-02. I'm Fine-

428 34 14
                                    

Teriknya matahari pada pagi hari masuk ke jendela kamar Jian, sehingga bocah itu pun terbangun dari mimpi indahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teriknya matahari pada pagi hari masuk ke jendela kamar Jian, sehingga bocah itu pun terbangun dari mimpi indahnya.

Mimpi dimana ia tidak merasakan kesakitan lagi, mimpi dimana tidak ada Jeno, dan mimpi dimana ia bertemu dengan penciptanya, Tuhan.

Matanya membulat sempurna saat melihat lelaki di kamarnya, ya tidak lain itu adalah Chenle. Mengapa ia disini? Itulah pertanyaan yang ada di kepala Jian.

Bocah itu memandang lelaki itu dengan tatapan sendu dan tatapan kebingungan, ia ingin bertanya tapi memutuskan untuk diam saja.

Terkadang diam itu lebih baik, bukan?

"Ji.." panggil lelaki itu dengan lembut.

Bocah itu akhirnya memberanikan diri untuk melihat ke arah mata lelaki itu dan menunggu apa yang akan lelaki itu ucapkan selanjutnya.

"Tadi bang Jeno bilang, kalau kamu ngga ngerjain PR, bener ngga?" Tanya lelaki itu dan menghampiri bocah itu perlahan.

Bagaimana Jeno bisa tau? Jian terdiam sejenak, bocah itu tidak mengerjakan PR karena ia benar-benar lupa. Bocah itu pun mulai menangis pelan karena takut dimarahi.

"I-iya bang.." Ujar bocah itu sembari memijit jari di tangannya, khawatir.

Chenle menghampiri Jian lalu menepuk-nepuk kepala Jian untuk menenangkannya, demi Tuhan hati Chenle sangat sakit melihat Jian menangis.

"Jian jangan nangis.. gapapa kok, lain kali jangan lupa ngerjain PR-nya ya?" Lelaki itu tersenyum kecil lalu memeluk bocah itu, tidak erat, dan tidak lama. Tapi setidaknya menenangkan bocah itu sesaat.

"M-makasih abang.. Jian janji bakalan ngerjain PR.." ujarnya sambil menundukkan kepalanya.

Lelaki itu tersenyum lalu mengecup kening bocah itu sesaat, setelah itu Lelaki itu pun pergi dari kamar bocah tersebut untuk melakukan aktivitas lain.

Bocah itu tersenyum lega, saat mengetahui Chenle tidak memarahinya. Bocah itu senang tapi juga sedih karena mengecewakan Chenle.

Jian memutuskan untuk belajar karena ada ulangan di esok hari, ia duduk di meja belajarnya lalu merenung sebentar.

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu keras yang ada di depan pintu Jian, Jian ketakutan karena ia tau pasti itu adalah Jeno.

Jian menghela nafasnya sembari mengelus-elus dadanya agar tidak merasa takut, ia bangkit dari kursi belajarnya lalu berdiri di depan pintu kamarnya.

"J-jian harus bisa, Jian gaboleh takut.." ujarnya menenangkan dirinya sendiri

Lalu Jian meraih gagang pintu kamarnya lalu membukanya, dan benar saja itu adalah Jeno.

Jeno ke kamar Jian sambil membawa sapu dan sabuk bersiap untuk memukuli Jian, Jeno mendekat lalu tangannya sudah ada di depan muka bocah tersebut dan akhirnya...

Jian Semestaku [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang