18. Putus

1 0 0
                                    

Kini, pagi-pagi sekali Dara dan Rahas sudah ada di depan ruangan ICU, sudah empat bulan Anna koma di ruangan itu, tidak sadarkan diri.

   “Kasian Letta, Has.” ucap Dara.

   “Iya, gue nggak tau harus gimana, Dar. Keluarga nya Aksa lagi hancur banget.” jawab Rahas sendu.

Tak lama, sosok Aksa datang, dengan memakai seragam yang sama, putih abu. Aksa tidak mengatakan apapun, ia hanya mendekat ke jendela, menatap Anna dari kejauhan.

   “Sa, gue rasa lo sama Dara harus ngobrol deh. Gue tinggal ya.” ucap Rahas lalu segera melenggang pergi meninggalkan mereka berdua.

   “Kita putus aja, ya?” tanya Dara, Aksa sontak menoleh ke arah Dara. “Putus?”

   “Semuanya udah nggak baik, Sa. Mau di lanjutin pun udah nggak baik, aku capek, Aksa. Kamu selalu nggak mau dengerin apa kata aku.” ucap Dara.

   “Yang kemarin itu, Dar. Baron yang mulai duluan.” kata Aksa.

   “Tapi kamu selalu balesnya pake berantem kan? kamu yang nyerang dia duluan, Aksa.”

   “Aku nggak ada duluan kalau dia nggak lebih duluan, Dar.”

   “Tapi kamu balesnya pake berantem? selalu berantem dan berantem, dengan berantem, nggak akan ngebuat semuanya selesai.” ucap Dara.

   “Karena dengan berantem aku bisa tenang.”

   “Tapi itu berdampak buruk.”

   “Aku nggak peduli, Dar. Kalaupun harus mati, aku lebih baik milih itu.” ucap Aksa.

   “Kamu terlalu memikirkan ketenangan kamu, sampai kamu lupa sama orang di sekitar kamu? bunda kamu, aku, selalu ngedoain kamu agar lebih lama ada di bumi, tapi segampang itu kamu kayak gitu.”

   “Satu hal yang harus kamu tau, Dar. Jangan ngekang aku untuk ngelakuin hal yang aku suka.”

   “Aksa, aku nggak ngekang kamu!”

   “Itu kata kamu, Dar.”

   “Kita putus aja, buat apa bertahan kalau aku cuma seorang pengekang di hidup kamu.” ucap Dara sembari beranjak.

   “Oke kalau itu mau kamu, aku juga cuma cowok brengsek yang selalu nyakitin kamu, kan?”

   “Semoga bunda cepat sembuh.” ucap Dara lalu segera pergi meninggalkan Aksa disana. Dara berjalan meninggalkan rumah sakit Jayapura.

*****

09.30

Kini Dara berada di dalam kelasnya bersama dengan ketiga temannya. Dara tidak ada energi untuk ke kantin bahkan makan.

   “Gimana tadi? udah bicara baik-baik sama Aksa, kan?” tanya Rahas, Dara mengangguk lemah.

   “Udah, tapi gue putus.”

   “HAH?” Sonya dan Nada terkejut bersamaan. “Kenapa, Dar? lo udah nggak sayang sama Aksa?” tanya Sonya.

   “Bukan, Nya. Gue sayang sama dia, sangat. Tapi, kita nggak bisa se arah, gue nggak mau ngekang dia terus-menerus.” jawab Dara.

   “Tapi, bukannya nyokap Aksa lagi koma? kasian dia, Dar.” ucap Nada.

   “Yes, gue tau itu, Nad. Tapi semuanya udah nggak bisa, gue juga capek, semua yang gue omongin selalu nggak di hargain. Sayang kalau Aksa sama gue, lebih baik dia sama cewek yang nggak ngekang dia.” jawab Dara.

Maaf, Dara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang