-Diculik-

519 95 7
                                    

Rosie meringis kecil ketika sang Dokter memperban tangannya yang baru saja menerima beberapa jahitan itu. Rasanya sedikit nyeri walaupun sudah disuntik obat bius.

"Bagaimana Dok?" Tanya Jisoo.

"Nona Rosie mendapat 2 jahitan. Untung sekali lukanya tidak terlalu dalam. Pastikan Nona Rosie menguruskan luka ini dengan baik agar tidak infeksi" jelas Dokter yang mengobati Rosie.

"Baiklah Dok" sahut Rosie.

"Dia tidak perlu dirawat dirumah sakit bukan?" Tanya Jisoo.

"Tidak perlu. Nona Rosie bisa pulang dan istirahat dirumah"

"Syukurlah. Terima kasih Dok" ujar Jisoo sebelum berganjak keluar dari ruangan sang Dokter diikuti oleh Rosie dan juga Nini.

"Apa itu terlalu sakit?" Khawatir Jisoo.

Rosie tersenyum untuk menenangkan sang Kakak "Tidak kok. Aku baik baik saja. Kakak jangan khawatir"

"Bagaimana Kakak tidak khawatir huh? Kamu terluka gara gara menyelamatkan Kakak. Kakak merasa bersalah sama kamu"

"Aku yang memilih untuk melindungi Kakak jadi Kakak jangan merasa bersalah" balas Rosie mengusap pundak Jisoo.

"Kak Ochie hebat. Kak Ochie bukan saja supelhilonya Nini tapi Kak Ochie juga sudah menjadi supelhilonya Kak Jichu" puji Nini.

Rosie terkekeh kecil "Kakak bukan superhero kok. Hanya saja Kakak ingin melindungi orang yang Kakak sayangi"

"Nini juga mau melindungi olang yang Nini sayangi" ujar Nini.

"Nini harus gede duluan. Nanti Nini harus bisa melindungi Kak Jichu. Nini faham?"

"Eung!" Nini mengangguk "Nini faham!"

"Pintar" puji Rosie mengelus kepala sang adek.

Jisoo menatap Rosie "Kenapa kamu hanya bilang kalau Nini hanya perlu melindungi Kakak? Kamu tidak mau dilindungi oleh Nini juga?"

Rosie tersenyum tipis "Aku tidak perlu dilindungi karena tugas aku adalah melindungi kalian"

Jisoo terdiam ketika mendengar penuturan itu. Ada perasaan janggal dihatinya. Kata kata dari Rosie seakan mempunyai makna yang cukup mendalam namun sayangnya dia tidak bisa memahaminya.

"Ayo pulang" ajak Rosie menyadarkan Jisoo dari lamunannya.


*

Malam harinya, semua penghuni mansion sudah tidur didalam satu kamar yang sama.

Dughh

Namun secara tiba tiba, bunyi yang berasal dari lantai bawah itu membangunkan salah satu penghuni mansion.

Jisoo, sosok itu mengerjabkan matanya berkali kali. Dia terdiam selama beberapa detik untuk memastikan sumber bunyi itu.

Diliriknya kesamping dan terlihatlah sosok Rosie dan Nini yang masih tidur tanpa terusik.

Akhirnya dengan langkah pelan, Jisoo berganjak keluar dari kamar untuk menuju kebawah.

Tidak lupa juga dia membuka lampu utama sehingga cahaya mula memenuhi mansion itu.

Tidak ada hal yang mencurigakan. Semuanya masih terlihat seperti biasa.

"Apa mungkin itu bunyi dari Pak Han?" Gumam Jisoo memikirkan sosok satpam yang menjaga mansion itu.

Tanpa rasa takut, Jisoo berganjak membuka pintu utama mansion.

"Pak Han!" Teriaknya ketika melihat sosok Pak Satpam yang terbaring tidak sadarkan dirinya "Pak, bangun Pak"

Srettt

"Mphhhh!" Secara tiba tiba, mulut Jisoo dibekap oleh seseorang.

Dia terus saja meronta meminta dilepaskan namun kepalanya tiba tiba saja pusing. Pandangannya memburam dan sedetik kemudian dia pingsan.

Akhirnya sosok yang membekap mulutnya itu mengangkatnya dan membawanya pergi dari sana.




*

Pagi harinya, Rosie terbangun dari tidurnya. Yeoja ini menatap jam yang ada dinakas sebelum berganjak kekamar mandi. Tidak ada rasa curiga dihatinya ketika tidak menemui keberadaan Jisoo disamping Nini karena dia berfikir Jisoo sudah sadar dan lagi menyiapkan sarapan dibawah.





Dengan menggendong sang adek, Rosie berganjak turun dari lantai atas untuk menuju ke dapur.

"Kak" panggilnya.

Dahinya mengernyit ketika tidak menemui keberadaan sang Kakak "Kak Jisoo? Kakak dimana?" Teriaknya.

Namun tetap saja tidak ada jawaban.

"Mungkin Kak Chu lagi nyilam tanaman" tebak Nini.

"Baiklah, kita kedepan saja" Kaki Rosie lantas berjalan menuju kearah pintu keluar mansion.

Ceklek

"Mwoya!?"

Rosie menurunkan Nini dari gendongannya lalu keduanya berjongkok disamping Pak Han.

"Pak, bangun Pak!"

Setelah hampir 5 menit, Pak Han akhirnya membuka matanya. Pria itu kelihatan meringis kecil dengan memegang leher belakangnya.

"Bapak kenapa bisa pingsan?" Khawatir Rosie.

"Saya tidak tahu Nona. Tadi malam ada seseorang yang memukul saya" jelas Pak Han.

"Dimana Kak Jisoo?" Rosie semakin khawatir.

"Bukannya Nona Jisoo ada didalam?" Bingung Pak Han.

Rosie menggeleng "Kak Jisoo tidak ada dimansion. Tidak mungkin dia keluar. Kalau dia keluar dari mansion, dia pasti melihat Bapak"

Pak Han kelihatan bersalah "Maafkan saya Nona. Saya dibayar untuk melindungi kalian tapi saya gagal"

Rosie menghela nafasnya dengan kasar "Tidak apa apa Pak" hanya ini yang mampu Rosie katakan saat ini. Fikirannya buntu dan dia mengkhawatirkan sosok Jisoo yang menghilang secara tiba tiba.

"Nini mau Kak Chu" lirih Nini sedih.

Ting!

Rosie mengambil ponsel dari saku celananya. Dahinya mengernyit ketika melihat nomer asing yang mengirim pesan kepadanya.

Unknown number

-Kalau lo mau Jisoo selamat, lo bisa datang ke Bangunan Lama belakang kota. Ingat, jangan bawa siapa siapa dan jangan lapor polisi! Nyawa Jisoo ada ditangan gue!-

Rosie mengusap wajahnya dengan kasar lalu dia beralih memegang kedua pundak Nini "Kakak akan membawa Kak Jisoo pulang dengan selamat"

"Kakak janji?" Tanya Nini.

Rosie mengangguk yakin "Kakak janji!"








  Tekan
   👇

Angel Without Wings✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang