🌼 Sendiri 🌼

10 0 0
                                    


            Dua hari Masa Orientasi Siswa (MOS) telah berlalu. Pada tanggal 12 Juni 2021, aku resmi menjadi siswi di sekolah Madrasah Aliyah (MA) Al Istiqomah. Hari itu dimulai seperti biasa: mandi, menyiapkan buku, sarapan, dan berpamitan kepada ibu sebelum pergi ke sekolah.

          Pagi itu, aku menaiki sepeda berwarna merahku dengan semangat yang membara. Mengenakan seragam Pramuka dan hijab segitiga, aku merasa percaya diri. Pemandangan pagi sangat indah; matahari terbit di sebelah timur, sinarnya menyinari bumi dengan hangat, dan udara yang segar membuat semangatku semakin berkobar.

          Setelah sekitar 15 menit perjalanan, aku tiba di sekolah. Beberapa siswi telah hadir dan berkumpul di pelataran masjid. Namun, aku lebih memilih untuk duduk sendiri, mencari ketenangan sebelum hari yang penuh tantangan ini dimulai. Di tengah kesunyian itu, tiba-tiba terdengar suara lembut memanggil namaku.

             "Hai, Zeva."

             Kaget, aku menoleh dan melihat seorang siswi di depanku. Dia adalah Lisa, teman yang baru saja kukenal melalui WhatsApp. Lisa berasal dari Kota Banyuwangi, tepatnya dari daerah Kertosari. Sebelumnya, ia lulusan Pondok Pesantren Al Khadijah di tempat tinggalnya. Saat itu, aku masih berusaha mengingat dengan jelas siapa dia, karena kami baru berkenalan.

        “Hai, sebentar, aku mau mengingat dulu kamu siapa,” jawabku sambil tersenyum.

         “Ouh, aku ingat, kamu Lisa. Klalisa Kanza, kan?” tanyaku kembali.

        “Iya, aku Lisa, Zeva. Maaf, aku tidak mengenali karena kamu pakai masker,” jawabnya dengan senyuman.

           Lisa terlihat cantik dalam balutan seragam Pramuka dan hijab segitiga berwarna cerah. Kami mulai mengobrol, membahas hal-hal sepele, dari cuaca hingga pengalaman di pondok.

         “Kemarin kok aku tidak melihat kamu, ya, Lisa? Kamu ke mana?” tanyaku penasaran.

        “Iya, kemarin aku belum sampai ke pondok. Sekarang sudah di sini, tapi aku sudah izin sama kepala sekolah. Untuk MOS kemarin, aku belum bisa datang karena masih dalam perjalanan,” jelasnya.

        “Jadi, itu di Pondok Al Ihsan putri, ya? Aku tahu,” jawabku.

         “Ouh, iya, iya, tahu,” kata Lisa dengan antusias.

         “Akupun lulusan dari sekolah ini, tapi dari MTS,” lanjutku.

          “Berarti sudah lama, ya, di sini. Sudah familiar dengan orang-orangnya,” balasnya.

         “Cukup familiar saja, enggak banget familiar,” jawabku sambil tertawa.

       Obrolan kami terputus ketika tiba-tiba seorang perempuan cantik menghampiri kami. Dia memiliki wajah yang manis, dengan bibir pink alami dan bulu mata lentik. Namanya Melda Melani.

       “Hello, kamu Lisa, kan?” tanya Melda.

       “Weh, Melda, ya?” seru Lisa.

       “Iya, aku Melda Melani.”

        “Wah, Melda, akhirnya kita bertemu!” Lisa memeluk Melda dengan erat.

        Aku merasa tertarik untuk berkenalan dengan Melda, yang terlihat mirip dengan Nirmala, teman lamaku.

       “Hai, perkenalkan namaku Zevallia Valentina, panggil saja Zeva,” ujarku, sambil mengulurkan tangan dan tersenyum.

       “Salam kenal, aku Melda,” balasnya.

Yang katanya Masa Paling Indah ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang