seperti biasa aktivitas yang dilakukan iki tidak jauh berbeda, hanya saja hari ini secara tiba-tiba bu vina atasan iki memintanya untuk menemaninya menghadiri sebuah pertemuan penandatanganan kontrak.
dengan langkah gontai iki memasuki gedung bertingkat dihadapannya, badannya mulai terasa sedikit tidak nyaman, mungkin ini cara tubuhnya protes bahwa ia butuh istirahat.
30 menit sebelum pertemuan dimulai iki meminta ijin untuk membeli segelas kopi di cafe kantor, ia berharap dengan segelas kopi setidaknya matanya bisa sedikit fokus
"huft,," iki menghela nafas pelan, perpaduan rasa pahit dan asam di lidahnya masih terasa pekat, tapi pening dikepalanya tak kunjung berkurang
iki memijit pelan kepalanya sambil mengecek ulang file yang akan ia persentasekan sebentar lagi
"hi,, bole duduk disini?" iki mengangkat kepalanya saat seorang wanita tiba-tiba muncul dihadapannya
"a,ah silahkan" dengan senyum kaku iki mempersilahkan wanita dengan kemeja cream itu duduk dikursi kosong tepat dihadapan iki
"aku belum pernah liat kamu sebelumnya, kamu karyawan baru disini?" tanya wanita berambut coklat itu menatap iki intens
"ga, aku bukan karyawan disini, aku bagian dari graft's crop" jawab iki seadanya dengan senyum tipis, tidak bisa dipungkiri iki sedikit tidak nyaman dengan tatapan wanita dihadapannya yang seolah menelanjanginya
"aahh,, ternyata kamu salah satu dari mereka, kenalin aku jesie" ucap jesie mengulurkan tangannya kearah iki dengan senyuman menggoda
"iki" jawab iki menyambut uluran tangan jesie
iki hanya tersenyum simpul saat jesie meremas tangannya pelan, bulu kuduknya sedikit meremang, please kenapa ada wanita cabul disini
"em kalau gitu aku duluan ya, uda mau mulai meetingnya hehehe" dengan kecepatan seribu bayangan, iki langsung berdiri merapikan barang miliknya
"nice to meet u sweetie, mau aku temenin ke ruangan meeting?" tanya jesie menatap iki yang masih sibuk merapikan barangnya
"ga kok ga perlu, aku duluan ya" iki melangkahkan kakinya secepat mungkin meninggalkan cafe
suasana ruangan meeting yang kaku membuat iki menghela nafas pelan, berapa lama lagi ia harus terjebak dengan orang-orang ini
saat pintu utama ruangan terbuka semua orang yang ada disana berdiri menyambut seseorang yang berjalan dengan elegan memasuki ruangan berwarna abu-abu itu
mata iki seakan mengikuti setiap langkah wanita dengan balutan pakaian formal yang memeluk tubuhnya dengan erat sehingga lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas, seperti biasa wanita yang tidak lain adalah lily itu selalu menawan siapapun yang melihatnya
iki menelan ludahnya pelan, tiba-tiba tenggorokannya terasa kering. kalau iki tau orang yang akan menyaksikan persentasenya itu adalah lily, lebih baik ia mendapatkan sp 1 daripada harus hadir disini, shitt.
setelah beberapa jam terjebak diruangan yang sama dengan lily, iki menghela nafas lega ia berhasil menyelesaikan persentasenya dengan baik, bahkan tidak sedikit yang memuji iki. entahlah tapi iki sedikit kecewa saat lily hanya menunjukkan ekspresi datarnya, lagipula apa yang iki harapkan.
iki melipat lengan kemejanya sambil merapikan barang miliknya kedalam tas, kepalanya benar-benar tidak bisa diajak kompromi sekarang, ditambah lily yang sedari tadi menatapnya dingin membuat iki ingin segara meninggalkan tempat ini
"mrs. rizki bisa kita bicara sebentar? ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan" suara yang sudah satu minggu ini tidak iki dengar tiba-tiba masuk keindra pendengaran iki lagi, ah tidak munafik ia merindukan suara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily
Novela Juvenilsederhana saja, dirimu seperti bunga Lily yang menggambarkan keanggunan dan keindahan.