19. UAS

1 0 0
                                    

Senin, 06 Desember 2019.

Dara berjalan di koridor dengan ransel kecil nya, dia berjalan menuju mading yang kebetulan di kerumuni oleh banyak orang, Dara ingin mencari namanya berada di ruangan mana.

   “Dara!” Dara menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya, ternyata itu Rahas. Dara dengan segera menghampiri Rahas.

   “Kenapa?”

   “Udah gue liatin, lo di ruangan dua.” kata Rahas, Dara mengangguk mengerti. “Gimana konsep nya? kayak semester kemarin?” tanya Dara.

Rahas menggeleng, “Beda, bener-bener di acak parah, tapi tenang, di acaknya sama sesama kelas ipa kok, nggak sama ips.” ucap Rahas, Dara mengangguk mengerti.

   “Tau nggak lo duduk sama siapa?” tanya Rahas. “Siapa, Has?”

   “Bian.”

*****

Bagi Dara informasi itu adalah informasi yang amat sangat buruk, Dara tidak suka, semakin menjadi-jadi pastinya si Bian ini. Setelah masuk ke dalam ruangan, Dara segera mencari nomor absen nya, dan yah, ketemu. Dara sudah menemukan ransel Bian disana, tapi tidak menemukan orang nya.

Dara kembali keluar dari ruangan, berniat mencari sedikit udara di luar, Dara memilih duduk di pinggir lapangan, menonton anak-anak yang entah gabut bermain basket.

   “Sendirian aja?”

Dara menoleh kala Bian datang dan duduk di sampingnya, Dara hanya, diam tidak menyahut, ia fokus menonton anak-anak yang berada di lapangan.

   “Sekarang, lo single dong, Dar?” tanya Bian.

   “Tau darimana?”

   “Semua anak osis ngomong tentang lo sama Aksa kali, Dar. Nggak ada yang nggak tau kalian udah putus, semua udah tau.” ucap Bian.

   “Sekarang, peluang gue buat ngedeketin lo lebih besar, dan nggak akan ada yang marah kalo gue ngedeketin lo.” lanjutnya.

   “Nggak usah berharap, deh. Gue anggap lo sebagai partner osis, nggak lebih.” ucap Dara sengit.

   “Gue nggak peduli. Tuhan emang baik ya, kita di kasih satu ruangan, satu bangku juga, do'a gue di kabulkan.” kata Bian.

   “Terserah.”

*****

Dara tidak bisa fokus mengerjakan soal nya, dia benar-benar tidak belajar untuk ujian sekarang, Dara duga, pasti nilainya akan sangat turun. Tidak ada soal yang bisa Dara kerjakan dengan lancar, Dara harus memutar-mutar otak sangat lama untuk mendapatkan jawaban.

   “Kenapa? mau gue bantu nggak?” bisik Bian. Dara dengan cepat menggeleng, sangat enggan.

   “Lo nggak belajar, ya? mikirin Aksa?” bisik Bian lagi. Dara mendengus kesal lalu segera menyondorkan ponselnya, bermaksud agar Bian membantu mengerjakan. Bian dengan senang hati menerima nya, dia dengan lancar menjawab semua soal-soal nya.

   “Demi cowok, lo rela kapasitas lo dalam belajar turun, Dar?” tanya Bian setelah pengawas ruangan keluar.

   “Apaan sih, enggak.” tepis Dara sebal.

Maaf, Dara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang