-10. Accident-

289 22 27
                                    

Happy reading (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Author udah cepet loh updatenya masa masi gamau komen?

Keringat terus mengalir dari kening Chenle karena lelahnya terus berjalan tanpa tujuan, Chenle berjalan tanpa arah tidak tau akan kemana, tanpa tau apa yang akan terjadi selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keringat terus mengalir dari kening Chenle karena lelahnya terus berjalan tanpa tujuan, Chenle berjalan tanpa arah tidak tau akan kemana, tanpa tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Chenle benar-benar berada di titik pasrah akan segalanya

Ia duduk di bawah pohon lalu kepalanya menoleh ke arah ponselnya yang sudah mati karena lowbat, Chenle merasa sia-sia karena meski Haechan membalas pesannya ponselnya sudah mati. detak jantungnya berdegup dengan kencang karena mengetahui sudah malam hari namun ia masih belum menemukan tempat yang aman untuk tinggal baginya dan Jian.

Entah mengapa sedikit demi sedikit timbul perasaan benci terhadap Jian di hati Chenle, matanya mengarah ke Jian dengan raut wajah suram namun ia juga mengerti bahwa Jian sama sekali tidak bersalah

Daun berjatuhan dari pohon yang lebat itu karena kencangnya angin membuat daun itu jatuh dari akarnya, tidak lama setelah itu hujan datang disertai petir dan angin

Jian mulai merasa ketakutan saat mendengar suara petir yang menyambar, dan angin yang berhembus kencang mengenai kulitnya serta rambutnya yang menjadi berantakan karena kerasnya angin.

Chenle menoleh lagi ke arah Jian, lalu menggenggam tangannya yang mulai dingin karena cuaca, Chenle menggosok-gosok tangan Jian agar ia merasa hangat.

"Jian tunggu disini ya, abang beli air minum dulu. Ingat jangan kemana-mana."

Setelah memperingati Jian, Chenle segera bergegas untuk pergi membeli air putih dan roti untuk makan malamnya, daripada maagnya kambuh kan?

Chenle mencari-cari sisa uang di sakunya, dan beberapa koin jatuh dari sakunya dan mulai menggelinding pergi, Chenle langsung berinisiatif untuk mengejarnya namun sayang tidak bisa karena hujan dan angin yang dahsyat itu membuat Chenle tidak dapat menemukan sisa uang koin yang ia miliki.

"Ya Tuhan.. apa lagi sih ini, aku hanya ingin membeli air dan roti saja Tuhan tidak perbolehkan?" Chenle terdiam dan mengusap-usap matanya dengan kasar.

"Maafin abang, Jian.."

Chenle pun akhirnya tidak jadi membeli roti dan air itu, dia memutuskan untuk kembali ke pohon itu lagi dengan perasaan yang sedih.
Saat dia sudah mencapai pohon itu, dia tak melihat siapapun hanya ada tas Jian yang tertinggal..

"JIAN?!! JIAN KAMU DIMANA?? ABANG UDAH KEMBALI!! JANGAN MAIN-MAIN!! AYO KELUAR KAMU!!" Nada Chenle terlihat panik dan bola matanya bergerak dengan cepat melihat sekeliling dengan panik.

Chenle segera berlari ke arah satpam untuk meminta pertolongan, keringatnya tak dapat membohongi siapapun yang melihatnya bahwa dia sedang sangat panik.

"Permisi pak! Saya boleh pinjam hp bapak sebentar untuk menghubungi teman saya? Hp saya sedang lowbat.."

Bapak satpam yang sedang meminum kopi itu melihat ke arah Chenle dan langsung memberikan ponselnya tanpa bertanya apapun.

Jian Semestaku [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang