Part 3 // suami dan istri

147 14 1
                                    

halo! ketemu lagi dengan sadam dan thalia <3

***

"Kamu... pulang?" pertanyaan itu datang dari Thalia istrinya. 

"Kamu bisa lihat aku berdiri disini." Sadam mengendikkan bahunya, yang kemudian ditanggapi Thalia dengan anggukan kepala. 

Sudah sejak lama dari pertemuan mereka yang terakhir, mungkin tiga atau empat minggu yang lalu.

Wanita itu kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, membuat segelas susu hangat. Tidak terpengaruh dengan Sadam yang mendekat ke arahnya, juga mengambil gelas di rak, kemudian mengambil air dari galon.

"Kamu jam segini belum tidur?"

"Tadi siang balik dari rumah sakit, tidur lama, terus sekarang jadi nggak ngantuk." Giliran suaminya yang menanggapi dengan anggukan.

"Kamu habis manggung dimana?" pertanyaan yang tidak penting karena sebenarnya Thalia sudah tau jadwal-jadwal Sadam dari Galih.

"Di daerah Bekasi."

Thalia tengah mengaduk susu hangat di hadapannya. Wanita itu diam, memikirkan topik percakapan apa yang bisa ia bawa untuk mengisi keheningan ini. Hubungannya dengan sang suami memang secanggung itu, komunikasi mereka benar-benar buruk.

"Kamu udah makan?"

"Kamu mau masakin aku sesuatu?" mendengar pertanyaannya dibalas dengan pertanyaan lain Thalia mendengus.

"Kamu sendiri kan tau kalau aku cuma bisa masak mie sama goreng nugget."

Mendengar jawaban yang terdengar kesal dari istrinya, Sadam tertawa, "Yaudah boleh mie soto pake telur, sama goreng nugget sekalian, aku bersih-bersih dulu ya." 

Laki-laki itu berlalu ke arah kamar mereka setelah sempat menepuk pelan puncak kepala Thalia.

***

Sadam kembali dari kamar mereka dengan tampilan yang lebih segar, rambutnya terlihat masih basah. Ia kini mengenakan kaus berwarna putih dan celana training hitam.

Dua mangkuk mie rasa soto serta piring yang berisi beberapa biji nugget sudah tersaji di meja makan. Asap mengepul dari kedua mangkuk mie tersebut, mengantarkan aroma sedap ke hidungnya.

Laki-laki itu duduk, kemudian disusul Thalia yang membawa dua gelas air mineral.

Wanita yang sedang mengenakan kaus oversize dan sweatpants itu meletakkan dua gelas air mineral masing-masing untuk Sadam dan dirinya sendiri.

"Thank you." Sadam berterima kasih.

Mereka menikmati makanan sederhana itu dalam diam.

Menurut Sadam, Thalia memang tidak mahir memasak, tetapi mie instan buatan wanita itu adalah mie instan terenak yang pernah dia makan. Ada bumbu-bumbu lain yang Thalia tambahkan sehingga membuat rasanya lebih nikmat.

"Kamu yang cuciin ya, aku mau rapihin kasur, spreinya berantakan." Sadam menoleh ke arah istrinya.

"Kenapa harus dirapihin, kalau habis ini kita bikin berantakan lagi?" Sadam tersenyum menggoda kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Thalia, seolah-olah ingin menciumnya.

Wanita itu otomatis menahan badan Sadam untuk mendekat, kemudian berseru, "iih... sikat gigi dulu!"

Thalia langsung berdiri untuk menghindar, kemudian berjalan cepat ke arah kamar mereka. Sadam tertawa kecil melihat tingkah laku istrinya.

Thalia yang malu, Thalia yang kikuk, adalah hiburan tersendiri baginya.

***

Keluar dari kamar mandi, Sadam mendapati Thalia tengah bersandar di hoverboard tempat tidur sambil membaca buku. Laki-laki itu kemudian mendekat dan duduk di samping istrinya, ikut bersandar di hoverboard.

Beberapa detik telah berlalu sejak Sadam berada di samping Thalia, tapi wanita itu masih fokus pada buku yang ia baca. Sebuah ide tercetus untuk mendapatkan perhatian dari istrinya.

Sadam merebahkan kepalanya di pangkuan Thalia dengan posisi menghadap perut, kemudian memeluk pinggang wanita itu erat. Hal tersebut seketika membuat Thalia menegang, jantungnya berdegup kencang.

"Lagi baca apa sih, fokus amat..." ucap laki-laki itu masih dengan posisi yang sama membuat suaranya teredam.

Thalia menelan ludah berusaha menormalkan diri, "buku kesehatan, kamu gak ngerti."

Sadam merubah posisi, menghadap ke atas, memudahkannya menatap istrinya. Sontak membuat jantung Thalia yang sudah stabil, kembali berdegup kencang.

Thalia berusaha mengalihkan fokus pada bacaannya lagi. Namun tidak bisa karena bukunya kini telah direbut oleh Sadam.

"Thal..." Thalia berdeham untuk menjawab, "lihat aku coba..." wanita itu kemudian menunduk untuk menatap suaminya.

Cup...

Satu kecupan di bibir Thalia berhasil dicuri oleh Sadam, wanita itu tak sempat menghindar. Lelaki itu kemudian tertawa melihat wajah memerah istrinya.

Tak ingin berhenti, Sadam kembali mengangkat kepala dan kembali memberikan beberapa kecupan. Kemudian tangannya reflek menekan kepala bagian belakang Thalia agar lebih menunduk untuk menciumnya.

Sadam melumat bibir Thalia. Ciuman mereka kini menjadi lebih intens, tapi tetap terasa lembut.

Detik demi detik berlalu, tautan itu kemudian terlepas, ketika mereka merasa akan kehabisan nafas.

Wajah Thalia yang merah dan ekspresi malu-malu itu membuat Sadam semakin gemas. Bertahun-tahun mereka menikah, berkali-kali juga mereka telah berciuman tetapi istrinya masih juga sama.

Sadam bangun dari posisi rebahannya, kemudian dengan cepat kembali menarik kepala Thalia untuk menciumnya lagi. Kini dengan posisi yang lebih nyaman daripada sebelumnya.

Tangan lelaki itu tidak tinggal diam, mengarahkan kedua tangan Thalia untuk memeluk lehernya. Kemudian dia sendiri mengusap pinggang lalu punggung Thalia, hingga menelusup ke dalam kaus yang dikenakan istrinya.

Seperti yang sudah Sadam katakan sebelumnya, sprei yang Thalia rapikan tidak berguna karena mereka akan membuatnya berantakan kembali. Karena kasur itu menjadi tempat mereka untuk bercinta sekarang.

Namun... Thalia tidak yakin apakah yang mereka lakukan dapat disebut bercinta, karena... tidak ada rasa cinta di antara keduanya.

Atau lebih tepatnya, rasa cinta Thalia yang tidak berbalas.

***

terima kasih sudah membaca, jangan lupa vote dan comment <3

DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang