hari ini iki disibukkan dengan pameran besar-besaran yang diadakan perusahaan, dimana seluruh staff ikut serta berpartisipasi langsung didalamnya.
sudah hampir 24 jam iki belum pulang kerumah, ia benar-benar dibuat pusing dengan berbagai macam tugas dadakan yang diberikan padanya, bahkan untuk memejamkan mata saja iki tidak sempat
iki perlahan meregangkan otot-ototnya yang mulai terasa kaku karena terlalu lama duduk, matanya mulai protes terlalu lama diajak menatap komputer
"horror banget sumpah muka lu, persis kayak zombie train to busan"
dinar yang sedari tadi memperhatikan iki membuat terperanjat pelan menoleh kearahnya
"gw belum tidur nar" jawab iki sambil menguap
dinar mengerutkan keningnya samar melihat penampilan sahabatnya itu, kemeja dilipat sampai siku, rambut yang diikat sembarangan, dan jangan lupa muka yang terlihat pucat
"mending lu pulang dah, lagian kerjaan lu uda beres kan?" ucap dinar iba melihat keadaan sahabatnya itu
"baru aja kelar, mana bisa pulang, abis ini acara inti nar, lu mau gw diteriakin bu ane kalau gw ga nongol" iki menyandarkan tubuhnya kekursi sambil memijat kepalanya pelan
"woy lu bedua, buruan anjir yang lain uda pada kumpul" teriakan tia yang berdiri didepan pintu ruangan membuat iki dan dinar menoleh kearahnya
"kalian duluan gih, gw mau ke toilet bentar mau cuci muka" ucap iki kepada kedua sahabatnya, yang dijawab anggukan oleh mereka berdua
iki melangkahkan kakinya gontai ke toilet, pening dikepalanya mulai terasa sedikit parah, beberapa kali iki memijit pelan kepalanya, sesampainya di toilet iki langsung mencuci mukanya. perlahan ia menatap wajahnya, memang benar apa yang diucapkan dinar kalau ia sekarang persis seperti zombie
"astaga"
iki mengelus dadanya pelan saat matanya menangkap sosok perempuan dipojok ruangan memperhatikannya, bukan ini bukan setan, perempuan itu adalah lily
"kok kamu disini?" tanya iki sambil menetralkan kagetnya, jantungnya masi berdetak cukup cepat karena lily yang tiba-tiba berdiri disana
"kamu sibuk banget sampe ga ada kabar sama sekali? bahkan ga ada waktu buat balas chat aku?" tanya lily tanpa basa-basi
iki menghela nafas pelan, ia lupa mengisi daya ponselnya dari kemarin, dan benar saja benda persegi panjang itu sudah kehabisan nyawa
"handphone aku mati hehe, aku lupa cass" jawab iki dengan cengirannya
"sibuk banget kamu? liat keadaan kamu sekarang, ga tidur? ga makan? iya? apasih yang kamu kejar sampe segininya? pikirin diri kamu ki, kalau kamu kenapa-kenapa gimana? kerja sampe segininya ga bakal ngehasilin apa-apa buat kamu" ucap lily panjang lebar yang seketika membuat iki terdiam
entah memang kondisi tubuhnya yang lelah atau bagaimana, kata-kata lily barusan sangat menyinggung iki, ia dan lily jelas jauh berbeda, meskipun keluarganya mampu untuk membiayai iki tapi iki butuh pekerjaan ini supaya tidak membebani keluarganya, sedangkan lily, tanpa harus bekerja keras semua yang ia inginkan akan terpenuhi, bahkan diusianya yang sekarang lily sudah menjadi ceo diperusahaannya sendiri
"kamu benar, aku ga bakal dapat apa-apa dari kerja keras kayak gini, tapi aku bisa penuhin kebutuhan aku dengan kerja gini li, mungkin menurut kamu aku terlalu over, tapi aku beda sama kamu li, kamu bisa minta karyawan kamu buat ngelakuin kerjaan kamu, sedangkan aku? aku cuma karyawan li, kalau aku ga kerja ya aku bakal dipecat" iki menatap nanar kearah lily yang masih betah diposisinya
"kamu bisa pindah ke perusahaan aku ki, kamu ga perlu susah payah kayak gini" ucap lily yang makin membuat iki diam, kekehan pelan keluar dari mulut iki
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily
Teen Fictionsederhana saja, dirimu seperti bunga Lily yang menggambarkan keanggunan dan keindahan.