BAB 06

515 34 15
                                    

Bel Istirahat kedua berbunyi, helaan nafas lega dan ucapan syukur dari murid murid di kelas XII MIPA 2 terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bel Istirahat kedua berbunyi, helaan nafas lega dan ucapan syukur dari murid murid di kelas XII MIPA 2 terdengar. Raut wajah mereka kembali cerah pasalnya di tangan mereka terdapat sebuah kertas soal ulangan matematika dengan jawaban mereka yang tidak tahu nantinya akan betul atau tidak. Sama halnya dengan Destan yang sangat ragu dengan jawabannya. Semoga saja ia mendapatkan nilai yang minimal diatas kkm walaupun pas, tetapi itu tidak mungkin. Di tambah dengan Ragas yang tiba tiba pindah ke bangku depan karena suruhan Bu Bety. Memang menyebalkan guru itu.

Begitu pula dengan Ryder yang tengah berdoa untuk hasil yang telah ia kerjakan ini. Memang mendramatis, tetapi hanya ini yang bisa ia lakukan. Ryder bangkit dari duduknya atas arahan dari guru didepan. Ia mengumpulkan kertas itu dan melirik Ragas yang giliran maju, ia sempat melihat sekilas jawaban Ragas yang lengkap. Memang teman nya yang satu itu pintar tetapi hanya tertutupi oleh tingkah nakal dan pemalas nya saja.

Berbeda dengan Destan yang jawabannya banyak yang kosong, Ryder tertawa saja, karena Destan mungkin akan selalu dibawah nya tetapi Ryder sangat berterima kasih. Lalu jika Galen, tidak usah ditanya, teman nya itu juga pintar. Dan untuk Vegas, ya lumayan. Dia sering mendapatkan nilai yang pas kkm, turun juga kurang sedikit.

"lu mau kemana Gas?"tanya Vegas saat Ragas berjalan keluar kelas terlebih dahulu.

Ragas diam saja tak menjawab. Tindakannya itu membuat Vegas mengelus dada. Destan merangkul nya tiba-tiba, lalu lelaki itu tersenyum manis padanya. Membuat ia bergidik ngeri. Apakah Destan kesurupan karena iman nya telah pudar akibat matematika tadi?

Vegas menatap Azam yang baru saja melintas di hadapannya. "Zam nih tolong ruqiyahin, dia baru aja ketempelan setan mtk"

Azam menyerit, menatap Destan yang biasa biasa saja menurutnya. Ia mendekati mereka. Lalu bertanya. "kenapa?"

"nih"Vegas mendorong Destan. Hampir menubruk badan Azam namun lelaki pendiam itu menahan nya, Azam bingung karena tubuh Destan yang lemas.

"Destan kenapa?"

Destan menyengir tiba tiba. Ia menggeleng. Membuat Azam menganggukan kepalanya. Melihat itu Vegas berdecak, memandang mereka julid. "Destan gaje!"

"Sholat sana, ajakin noh Zam. Kasian bentar lagi nyawa nya kesedot semua  tuh"ceketuk Ryder yang kini tengah duduk diatas meja. Sembari memakan cemilan yang ia bawa dari rumah.

"astagfirullah"Azam berucap lirih. Menggeleng heran atas perkataan teman sekelasnya itu.

"gue nitip aja Zam"balas Destan ngawur. Mana ada ibadah bisa di titip. Tidak mungkin kan disamakan dengan barang yang dititipkan?

"somplak lo"Vegas menimpali. Ia kembali fokus pada layar ponsel karena pesan dari sang kekasih.

Azam menggeleng, ia berjalan meninggalkan mereka terlebih dahulu. Untuk ibadah, biarkan saja akan keinginan diri sendiri. Karena adzan sudah berkumandang, Destan pasti tau sendiri, Menurutnya.

RAGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang