TRING!
15.00
Seperti yang sudah Dara rencanakan, sekarang dia akan langsung menuju rumah sakit, tidak akan langsung pulang kerumah. Dara segera berjalan terburu-buru menuju gerbang sekolah untuk memesan grab.
“Eh, Dar? nggak kumpul? hari ini kan mau bahas buat hadiah?” tanya Bian yang ada di sampingnya entah sejak kapan.
“Gue ada urusan.”
“Yang lain juga sama, Dar. Kita semua, punya urusan masing-masing, tapi kita tunda dulu demi ini semua.” kata Bian.
“Ini penting, Bian. Lo nggak akan ngerti, masih banyak kan anak-anak yang lain?”
“Tapi lo yang pegang acara.”
“Gue usahain sebentar, nanti gue balik lagi.”
“Egois.” kata Bian ketus lalu segera pergi meninggalkan Dara. Dara mengerutkan keningnya sembari menghela napas panjang. Tak lama grab yang ia pesan sudah datang, Dara segera masuk ke dalam mobil tersebut.
*****
Dara segera terburu-buru masuk ke dalam rumah sakit Jayapura, menanyakan keberadaan Anna yang katanya ada di ruang ICU nomor 21. Dara segera berjalan untuk mencari keberadaan ruang ICU itu. Dan setelah sampai, Dara mendapatkan Aksa yang duduk di kursi depan ruangan.
Mendengar suara langkah kaki, Aksa yang tadi nya menunduk kini mendongak kan kepalanya, dia mendapatkan gadis berseragam putih abu disana. Dara segera duduk di samping Aksa.
“Udah makan?” tanya Dara. Aksa menggeleng lemah tanpa energi, Dara tau, Aksa pasti sedang hancur sekali, melihat dari penampilannya yang acak-acakan. “Jagain bunda juga butuh energi.” lanjut Dara.
“Kenapa kesini?” tanya Aksa.
Dara tersenyum, “Mending cari makan dulu, ayo.” Dara menarik pergelangan tangan cowok itu, Aksa tanpa menolak mengikuti Dara yang entah membawa nya kemana.
Ternyata, Dara membawanya menuju kantin rumah sakit Jayapura itu, Dara memesan kan Aksa sayur sup yang masih hangat.
“Nih, makan.” ucap Dara menyondorkan semangkuk sayur sup hangat, mereka mengambil tempat duduk yang kosong.
“Kenapa di liatin doang?” tanya Dara.
“Dar, aku minta ma-”
“Setelah makan kita bahas, sekarang, yang paling penting makan dulu.” potong Dara, Aksa mengangguk lalu segera menyendok sayur sup ke dalam mulutnya.
Drt...Drt...Drt...
Dara menoleh kala mendapatkan telepon, “Bentar ya.” kata Dara lalu beranjak dari duduknya sedikit menjauh. Ternyata itu telepon dari Lula.
“Egois banget sih, Dar? kita semua butuh lo, lo yang megang acara, kenapa sih? kita juga punya urusan masing-masing kali, kita semua juga sibuk, tapi kita relain lakuin demi tanggung jawab.” suara Lula diseberang sana terlihat emosi.
“Ada Alya kan disana? dia wakil dari semua acara ini, buat apa ada wakil kalau di saat ketua nya nggak bisa, harus selalu mengandalkan ketua? gue ada urusan yang penting, lo nggak akan mengerti.”
Lula memutuskan sambungan telepon begitu saja, Dara menunduk, bingung kenapa semuanya harus seperti ini, kenapa tiba-tiba banyak masalah yang datang begitu saja.
Dara kembali pada Aksa yang sudah menghabiskan sayur sup nya. “Mau balik kesana?” tanya Dara. Aksa menggeleng, “Mau minta maaf.” jawabnya.
“Aku juga minta maaf, maaf, semuanya karena aku.” ucap Dara.
“Enggak, Dar. Aku yang salah.” tepis Aksa, Dara hanya mengangguk kecil sembari menatap Aksa lekat.
“Letta gimana?”
“Sama baby sitter.”
“Maaf, karena aku selalu nggak tau apa yang terjadi sama kamu, aku ngerasa gagal jadi pacar kamu.” ucap Aksa.
“Enggak, Dar. Kamu udah baik, terlalu baik. Kamu lebih milih nurunin ego buat hubungan kita, itu udah terlalu baik.”
*****
17.00
Dara sampai di sekolahnya, setelah dari rumah sakit, dia kembali lagi ke sekolah lantaran tanggung jawabnya di osis. Ketika hendak memasuki ruangan, saat itu juga seluruh anggota keluar, karena sepertinya semuanya sudah selesai. Seluruh anggota osis kelas duabelas menatapnya sinis, terkecuali kelas sebelas yang masih menyapanya.
*****
Dara menelungkup kan kepalanya di bawah bantal, dia menangis sejadi-jadinya disana, semuanya melelahkan bagi Dara, hati nya juga lelah.
Tuhan, aku sangat nggak berguna untuk hidup ya? aku mengecewakan banyak orang...
Aku benci diriku sendiri, tuhan. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari aku, aku jahat, aku jahat pada semua orang.
Aku benci ketika aku telah mengecewakan banyak orang.
Ting!
Ting!
Ting!
Ting!Banyak pesan yang masuk, namun enggan membuka nya sama sekali, bahkan dia memilih memencet tombol off pada ponselnya.
Ternyata benar ya, hidup nggak akan selalu bahagia, pasti ada masanya kita ngerasain sedih.
Tapi, aku yakin, semuanya nggak akan terus berlarut, ada kalanya kebahagiaan kembali lagi.
Dara beranjak dari tidurnya, ia menuju meja belajarnya, lalu membuka catatannya di notebook, banyak tulisannya yang menggambarkan isi hati nya. Di dalam sana, Dara ingin menuliskan isi hatinya untuk Aksa, namun, hanya Dara yang bisa membaca itu semua.
Dear, Aksa.
Aku senang, bahagia, beruntung bisa mengenalmu. Tapi sekarang, aku merasa lelah, Aksa. Kamu selalu nggak mau dengerin aku, kamu selalu nggak mau mengerti aku, aku pengen dapetin itu semua dari kamu. Maaf ya, aku emang bukan pacar yang baik, tapi aku janji, aku akan selalu ada buat kamu di saat kondisi apapun. Maaf juga ya, kalau aku hanya pengekang buat hidup kamu. Tapi percayalah Aksa, dibalik kata 'pengekang' itu, aku sayang sama kamu, aku peduli, aku takut, aku takut kehilangan kamu, aku takut kejadian dulu terulang sama kamu, Aksa. Maaf untuk semuanya ya, aku udah selesai berusaha mengerti kamu dan selalu ada buat kamu, aku selalu berusaha nggak marah di saat sebenarnya aku ingin marah, Sa. Sebenarnya banyak, dari hal-hal kecil yang sangat ingin membuat aku marah. Tapi, rasa ingin marah itu kalah sama rasa sayang aku ke kamu. Tapi kemarin, aku udah benar-benar nggak bisa buat nggak marah, Sa. Emosi aku nggak bisa terkontrol, aku juga lagi capek karena sibuk osis. Aku selalu berharap bisa terus sama kamu, tapi kalau waktunya kita harus pisah, aku ikhlas asalkan kamu bahagia. Aku sayang kamu.
-Dara.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Dara.
Teen Fiction"Kita emang nggak indah di akhir, tapi kita 'pernah' saling membahagiakan." ***** Dara, siswa SMA yang dipertemukan dengan kedatangan Aksa di hidupnya. Siswa nakal, hobi berantem, buat ulah, dan cari masalah. Kedatangan Aksa di hidupnya, ternyata me...