[SEBAGIAN PART PRIVAT, FOLLOW DULU BARU BISA BACA]
Jika mereka sedang bersama. Tidak lagi memikirkan perasaan kekasih mereka masing masing,
Ragas dan Cherry lah orangnya.
Keduanya memiliki kekasih yang sifatnya jauh dari kata liar, sangat berbeda de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Udara pagi ini terasa sejuk—tidak panas, tapi juga sedikit dingin. Hal itu membuat Ciel ceria, terlebih karena hari ini adalah hari libur. Kegembiraannya bertambah. Ia tidak perlu mandi pagi. Biasanya, kalau hari libur, Ciel hanya cuci muka dan gosok gigi setelah bangun tidur.
"Akhirnya hari Sabtu datang juga!" seru Ciel begitu keluar dari kamarnya. Ia tersenyum lebar dan langsung berlari saat melihat kucing kesayangannya tak jauh darinya.
"Halo, Cemoy! Gimana tidur kamu? Nyenyak, nggak?" tanyanya antusias, lalu menggendong kucing anggora itu dan membawanya turun ke bawah.
"Halo, Mamah! Papah mana?" Ciel bertanya pada sang ibu yang sedang menumis sayur.
"Papah pagi-pagi udah berangkat. Katanya ada masalah di kantor. Sini, makan dulu," jawab Christa santai.
Mendengar itu, Ciel hanya mengangguk-angguk paham. Setelah menurunkan Cemoy, ia menarik kursi, hendak duduk. Namun, gerakannya terhenti saat Christa tiba-tiba memberi perintah.
"Bangunin Naga dulu, Sayang."
Senyum Ciel seketika luntur.
Gadis itu meneguk ludahnya susah payah. Naga—kakaknya yang tidak dekat dengannya. Kakaknya yang dingin. Kakaknya yang enggan berinteraksi dengannya. Ditambah lagi, wajahnya yang bagi Ciel sangat menyeramkan.
"Tapi, Mah…" Ciel mencoba bernegosiasi dengan nada memelas.
"Sstt… Jangan takut. Dia kakak kamu, loh," ujar Christa menenangkan.
"Iyaa…" Ciel menghela napas pasrah.
Dengan langkah lesu, gadis yang biasa disapa Cici itu berjalan menuju kamar kakaknya. Setelah sampai di depan pintu, ia tak langsung masuk. Ia diam di tempat, berusaha memberanikan diri. Setelah menarik napas dalam dan membuangnya perlahan, ia mengetuk pintu kayu tersebut.
Naga… kakaknya itu memang menyeramkan…
Dua kali ketukan tak ada jawaban. Ciel mengetuk lagi. Nihil.
"Aduh, jadi makin deg-degan," gumamnya, menutup wajah dengan kedua tangan.
Tarik napas… buang…
Setelah itu, ia membuka matanya kembali, dan… seketika bola matanya membesar. Hampir saja melompat keluar dari tempatnya.
Di hadapannya, berdiri seorang lelaki dengan ekspresi datar. Ya. Naga, kakak laki-laki yang selama ini ia hindari.