satu minggu setelah kejadian dikantor, hubungan iki dan lily masih tidak menunjukkan langkah lebih baik.
setelah pengakuan dadakan lily, dengan bersamaan asisten lily memasuki ruangan yang membuat pembicaraan mereka selesai disana. lily pergi dengan perasaan berkecamuk, sedangkan iki masih dengan egonya sendiri.
sore ini iki sibuk merapihkan bunga-bunga miliknya, beberapa bunga terlihat mulai sedikit rimbun, dengan telaten iki merapikan satu-persatu. saat sedang fokus dengan pekerjaannya iki dikejutkan dengan suara pecahan kaca yang terdengar cukup jelas
dengan cepat iki berdiri mencari sumber suara itu, iki menajamkan matanya saat melihat papa lily yang berjalan keluar rumah dengan wajah emosi, tiba-tiba iki menjadi gusar memikirkan apa yang sedang terjadi, apakah lily baik-baik saja sekarang?
tanpa berpikir panjang iki berlari kerumah lily, sesampainya disana iki melihat lily terduduk diruang tamu dengan beberapa pecahan kaca
"li, kamu ga apa?" iki memegang bahu lily yang bergetar karena tangisnya
"hey,, li ada aku disini okayy" persetan dengan hubungan mereka yang sedang tidak baik-baik saja, lily lebih penting sekarang
"a,aku takut hiks" lily mencengkeram bahu iki pelan, tangis lily semakin pecah, tubuhnya bergetar hebat
"ada aku disini, ada aku" iki mengelus punggung lily pelan, hatinya terasa sakit mendengar isakan lily, sesakit ini ternyata
setelah beberapa menit berada diposisi itu, iki merenggangkan pelukannya saat dirasa lily mulai tenang, perlahan iki menghapus jejak air mata diwajah cantik lily, senyum kecil terukir diwajah iki berharap dapat menenangkan lily
"kamu ke sofa dulu yuk, biar aku bersihin ini" iki mengangkat tubuh lily pelan, sedangkan lily hanya diam menyembunyikan wajahnya diceruk leher iki
setelah selesai membersihkan pecahan kaca, iki duduk disamping lily yang masi diam seribu bahasa, iki hanya diam memperhatikan wajah lily yang sangat jelas terlihat lelah, ternyata iki salah, lily memang mempunyai kuasa tapi ia tidak terlihat bahagia
"emm ikut aku aja yuk, aku lupa tutup pintu hehehe" ajak iki mengulurkan tangannya kearah lily yang masih diam
melihat respon Lily yang hanya diam, iki menarik kembali tangannya, suasana canggung kembali menyelimuti mereka, iki meremas tangannya pelan, ck hubungan mereka jauh dari kata baik, mana mungkin lily mau ikut dengannya
"emm kalau gitu aku pulang dulu ya" iki tersenyum kaku dihadapan lily yang lagi-lagi diam
"aku nginep di kamu ya" ucap lily tiba-tiba yang berhasil membuat iki menoleh kearah lily, perlahan senyum iki kembali mengembang
"yuk" iki kembali mengulurkan tangannya kearah lily, kali ini disambut oleh lily
setibanya di rumah iki, lily hanya diam memperhatikan iki yang masih sibuk merapikan bunga miliknya. setelah beberapa menit sibuk dengan urusan bunganya, iki duduk disamping lily yang masih enggan membuka mulutnya
"kamu uda makan?" iki membuka mulutnya sambil membersihkan tangan dari sisah tanah yang masi menempel
"maaf kalau aku egois, aku ga bermaksud ngatur kamu" ucap lily pelan yang berhasil membuat iki menatapnya
"aku ga pernah punya maksud nyakitin siapapun dengan ucapan aku ki, tapi nyatanya aku nyakitin banyak orang dengan ucapan aku. galang beneran cuma temen aku ki, maaf ga kasih tau tentang dia dari awal, tapi aku ngerasa itu ga penting, karena aku anggap dia sama kayak temen aku yang lain" lanjut lily lagi, air mata lily perlahan kembali menetes
"a,ak,," belum selesai lily melanjutkan kata-katanya dengan cepat iki menarik leher lily mendekat kearahnya
perlahan iki memejamkan matanya saat bibirnya menyentuh bibir lily untuk pertama kalinya, terserah lily menganggapnya lancang atau apa, cukup belakangan ini hubungannya dengan lily hancur, cukup sakit ia melihat lily menangis dihadapannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily
أدب المراهقينsederhana saja, dirimu seperti bunga Lily yang menggambarkan keanggunan dan keindahan.