Part 7 // lama tak bersama

155 13 2
                                    

halo! long time no see^^ ketemu lagi dengan sadam dan thalia, enjoy <3

***

Sejak pulang dari acara makan-makan keluarga di rumah Eyang Ratih Thalia menjadi pendiam. Ketika perjalanan pulang hanya berbicara untuk menanggapi pertanyaan Aluna sepatah dua patah kata, yang membuat Aluna lebih memilih bercakap-cakap dengan sang ayah.

Sadam sudah menebak hal tersebut karena sudah menjadi kebiasaan Thalia. Sepulangnya dari acara keluarga Sadam mood Thalia akan jadi buruk dan menjadi pendiam sepanjang sisa hari, walaupun wanita itu berusaha untuk tidak menunjukkannya. 

Inilah yang menjadi alasannya menawarkan kepada Thalia untuk tidak perlu datang ke acara-acara keluarganya.

Sejak awal Sadam sudah berusaha meminta kepada keluarga besarnya, khususnya pada sepupu-sepupunya untuk bersikap baik pada Thalia. Apalagi melihat usaha istrinya yang berusaha mendekatkan diri pada mereka, berharap mendapatkan timbal balik yang sama. Namun sayangnya tidak sesuai harapan laki-laki itu, yang kemudian membuat Sadam memilih untuk menghindarkan Thalia dari mereka sekalian. 

Sadam memasuki kamarnya dengan Thalia, kemudian menghampiri istrinya yang tengah memakai rangkaian skincarenya seusai mandi.

"Kan aku udah bilang, kita gak perlu datang." mendengar perkataan suaminya, Thalia melirik laki-laki itu sekilas dari cermin. 

"Kenapa kita gak perlu datang?"

"Mood kamu jadi jelek tiap kita dari acara keluarga."

"Aku gak apa-apa kok, mood ku baik-baik aja, kamu jangan sok tau ih..." Sadam hanya menghela nafas mendengar jawaban Thalia, tentu dia tau istrinya berbohong. 

Meskipun Thalia adalah orang yang sangat pendiam, ia selalu bisa menanggapi celotehan Aluna dengan sama cerewetnya. Sangat berbeda ketika sedang dalam mood yang buruk, seperti hari ini seusai pulang dari acara keluarga, ia menanggapi Aluna seadanya. Sehingga sangat mudah bagi Sadam untuk menyadarinya. 

"Kamu kenapa jadi jarang main sama teman-teman dekat kamu?" pertanyaan yang tidak Sadam sangka-sangka itu datang dari Thalia. Istrinya itu sangat jarang bertanya-tanya atau ikut campur tentang pertemanannya.

Namun kemudian Sadam menyadari bahwa sepertinya Thalia mendengar obrolan dengan sepupu-sepupunya tadi, yang berarti juga mendengar ketika mereka membahas Yasmin.

"Kamu denger obrolan aku sama yang lain tadi? Berarti kamu juga tau jawabannya kan? Emang waktunya aja gak cocok."

"Kamu... jangan menghindari mereka... kayak kamu ke sepupu-sepupu kamu gara-gara aku..." mendengar ucapan Thalia, Sadam memutar kursi yang tengah diduduki istrinya untuk menghadapnya. Laki-laki itu kemudian bersimpuh di depan Thalia dan memegang tangannya. 

"Aku nggak menghindar dari temen-temenku Thalia... emang beberapa kali mereka ngajak nongkrong bentrok sama jadwal aku, atau mereka ngajak tapi aku lagi pengen istirahat, aku nggak menghindari mereka... dan masalah sepupu aku aku menghindari mereka karena malas aja, mereka sering bahas kerjaan aku tapi ngeremehin, gak ada hubungannya sama kamu, oke?"

Thalia mengangguk pelan. Untuk permasalahan sepupu Thalia percaya, karena ia melihat sendiri bagaimana sepupu-sepupu Sadam, juga om dan tantenya, beberapa kali berbincang namun secara tersirat meremehkan pekerjaan laki-laki itu sebagai seorang penyanyi. Sedangkan tentang teman-teman Sadam, Thalia masih belum percaya dengan jawaban suaminya.

"Aku mau bantu mbak Asih siapin makan malam, kamu mandi sana." Thalia berdiri melangkahkan kakinya untuk pergi ke dapur, namun terhenti begitu mendengar suara Sadam.

"Thalia kalau kamu merasa ada yang ingin kamu sampaikan atau tanyakan, bicarakan langsung ke aku, oke?" Thalia kembali mengangguk menanggapinya, kemudian melanjutkan langkahnya menuju dapur.

DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang