7

818 67 2
                                    

Kalo ada typo tolong tandai yaa
.

Selamat membacaaa :)))

.

Swushhh

Srekk

"Akhh!!" Arga dengan mudah menangkap leher sosok itu lalu mencekiknya kuat. "Brengsek!" Umpatnya disela sela nafasnya yang tercekat.

"Um?, ini yang mau ketemu sama gw?" Tanya Arga pelan lalu membanting tubuh sosok itu ketanah dengan kasar. Gak sampai situ doang besti. Arga menginjak tangan kanan sosok yang memegang pisau lalu duduk di atas perut si gembel itu.

"Siapa tuanmu" tanya Arga to the point. "Aku" Arga yang ditodongkan pistol dari belakang menyeringai tipis.

Sebelum ia berdiri masih sempat sempatnya ia menendang kepala sosok tadi. Ia menatap dingin manusia iblis di hadapannya. "gw gak nyangka, ketos bodoh ini anak tunggal seorang Kharesh" ucap Arga, ia berdiri dengan tangannya yang ia kantongkan di celananya.

Aresh yang mendengar ucapan Arga seketika kaget menatap Arga tak percaya. Dari mana dia tau?, namun tak berselang lama ia menetralkan ekspresinya.

"Huh?!"

"Apa mau lo?" Tanya Arga. "mengajak mu bekerjasama" jawab Aresh, dia selalu menggunakan bahasa formal jika bersama orang yang tidak dekat dengannya, itu yang diajarkan pak tua bau tanah itu.

Aresh menurunkan senjata api itu kemudian menyimpannya si sesaku celana yang ia kenakan. "Pake bahasa santai aja" ucap Arga tersenyum tipis.

"Ikut gw" Aresh berbalik berjalan masuk kedalam mobil sport yang terparkir tak jauh dari taman itu. Arga mengikuti Aresh tanpa banyak bacot, dia lelah. Mereka meninggalkan sosok tadi yang masih berbaring di tanah.

Diperjalanan tak ada percakapan, Aresh mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata rata. Sesekali ia melirik Arga dengan sudut matanya. Arga sadar bahwa ia dilirik beberapa kali namun lebih memilih diam.

Arga menutup matanya kemudian bersedekap dada. Aresh yang melihat itu berpikir bahwa Arga tidur?, maybe?.

15 menit telah berlalu mobil sport itu memasuki area sebuah gedung yang menjulang tinggi. Aresh mematikan mesin mobilnya kemudian menoleh kearah Arga yang masih setia menutup matanya.

Benar benar asik, asik sendiri....

"Ga.." panggil Atesh ragu. Pasalnya ia yang melihat raut tenang Arga tak tega membangunkan kelinci nakalnya ini. Wait.. WHAT? Kelinci?....

Dan 'nya'?, hey enak aja langsung ngeklaim kaya gitu. Lewatin dulu authornya!

Aresh mencoba mengoyangkan pelan lengan Arga dengan tangan kekarnya. Namun tak ada respon sama sekali. Aresh menatap lamat wajah teduh Arga kemudian tersenyum simpul.

'Ha! Awas kepelet arga ko!" Author

Dengan iseng Aresh meletakkan telunjuknya di bawah hidung Arga, niatnya ngecek masih nafas ato kagak. Eh malah si empu bukak mata. "Huh?, masi idup lo?" Tanya Aresh tertawa pelan.

Arga hanya diam kemudian mendengus. "Ikut gue" Aresh keluar dari mobil diikuti oleh Arga di belakangnya. Arga tetap melihat kedepan namun berbeda dengan telinganya yang siap mendengar suara sekecil apa pun yang menurutnya mencurigakan.

Dan benar saja, Arga dapat mengetahui posisi pasti para Shadow hanya dengan sekali lirikan saja. "Apakah semudah itu?" Tanya Aresh yang menyadari bahwa Arga mengetahui posisi para bawahannya.

"Hm" arga hanya bergumam, mereka melewati lobi perusahaan itu kemudian menuju lift. Aresh menekan tombol lantai 25 dimana itu menjadi lantai tertinggi.

ARENA [Brothership]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang