Part 8 // jarak yang memisahkan

97 10 0
                                    

halo! ketemu lagi dengan Sadam dan Thalia, selamat membaca <3

***

Ketika pertama kali mendapati dirinya hamil, Thalia merasa banyak hal datang bertubi-tubi mengguncang mentalnya. 

Ia harus cuti kuliah. Dimusuhi oleh ayahnya. Tidak diterima dengan baik oleh keluarga dan teman-teman Sadam. 

Thalia berpikir tentu tidak ada yang bisa dia salahkan selain dirinya sendiri, dan dia harus bertanggung jawab atas kesalahannya itu. Ia hanya memendam keresahannya itu sendiri, tidak berani berbagi dengan Sadam. Selain karena hubungan mereka yang masih canggung, juga karena Thalia yang tidak ingin membebani laki-laki itu dengan masalahnya.

Namun ia merasa ada secercah harapan ketika bersama Sadam, setelah melewati hari demi hari tinggal bersama di awal pernikahan mereka.

Terlepas dari alasan yang menyebabkan mereka harus bersama, tetapi menurut Thalia, Sadam adalah lelaki baik dan bertanggung jawab. Walaupun mereka menjadi suami istri karena keterpaksaan, namun suaminya itu memperlakukannya dengan baik.

Perhatian-perhatian yang diberikan oleh Sadam membuat Thalia yakin pernikahan mereka tidak akan seburuk yang sempat ia bayangkan sebelumnya.

Pada awal masa pernikahan, hubungan mereka terasa sangat canggung. Namun Sadam berperan sebagai sosok suami yang bertanggung jawab, memberinya perhatian dan support yang besar.

Thalia tidak pernah membayangkan akan menikah dan hamil di usia muda. Pengetahuannya tentang kehamilan belum banyak. Ketika hamil tidak ada ibu atau ibu mertua yang akan memberitahunya ini itu. Ayah Thalia menjaga jarak antara ia dan ibunya, komunikasi mereka jadi terbatas. Sedangkan ibu Sadam yang sejak awal seperti belum mau menerimanya, menyebabkan mereka menjadi tidak dekat.

Namun Thalia merasa beruntung ada Sadam. Perhatian-perhatian kecil saat menghadapi kehamilan, memberinya kekuatan, menunjukkan bahwa dia tidak sendiri menghadapi ini.

Lelaki itu juga bekerja mencari nafkah untuknya. Bernyanyi di beberapa event dan festival, di cafe, merilis lagu walau saat itu belum juga menjadi hits. Sadam juga semakin serius pada usaha clothing nya. Lelaki itu menyadari pekerjaan sebagai penyanyi belum dapat mencukupi kebutuhan keluarganya ke depan, apalagi ia belum punya nama besar.

Perhatian-perhatian kecil ditunjukkan oleh Sadam kepada Thalia selama masa kehamilannya. Mereka adalah pasangan muda yang saling belajar menerima kehamilan dan bersiap untuk menjadi orang tua.

Sehari dua kali Sadam tidak pernah absen mengirimkan pesan untuk bertanya kabar Thalia apabila sedang tidak bersama. Tidak jarang pula Sadam yang menyiapkan sarapan untuk mereka. Sadam selalu ingat jadwal check up Thalia dan akan berusaha ikut mengantar Thalia. Lelaki itu juga sering mengingatkannya untuk minum vitamin.

Sadam yang baik, Sadam yang perhatian, Sadam yang bertanggung jawab, tentunya tidak sulit bagi Thalia untuk terpesona dan jatuh cinta pada laki-laki itu.

Thalia perlahan menerima pernikahan ini, menerima orang-orang baru di sekitarnya, menerima segala kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. Ia mulai merancang masa depan dengan Sadam di sisinya, walaupun sempat tidak berjalan dengan yang ia harapkan, kini ia akan menata kembali.

Semua berjalan baik walau hanya dengan Sadam bersamanya. Sadam yang selalu baik dan bertanggung jawab padanya, membuat Thalia percaya bahwa laki-laki itu menerimanya, juga pernikahan mereka sekarang.

Namun kepercayaan Thalia pudar, ketika tidak sengaja mendapati Sadam yang sedang tidur, laki-laki itu memanggil nama Yasmin. Sadam menyebut nama Yasmin dilanjutkan dengan kata-kata bahwa ia tidak ingin kehilangan mantan kekasihnya itu di bawah alam sadar.

DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang