bandung sepertinya tidak baik-baik saja, cuaca panas sangat berbanding terbalik dengan julukan bandung yang dikenal dengan dinginnya
iki menghela nafas, keringat sudah membasahi tubuhnya, terik matahari yang semakin panas membuat iki memperbaiki posisi topi yang menutupi kepalanya
hari ini genap 4 hari iki menjalankan tugas lapangan yang bahkan sebelumnya tidak pernah ia lakukan, semua ini karena dinnar yang tiba-tiba harus pulang ke bogor karena ayahnya yang dirujuk ke rumah sakit, jadi mau tidak mau iki harus menggantikan posisi dinnar untuk sementara waktu
iki melangkahkan kakinya menuju tenda yang disediakan untuk sejenak mengistirahatkan tubuhnya. iki menghela nafas pelan saat lagi-lagi tidak ada tanda-tanda lily membalas pesannya, semenjak iki dinas di luar kabupaten tempat tinggalnya, selama itu pula iki belum mendapatkan kabar dari lily
wanita yang sekarang berstatus kekasihnya itu tampak belum menunjukkan tanda-tanda reda dari amarahnya karena iki yang tiba-tiba membatalkan rencana liburan mereka karena tugas dari kantor yang tiba-tiba iki dapatkan, bahkan lily sempat mengancam akan membatalkan kontrak dengan perusahaan tempat iki bekerja sebagai bentuk protes.
saat sedang memikirkan cara untuk membujuk lily, getaran ponselnya membuyarkan lamunan iki, notif dari sang kakak membuat iki mengerutkan keningnya samar, tapi sedetik kemudian senyuman iki mengembang saat melihat foto lily yang asik dengan tepung terigu
ternyata selama iki pergi lily mengunjungi keluarga iki, lily memang sudah cukup dekat dengan anggota keluarga iki, bahkan iki merasa seperti anak tiri sekarang karena orang tuanya lebih sering menanyakan keberadaan lily daripada anaknya sendiri
helaan nafas lega keluar dari mulut iki saat sang kakak memberitahu kalau lily baik-baik saja, sepertinya memang ini bentuk protes dari lily karena iki yang membatalkan liburan mereka
******************
iki mengela nafas gusar setelah mendapatkan kabar dari asisten lily yang memberi tau sepertinya lily tidak baik-baik saja
sebenarnya memang hari ini iki akan pulang, tapi tidak terburu-buru seperti ini, beberapa jam yang lalu setelah asisten lily memberi tau kalau sepertinya lily bertengkar dengan ayahnya membuat iki gelisah, apakah kekasihnya itu baik-baik saja sekarang?
berkali-kali iki mencoba menghubungi lily tapi hasilnya nihil, tidak ada satupun pesan ataupun panggilan dari iki yang dijawab oleh lily
sesampainya di rumahnya dengan langkah seribu iki berlari ke rumah lily. iki menghela nafas saat rumah yang cukup luas itu terlihat sepi, iki melangkahkan kakinya ke kamar lily setelah bertanya keberadaan lily dengan asisten rumah tangga dirumah lily
perlahan iki mengetuk pintu kamar lily, setelah beberapa saat tidak mendapatkan jawaban, dengan pelan iki membuka pintu kamar lily, nafas iki seakan tercekat saat melihat lily yang meringkuk diujung kamar dengan beberapa goresan ditangannya
dengan cepat iki menghampiri lily yang terlihat pucat, air mata masih terlihat membasahi wajah lily. iki memeluk tubuh lily erat, bagaimana ia bisa membiarkan lily kembali jatuh seperti ini
"i,iki,, hiks,,, a,aku salah lagi" ucap lily terbata, nafasnya mulai tidak beraturan, tubuh lily bergetar cukup kuat, yang membuat dada iki terasa sakit melihat keadaan lily
"sayang, kamu ga salah sayang, apa yang kamu lakuin uda bagus, kamu hebat sayang, kamu hebat" iki perlahan mengelus punggung lily berharap kekasihnya bisa tenang
"a,aku harus gimana supaya ayah bisa berhenti nyalahin aku ki, aku ga kuat" tangis lily seketika pecah, beban yang sedaritadi mengganjal didadanya seakan keluar
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily
Teen Fictionsederhana saja, dirimu seperti bunga Lily yang menggambarkan keanggunan dan keindahan.