pagi ini iki asik menyiram tanaman bunganya, sesekali ia memberi tambahan pupuk organik ke pot bunga yang mulai terlihat tidak subur. iki merapikan susunan bunga lily yang mulai berbunga sambil tersenyum, kenapa ia jadi teringat dengan lily, ada kesamaan tersendiri antara mereka, yap sama-sama indah, menawan, cantik.
"honey bisa minta tolong bukain botol sausnya ga? aku uda coba tapi ga bisa" suara teriakan lily yang berdiri didepan pintu membuat iki menoleh kearah wanita itu
sejenak iki terdiam memperhatikan lily, sampai sekarang jantungnya masih terus berulah saat menatap lily, kenapa lily selalu menawan dimatanya, rambut yang diikat asal, hotpants yang dipadukan dengan t-shirt oversize berwarna putih membuat lily terlihat cantik alami dihadapan iki
"ikii, mau sampai kapan kamu jadi patung disana" teriak lily lagi yang berhasil membuat iki tersadar dari lamunannya, satu hal yang harus diketahui lily memiliki kesabaran setipis tissue.
dengan cepat iki mematikan keran yang digunakannya untuk menyiram tanaman kemudian melangkahkan kakinya menghampiri lily
setelah memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih, lily memang lebih sering menghabiskan waktu dirumah tetangganya itu. banyak hal yang membuat lily lebih betah dirumah iki, salah satunya ia lebih merasa nyaman disini, daripada harus diam dirumahnya yang sudah terasa seperti penjara baginya
bahkan dikamar iki sudah banyak dipenuhi barang milik lily, mulai dari baju hingga make up. iki tentu tidak mempermasalahkan hal itu, ia bahkan sangat senang karena bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama lily
"apa yang harus saya lakukan madam" ucap iki menatap lily yang mulai terlihat kesal
"bukain ini" jawab lily memberikan sebotol saus tiram yang masi tersegel kepada iki
"baiklah madam, sebentar ya madam saya bukain dulu" iki mengambil botol saus ditangan Lily sambil tersenyum jail yang membuat lily menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah wanita yang berstatus kekasihnya itu
"mau masak apa emang babe?" tanya iki setelah memberikan botol saus yang sudah terbuka ke lily
ia memperhatikan bahan makanan yang berada dimeja pantry. Lily memang tidak perlu diragukan dalam hal meracik makanan, sangat jelas berbanding terbalik dengan iki yang hanya bisa mengunyah makanan
"cumi, kemarin kamu bilang mau cumi" jawab lily kembali sibuk dengan aktivitasnya
"duhh bener-bener istri idaman" ucap iki sambil melingkarkan tangannya ke pinggang lily yang berhasil membuat pipi lily berubah warna
"iyadong, makanya buruan dijadiin istri sebelum jadi idaman orang lain" lily menatap iki sekilas yang terlihat asik menghirup aroma tubuhnya
"kode minta dinikahin ni kayaknya" kekeh iki pelan
"emang ga mau dinikahin akunya?" lily membalikkan badannya sehingga ia bisa melihat dengan jelas wajah iki
tangan lily terangkat mengelus pipi iki pelan, kemudian beralih kebibir bawah iki yang tebal, perlahan lily menalan ludahnya, ia sudah sering merasakan bibir iki tapi selalu berhasil tergoda dengan bibir iki
"soon baby, aku harus kerja keras dulu supaya kamu bisa terjamin hidupnya, jadi ga makan indomie tiap hari hahaha" jawab iki dengan senyuman manisnya, yang pasti bisa membuat siapa saja yang melihatnya langsung luluh
"aku kaya kamu inget itu" kekeh lily pelan dengan senyuman angkuhnya
"ah aku lupa kalau pacar aku ini ceo terkenal, tapi aku gamau istri aku entar sibuk cari uang sedangkan aku nikmati doang, kamu itu tanggung jawab aku, jadi aku yang bakalan penuhin kebutuhan kamu" ucap iki mengecup bibir lily sekilas, yang membuat lily tersenyum haru, ini salah satu kenapa ia bisa yakin dengan iki, iki bisa diandalkan untuk bertanggungjawab dengan hidup mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily
Teen Fictionsederhana saja, dirimu seperti bunga Lily yang menggambarkan keanggunan dan keindahan.