Sissy.
Panggilan Jaceline tersebut awalnya adalah dari Papanya setelah Jean dan Jericho lahir, karena rasanya tidak mungkin untuk memanggilnya 'kakak' maka dari itu 'sissy' atau yang berarti 'sister' itu menjadi penggantinya.
Jaceline sendiri tidak tau alasannya, ia kira Papanya asal saja memanggilnya seperti itu karena nama 'Jaceline' agak sedikit sulit untuk diucapkan.
Tapi Jean, Jericho, dan Jake tau arti panggilan tersebut. Papa mereka banyak bercerita tentang Jaceline, termasuk cerita tentang Jammarion yang menjadi tunangan Sissy mereka itu.
Maka dari itu, ketiganya sudah tidak asing dengan laki-laki satu itu.
"Ini kayanya banyak yang perlu dibeli ya?" Tanya Jaceline yang berdiri di ambang pintu kamar Jean di rumahnya.
Yap. Jaceline memboyong ketiganya untuk pindah ke rumahnyaㅡrumah Papa mereka, lebih tepatnya lagi. Meski awalnya mendapat penolakan, namun alasan Jaceline yang kuat itu tidak bisa mereka bantah lagi.
"Gaada sih Ann..." Kata Jean, ia sudah merasa semua barangnya yang ia butuhkan ada disana.
"Sprei dan dekorasi kamarnya beda banget sama kamar lo yang di rumah sana, terlalu feminim."
"Gapapa, santai. Yang penting bisa dipake buat tidur."
"Apa-apaan?? Lo siap-siap ya pokoknya, malem ini kita belanja." Jaceline menutup pintu kamar Jean lalu pergi menghampiri Jericho yang sedang menata kamarnya.
"Ann!! ini kamar kenapa kaya kamar nenek-nenek sih? Masa sprei gue renda-renda gitu, terus juga itu tuh ada teko apaan, isinya jin ya?"
Tidak seperti Jean yang terima saja kamarnya penuh dengan pernak-pernik pink dan warna-warna feminim, Jericho tanpa perlu ditawarkan pun sudah protes.
"Dulu ini emang kamar Nenek gua tiap kali nginep di sini."
"Boleh diganti gak? Gue pusing liatnya."
"Iya boleh. Nanti malem kita belanja, gua udah bilang ke Jean juga."
"Oke." Jericho mengacungkan jempolnya lalu tidak lagi mempedulikan keberadaan Jaceline.
Jaceline bersidekap dada lalu masuk ke kamar anak itu dan duduk di tepi tempat tidurnya.
"Dih ngapain??"
"Bentar. Gua mau nanya-nanya."
"Nanya apa?"
"Karena lo paling nyolot, jadi gua rasa lo gak bakal nutup-nutupin apapun. Jadi pertanyaan pertama adalah Papa selama sama kalian gimana?"
Jericho yang sedang menata barang-barang koleksinya di rak itu menoleh, "Baik, tapi kadang suka gak punya waktu banyak buat kita. Karena kan dia seringnya sama lo, Ann."
"Kenapa Papa gak ngenalin kalian ke gua dari dulu ya?"
"Papa gamau lo ngerasa gak disayang kalo ada kita, soalnya lo itu orangnya cemburuan banget. Dia takut lo jailin kita bertiga terus, atau mungkin parahnya bikin kita kehilangan nyawa."
Jaceline mendelik sebal, "Gua gak segitunya kalii, gila aja."
"Gii gik sigitinyi kili."
"Ck. Lanjut deh. Mama kalian sih gimana? She's happy with our dad?"
"Yap. Happy banget malah. Papa itu tulus banget, makanya gua sama dua saudara gue pun mau-mau aja nemuin Sissy sombong kaya lo sesuai sama wasiat yang papa tinggalin."
"Kampret."
Setelah selesai menata barang, Jericho beralih menjadi duduk di samping Jaceline. Anak itu terdiam sejenak, ia pun mengeluarkan album foto berukuran kecil dari nakas.
"Ini foto-foto Mama sama Papa, ada tulisan di tiap belakang fotonya."
Jaceline menerimanya, lalu ia melihat foto pertama adalah foto pernikahan mereka. Dirinya ingat, dulu Papanya pernah pergi dalam waktu yang cukup lama, dan ternyata ia menikah. Jujur hatinya masih sakit bila mengingat bahwa dirinya dibohongi orang yang paling ia sayangi dan hormati.
"Lo tau gak, ric? Gua masih ngerasa kecewa kalo inget Papa bohongin gua segininya..." lirih Jaceline.
"Maafin Papa ya, Ann."
"Lo sih gak minta maaf?"
"Jangan ngelunjak anjerrr."
Jaceline tertawa, "Eh ini albumnya gua simpen dulu gapapa? Nanti gua liat satu per-satu kalau ada waktu."
"Barter."
"Sama apa? Motor? Mobil? Hp?"
"Bukan. Tapi sama album foto keluarga lo."
"Oh itu, nanti gua cariin ya."
Anggukan Jericho menjadi tanggapan. Lalu Jericho pun bertanya, "Sissy Ann, lo rencananya mau nikah kapan?"
"Dalam waktu yang dekat dan tepat, nanti pasti gua cerita dulu kok ke kalian."
"Oke."
Jaceline kelihatan berpikir sejenak, "Lo tuh kuliah kan ya?"
"Ya iya??"
"Jurusan apa?"
"Ngawi."
Jaceline melayangkan tabokan ke bahu Jericho, "Gua nanya bener!"
"Anjerr, emosian bet lo ah. Gue Teknik Sipil!"
"Pantes, cocok sih sama muka lo."
"Apa hubungannya??"
"Emangnya lo gak pernah gitu ya? Kaya misalnya nih, lo liat muka guaㅡmenurut lo gua ini dulunya jurusan apa?"
"Musik??"
"Nah. Gitu. Sekarang biar gua tebak, si Jean kalau enggak Kedokteran ... Arsitektur ya?"
"Arsi dia. Mukanya kaya sketsa bangunan ya?"
"Iya lagii."
Jaceline dan Jericho terkikik. Mereka berdua itu sebenarnya cocok, karena personality-nya hampir miripㅡtapi ya sering cekcok pun karena keduanya sama-sama keras kepala dan tidak mau kalah. Ibarat katanya tuh kutub magnet yang sama ketika didekatkan tidak mau bersatu.
***
BROTHERS OUT OF NOWHERE
9 January 2023
07:11
***
KAMU SEDANG MEMBACA
brothers out of nowhere.
FanficAnn Jaceline di umur 25 itu bagaikan sudah jatuhㅡtertimpa tangga pula. Kematian sang Ayah tidak hanya meninggalkan duka untuknya, namun juga meninggalkan fakta bahwa selama ini laki-laki yang ia hormati itu memiliki keluarga lain dan ia terpaksa un...