9

769 59 2
                                    

Guys kemaren aku keliru soalnya Kharesh aku panggil marvel ya?, di part 6 kalo ga salah

Maaf ya, yang di sebut arga, marvel itu sebenernya Kharesh ya guys daddynya Aresh.

Oke, sekali lagi maaf ya. :)
.
.
.
Magha mengusap lembut punggung sempit adik bungsunya itu dimana Arga terus terisak didekapannya.

"Ave hiks.. jahat ya?" Arga terus meracau. Luis menatap nanar putra bungsu yang tak ia anggap itu. Begitu pun dengan Matheo, ia lebih memilih pergi meninggalkan mansion itu. Namun si kembar 3 dan si setan tetap berada di sana.

"Mommy hiks.. jemput Ave aja ya hiks" tubuh Arga bergetar hebat. Membuat Magha panik ditambah lagi darah segar mulai mengalir dari hidung Arga.

"Hiks hiks, abang dada Ave sesek" adunya pada Magha, matanya tertutup namun tetap mengeluarkan buliran liquidnya. Tangan kecil Arga memukul mukul dadanya dengan kasar.

"Baby jangan di pukul nanti sakit" lembut Magha, ia menimang Arga layaknya bayi.

"Sudah cukup kalian membuat adikku menderita hah?!" Magha menggeram marah melihat wajah gadis tak berdosa 'iya gak berdosa :)'  itu tertidur dengan damai di pangkuan Mivtha.

"Sekarang cepat kalian bawa jalang itu pergi dari mansion ku sebelum aku menyeretnya ke neraka!" Magha membawa Arga yang ada di gendongannya pergi dari ruang tamu itu. Ia akan membawa Arga kerumah sakit dulu.

Muak, dia benar benar muak melihat tampang sok polos jalang kecil itu.

Ia menyesal tidak bertindak dari dulu. Ia menyesal karena ia hanya diam melihat Arga yang di hukum oleh Luis karena masalah sepele.

Sedangkan disisi Luis dan anak anak nya. Ia merasa tertusuk mendengar isakan pilu dari Arga. Ia belum pernah mendengar tangisan putra bungsunya itu. Bahkan saat ia mencambuknya pun Arga sama sekali tidak meringis ataupun menangis, ini pertama kalinya.

...

"Maaf" Aresh melihat layar ponselnya menampilkan pesan yang memberi tahunya tentang kondisi Arga.

"Huh...keluarga bajingan" umpatnya lalu melempar benda pipih dangan 3 boba itu asal.

Holang kaya lo.

Ceklek...

Pintu kamarnya di buka oleh sang daddy.
"Ke ruangan daddy" setelah mengatakan itu marvel kembali menutup pintu kamar putra sulungnya itu.

"Apa lagi ini tuhan??" Lelah Aresh.

...

Ceklek

Pintu ruangan rumah sakit terbuka memperlihatkan pria paruh baya dengan tentengan buah buahan.

Ia berjalan mendekat ke brankar pesakitan yang di tempati Arga setelah meletakkan jinjingannya di atas meja. Pria itu mengelus lembut kening keponakannya. Ya yang datang menjenguk Arga adalah pamannya. Kakak dari Luis, Zhaka Axeus Attareanda, pria 2 anak itu menatap sendu keponakannya yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit.

"Ave, papi disini kenapa kamu gak buka mata kamu?"

"Ave cape ya?" Zhaka terus mengusap kening Arga lembut.

"Magha kamu jaga baik baik berlian ini, jangan sampai kamu membuang berlian demi kerikil jalanan" peringat sang paman mewanti wanti. Zhaka tak pernah suka dengan Yuna. Terlebih lagi ia mengetahui bahwa Arga sering di cambuk oleh Luis hanya karena masalah yang tak pernah Arga perbuat.

Bukan itu saja Zhaka sebenarnya juga sudah tau tentang latar belakang Yuna karena di beri tau oleh tuan besar Mosha.

Mosha? Iya ketua OMS.

ARENA [Brothership]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang