19: Don't run away

650 115 12
                                    

"Kalau ada masalah itu diselesain, bukannya lari dan ngehindar."

Jaceline tau ia memang salah karena menghindar begitu saja dari Jammarion setelah mendengar perkataan Jean saban hari, hanya saja bukan perihal mudah bagi Jaceline untuk bersikap bodoh seolah ia tidak mendegar apapun.

Karena tidak mendapati jawaban apapun, helaan nafas pelan keluar dari mulut Jammarion, lelaki itu lantas duduk bersandar di sofa bar sambil bersidekap dada menatap Jaceline, "Masih mau menghindar?"

"Mau sampe kapan?"

"Gamau diomongin dulu?"

"Sebesar apa salah aku nyampe kamu kaya gini?"

Karena tidak mau mendapatkan pertanyaan lagi, Jaceline pun bertanya, "Seberapa jauh kamu mau nutupin soal Ayah kamu, Rion?"

Jammarion tidak mengerti, Ayahnya kenapa?

"Mr.Dave itu kontak terakhir yang Papa hubungi sebelum kecelakaan."

Raut kebingungan Jammarion itu perlahan mengeras, "Apa maksud kamu ngomong gitu?"

"Kecelakaan Papa itu bukan pure kecelakaan, kamu tau?" Jaceline tau perkataannya pasti menyinggung Jammarion.

"Dan kamu nuduh Ayah yang celakain Papa kamu?"

"Papa berniat batalin kesepakatan merger, dan seperti yang kita tauㅡ

Jammarion menyela, "Kamu serius ngomong gini? Mr.Dave yang kamu bilang itu Ayahku. Beliau bahkan rela habisin uang beratus-ratus juta buat dukung bisnis Papa kamu yang lain, dan merger kedua perusahaan itu Ayahku lakuin karena kita Jaceline. Lalu apa tujuan Ayah bunuh Papa kamu, Aku tanya?"

Raut wajah Jammarion saat ini tidak pernah sekalipun Jaceline lihat. Sungguh. Ia sepertinya sangat marah.

Benar saja.

Tunangan Jaceline itu bahkan tidak tahan untuk duduk begitu saja di hadapan Jaceline yang sudah melayangkan tuduhan terhadap Ayahnya, ia kini berdiri dan menyabet kasar jaketnya yang semula ia letakkan di atas meja.

"Aku tau kehilangan itu bukan hal yang mudah , tapi jangan pernah kamu cari kambing hitam atas kematian Papa kamu. Tuduhan tanpa bukti itu pencemaran nama baik." Jammarion menarik pelan Jaceline agar berdiri, dan ia menyampirkan jaketnya untuk memeluk tubuh Jaceline yang hanya dibalut dress tanpa lengan itu, "Ayo pulang."

***

Selama perjalanan pulang, hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Jammarion bahkan tidak berniat mengatakan sepatah kata sekalipun ia melihat Jaceline memalingkan wajahnya setelah dirinya melihat gadis itu menangis.

Jammarion tau, bukan hal mudah bagi Jaceline untuk menghadapi hidupnya yang sekarang. Ia seolah dipaksa berdiri kuat meskipun kebingungan, menerka-nerka, dan kehilangan kepercayaanya terhadap orang-orang di sekitarnya. Meski begitu, ia masih tidak mengerti kenapa Jaceline bisa menuduh Ayahnya andil dalam kecelakaan maut Papanya?

Matanya lantas kembali melirik ke arah tunangannya itu yang senantiasa memandang ke arah luar jendela.

Rasanya tidak tega membiarkan Jaceline lama-lama tenggelam dalam pikirannya, dan Jammarion pun meraih sebelah tangan gadis itu lalu menggenggamnya erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

brothers out of nowhere.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang