🌼12 🌼

2 1 0
                                    

      Masa menguatkanku sampai di tiga tahun di masa MA. Hampir akhir perjalanan seorang yang selalu dianggap anak kecil ini. Heheh, Zeva kuat banget. Bangga Zeva dengan diri Zeva dan memang harus bangga karena tak mudah melewatinya.

      Malam hari sekitar jam sembilan malam. Sebelum kembali bersekolah setelah libur semester 2 minggu, aku pergi ke kamar ibuku meminta do'a. Supaya keadaan di sekolah tidak seburuk tahun-tahun lalu. Terlihat ibuku sedang membersihkan kamar.

   "Bu, Zeva mau ngobrol sebentar boleh tidak?"

    "Boleh, Sayangnya-ibu, sini duduk." Aku pun duduk di atas kasur ibuku.

   "Bu, do'akan Zeva ya, Bu, besok. Zeva berharap besok semua keadaannya berbeda. Hanya kurang satu tahun 3 bulan saja Zeva di situ. Masa Zeva gak bisa, ya kan, Bu. Do'akan ya, Bu. Zeva minta do'anya." Tanpa sadar air mataku berlinang.

    "Pasti Sayang, ibu selalu mendo'akan kamu." Ibuku memelukku erat.

    "Heheh, terima kasih, Ibu."

    "Sama-sama, anak tercinta ibu."

     Ibu memelukku dengan penuh rasa sayangnya. Heheh, tentu lah, ya. Dalam hatiku bergejolak segala kata yang ingin aku ucapkan. Rasa yang aku rasakan setiap harinya.

     "Bu, asal Ibu tau, anakmu ini banyak membohongimu setiap pulang sekolah. Ia tersenyum mencoba melupakan segala yang terjadi. Peristiwa yang membuat segala keberaniannya pupus, hilang. Dan ia tidak bisa tumbuh berproses di sekolah yang biasanya. Karena apa, Bu? Karena setiap kali bertumbuh yang dicari anak yang sempurna. Ibu tau, anakmu setiap hari dibully. Mengalah dengan orang yang tak mau dikalahkan. Disalahkan untuk hal yang tidak ia perbuat. Mau apa, Bu? Protes sudah tidak ada gunanya lagi. Seakan hati dan pikiran sudahlah lelah berhadapan dengan orang yang sama setiap hari. Kataku terbungkam segalanya di situ. Anakmu ini bertahan hanya untuk mewujudkan cita-cita sederhanamu dan dirinya sendiri. Lulus dan menjadi seorang yang kau inginkan. Aku bertahan untuk itu, Bu, hanya itu saja. Selebihnya aku hanya berjalan pada semestinya."

     "Zeva sekarang tidur ya, Sayang, sudah malam. Kembali ke kamar tidur, ya. Ibu ingin melanjutkan membersihkan kamar dulu. Okey."
      "Baik, Bu."

      "Waktunya tidur, jangan nangis, okey."

      "Tau aja, heheh."
   
             

                         🍁🍁🍁

      Pagi hari, aku bersekolah seperti biasanya. Pukul 6.47 aku sampai di sekolah. Aku pun memasuki ruang kelas 12 IPS putri. Kelas paling pojok adem nan rindang. Dengan ditumbuhi pohon mangga. Terlihat beberapa temanku sudah menempati tempat duduk yang mereka pilih. Aku memilih tempat duduk yang berbeda dari sebelumnya. Karena semua teman-temanku bebas duduk dengan siapa pun. Aku pun terheran tatkala melihat suasana kelas yang berbeda. Pasalnya ada salah satu circle yang dulu akrab sekali, sekarang tidak. Ia adalah circle Uzayyinah.

        Aku melihat Ira duduk sendiri. Aku pun menghampirinya.

       "Hallo Ira, bolehkan aku duduk bersamamu. Aku lihat kamu duduk sendiri."

      "Boleh aja sini."

      "Kok tumben sendirian."

      "Iya gapapa."

      Aku semakin terheran ketika teman-temanku mengajakku untuk pergi ke kantin bersama.

      "Zeva, ayo ke kantin," kata Ifa padaku.

      "Ayo Zeva." Serempak Lita, Andari, Nitta mengajakku.

      Dalam hatiku, "Apa ini, kenapa ya, kok gini?"

       Mereka juga mengajakku berbicara ketika aku memilih diam. Untuk ke sekian miliar kalinya.

      Sampai saat di rumah, aku bercerita kepada ibuku. Tentang teman-temanku yang berubah. Ibuku hanya merespons dengan senyuman dan berkata, "Nak, kamu tidak selalu sendiri. Dan selamat, Nak, kamu mampu berdiri di atas kakimu sendiri. Selamat, perjalanan kita akan berakhir. Hanya beberapa bulan tidak akan lama. Selamat Sayang, ibu sangat percaya sama kamu."

      "Yah, Ibu, aku sudah di titik akhir perang. Merelakan segalanya. Belajar tentang hal yang sangat sulit bagiku."

       Mengharap semesta memberi kuat kepada pundak gadis yang memiliki banyak mimpi ini. Melukiskan bahagia meski di lingkungannya sendiri membunuhnya. Membunuh segala keberanian, semangat yang ia bangun.

Yang katanya Masa Paling Indah ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang