↱ 05 ೄྀ࿐

208 24 0
                                    

u s u a l l y ;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

u s u a l l y ;

dengan mata yang bergetar, dan bibir yang berucap gagap, ruri menatap kertas hasil ujiannya yang baru dibagikan beberapa menit lalu.

sekarang, kalau boleh jujur, pikirannya langsung dipenuhi oleh kata-kata eita tempo hari.

ingat? waktu cowok itu bilang soal usaha tidak akan mengkhianati hasil, walaupun malas, ruri akan menganggap penuturan eita yang satu ini ada benarnya.

nilainya berhasil mencapai angka 88. itu jauh dari yang pernah ruri bayangkan.

ternyata tidak semua omongan eita itu sampah, ya. meski brengsek, ruri terkesan dia bisa bicara hal-hal yang berguna.

setelah bel pertanda seluruh pelajaran selesai, ruri mengambil ponselnya yang ada di tas. niatnya mau menghubungi eita. tentu saja soal hasil ujiannya.

biasanya, ruri menemukan sosok eita yang ada di dekat gerbang. entah menunggunya atau kana, ruri tidak tahu. tapi sekarang, eksistensinya tidak bisa ruri temukan di manapun. itulah alasannya mau menghubungi eita lewat ponsel.

"eita"
"jemput gue dong"

otoya eita harus sujud syukur kalau melihat pesan yang ruri kirimkan padanya. hari-hari sebelumnya, eita berpikir untuk menunggu kiamat sampai ruri mau memintanya menjemput.

tapi situasinya sangatlah tidak pas. di depan otoya eita, berdiri seorang perempuan. namanya kana. salah satu dari korban perangkap manis eita.

tapi percayalah! hanya ruri yang bisa memenuhi isi kepala eita sejak awal mereka bertemu.

melihat pesan ruri, sebetulnya eita mau teriak, loncat, salto, kayang, kegirangan. namun begitu sadar apa yang sedang menimpa kana, eita mengurungkan niatnya.

kana tidak masuk sekolah. kemudian memintanya untuk bertemu di sebuah kafe dan mengajaknya curhat. orang tuanya baru bercerai semalam dan itu adalah peristiwa yang cukup mengguncang mental kana.

eita mau beranjak dari sana dan pergi menjemput ruri, tapi dia tidak bisa. ada sesuatu yang menahannya. mungkin karena tangisan kana yang tak kunjung reda.

"kana? pulang yuk? kamu istirahat di rumah. nanti aku anterin makanan, ya? yang manis-manis. biar mood kamu balik," eita menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku setelah merespon pesan ruri, menyuruh gadis itu untuk menunggu sebentar lagi.

"gak mau, eita! aku gak mau pulang! rumah itu bikin aku inget sama papa mama yang udah pisah!" kana berseru jengkel. dia merampas tisu yang berada di atas meja kemudian mengelap lendir di hidungnya. tidak banyak kok.

"ya udah. kalo gitu aku yang pulang, ya?" eita nyengir tanpa dosa.

air muka kana langsung berubah kecut. "eita tega ninggalin aku?"

"bukannya tega. tapi aku punya keperluan lain-,"

"waktu kamu minta temenin main bola aku temenin kok! tapi kenapa sekarang eita gak mau nemenin aku?! apa karena mau ketemu vivi? atau nay? atau mia? atau ruri?"

"mau ketemu ruri sih-,"

"TUH KAN EITA JAHAT!!" kana langsung menampar permukaan meja yang tidak berdosa itu dengan tangisan yang makin menjadi-jadi.

"aduh, kana. nangisnya pelanin dong. kita jadi diliatin tuh," eita langsung kepusingan. dia tidak mau membuat ruri menunggu lama, tapi juga tidak mau meninggalkan kana di sini. takutnya di perjalanan pulang, dia lompat ke jalan raya karena bosan hidup.

mampus sudah dia bisa jadi tersangka utama.

"kana, besok aku ajak jalan-jalan ke alun-alun deh. janji. dari pagi sampe sore, waktu aku buat kamu besok sepenuhnya. serius," eita mengacungkan dua jarinya membentuk peace.

tangisan kana berangsur-angsur mereda. dia mengangkat kepalanya, "janji?"

"janji.." meskipun ragu-ragu sih.

"ya udah. eita boleh pulang. tapi anterin aku dulu ke rumah ya?" pinta kana, dengan mata yang berkaca-kaca tak mampu untuk eita menolak permintaannya.

tipu daya wanita memang nyata.

***

setelah mengantar kana ke rumah dengan selamat, aman sentosa, eita langsung tancap gas ke arah sekolah ruri. meskipun dia berkali-kali bentrok dengan pengendara lainnya, mendapat sumpah serapah dan cacian, eita tak mengurangi kecepatan albert sedikitpun.

dia takut begitu sampai, ruri sudah tidak ada di sana.

tapi untunglah semesta masih berpihak padanya. ruri berdiri di trotoar dekat gerbang sekolah dengan ponsel di tangannya dan selembar kertas yang eita tak tahu apa isinya.

"halo, yang."

sapaan eita dianggap angin lalu. ruri tak menggubris kehadiran eita sama sekali dan malah mengedarkan pandangannya ke jalan raya, seperti menunggu sesuatu.

"ngapain sih, yang? nih gue udah sampe. lagi nyari apaan? tukang batagor?"

"diem lo."

nah kan. tamat sudah riwayat eita. dengan wajah super ketus dan nada maha jutek itu, sudah pasti dia melakukan kesalahan. eita tidak setolol itu sih, jadi dia tahu apa kesalahannya.

membuat ruri menunggu selama 2 jam.

"yang, maaf. tadi ada burung camar mau imigrasi," eita mencomot sembarang ide. paling tidak ruri mau tertawa.

"apa peduli gue?"

eita langsung turun dari motornya. "sebenernya tadi gue lagi sama kana. tapi pas lo minta jemput, gue langsung izin mau pulang. cuma pas di jalan nganterin kana pulang.. dia minta cariin anak ayam warna ungu terong. ya terpaksa gue harus muterin planet bumi dulu. maaf, ya? ayo gue anterin balik."

"apa peduli gue? balik aja sana lo ke pelukan cewek-cewek lo itu. gue udah muak jadi second choice," ruri bicara sarkas.

"eh, yang. mana ada second choice. lo mah nomor satu, yang. cuma si kana mukanya melas banget, gue jadi kasian," eita menggaruk pelan kepalanya.

"bodo. pulang sana. males gue liat muka lo. males gue denger suara lo, isinya kebohongan semua," ruri melangkah menjauhi eita.

"ya udah, gue anter balik dulu, terus-,"

"gue udah pesen ojol. pergi lo!"

"gue diusir nih, yang?"

"IYA, SAT! JANGAN MUNCUL DI DEPAN GUE LAGI!"

***

[✔] [9] flirt ; otoya eitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang