok, dengan sigap Jun menyuruh Andi untuk duduk di pangkuannya dan menyuapi Andi.
"Jangan dibiasakan memanjakan Anak. Nanti dia engga bisa apa-apa dek. Biarkan dia makan sendiri." Tegur Prapto yang tidak suka cara mendidik Jun yang terlalu memanjakan Andi.

"Engga papa, lagian Andi masih kecil mas. Dia butuh kasih sayang aku lebih." Ucap Jun.
"Ya mas tahu, mas juga sudah menganggap Andi seperti anak mas sendiri tapi kan kita harus didik dia secara mandiri. Biar besarnya dia jadi tangguh dan berani serta tidak manja."

Jun menggeleng, "Terlalu cepat mas didik Andi seperti itu, berikan lah waktu biar dia bisa lebih bayak waktu untuk manja sama aku." Jun tidak menghiraukan perkataan Prapto kali ini. Ya, sepeti inilah keduanya sering rebut masalah pola mengasuh Andi. Prapto dengan ciri khas tegas membuat didikan kepada Andi untuk lebih mandiri agar nantinya ia tumbuh jadi orang yang hebat dan pemberani, sementara Jun memberi pola asuh yang dimana mencurahkan segala kasih sayang pada Andi.
"Terserah kamu, tapi Mas cuman engga mau nantinya Andi jadi anak laki-laki yang manja dam lemah. dia harapan mas buat lanjutin bisnis-bisnis mas." Ucap Prapto.

Dan pagi itu akhirnya sedikit terjadi percekcokan antara keduanya. Tapi meski begitu pada akhirnya mereka tetap pergi ke peternakan sesuai rencana. Peternakan Prapto ini lumayan jauh dari rumah prapto dan memakan waktu 30 menit untuk sampai. Sesampaionya di tujuan Prapto pun disambut ole pak didi yang menjadi orang kepercayaanPrapto untuk mengurus peternakan sapinya.

"Ndoro apakabar. Kelihatannya makin sehat." Ucap Didi, didi adalah pria berusia 42 tahun yang memiliki perawakan yang sedikit tambun serta brewok yang menghias wajahnya. Tingginya sekitar 177 CM. "Siapa ini Ndoro?." Tanya Didi saat melihat Jun turun dari mobil bersama Andi.

"Oh kenalkan ini menantu dan cucu saya." Ucap Prapto mengenalkan Jun kepada Didi.

Didi dengan cepat langsung menjabat tangan Jun dan tersenyum, Jun membalas senyum Didi yang terlihat sangat aneh waktu itu. Namun, Jun menciba menghiraukannnya.

Selepas itu Didi segera membawa Prapto, Jun dan Andi untuk keliling melihat perkembangan peternakan. Didi membawa Prapto sekeluarga ke ruangannya yang tertutup.

"Sapi kita makin kesini makin banyak ndoro, terakhir pagi ini sudah lahir lagi satu Sapi jantan dan 2 betina. Total sapi Ndoro sudah hamper 200 ekor belum lagi sapi yang Ndoro titipkan kepada orang lain." Ucao Didi yang menampilkan data sapi di peternakanPrapto.

"Bagus kalua begitu, terus kualitas susu sapi kita bagaimana?."

"Tenang ndoro, kualitas susu sapi kita sangat baik dan melimpah bahkan salah satu perusahaan susu kemasan sedang menawarkan kerjasama dengan kita." Ucap Didi namun kali ini mata didi memeperhatikan wajah Jun secara seksama dan sangat tajam.

"Oke bagus. Kabari saya mengenai kontraknya nanti. Sebentar saya mau melihat sapi di kandang dulu." Ucap Prapto.

"Kamu tunggu di sini saja di dalam kandang bau, takut kamu dan Andi engga nyaman." Perintah Prapto kepada Jun dan diangguki oleh Jun.

"Di, temani menantu saya. Saya hanya sebentar." Lalu Prapto memerintah Didi untuk menemani Jun dan Andi.

Selepas Prapto pergi dengan cepat Didi mendekati Jun yang membuat Jun sedikit risih. "Ini anak kamu ya, dek." Tanya Didi ke Jun.

Jun menggaruk lehernya yang mulai tidak nyaman, "iya mas, ini anak saya dan almarhum istri."

"Oh istri kamu sudah meninggal, jadi selama ini tinggal sama ndoro prapto?"

"Iya, mas."

Didi mencoba lebih dekat dengan Jun, bisa jun cium aroma prafum norak yang dipakai oleh Didi tercium di indra penciumannya. "


To be continued...............


Satpam Polos dan MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang