07

1.5K 155 8
                                    

📌Wed., Des 20, 2023.









.










Jaehyuk menatap tidak nafsu pada makanannya. Baru saja ia berhasil dekat dengan Asahi, kenapa sekarang pria itu menjauhinya?

Apa salahnya?

Jaehyuk hanya ingin memberikan keturunan untuk pria itu.

"Hai, Jae. Kenapa murung?" Datang dua wanita cantik yang sangat ia kenal. Somi dan Ryujin.

"Ngga, kak.." Pemuda itu masih mengaduk-aduk makanannya.

"Kenapa? Sini cerita. Siapa tau kami bisa bantu kamu."

Apakah ia harus menceritakannya pada mereka? Jaehyuk bimbang.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk bercerita. Ia juga bingung harus menyelesaikan dengan cara apa.

"Kak.. kakak ada kepikiran buat punya anak dengan Asa ngga?" Cicit Jaehyuk.

Ryujin menghentikan makannya. "Ngga. Cinta aja ngga."

"Hahhahah! Kamu ngga ada niat begitu kan, Jae?" Somi tertawa bercanda. Namun, melihat ekspresi murung Jaehyuk, membuat wanita itu menghentikan tawanya.

"Jae?"

"Jae, harus memberikan keturunan untuk keluarga ini.."

BRAK!

"Apa!?" Sang istri pertama memukul meja makan. Ia sudah tidak berselera lagi. Bahkan Somi pun terdiam mendengarnya.

Ini mala petaka.

"Jae, udah tau konsekuensinya?" Somi bertanya pelan padanya.

Jaehyuk menggeleng. "Asa juga tanya gitu. Tapi dia langsung pergi ngga jelasin apa-apa. Memangnya kenapa sih? Apa susahnya melahirkan seorang bayi?"

"Habiskan makanan lo dulu. Nanti gua ajak ke suatu tempat."

Suatu tempat?










.











Drap.

Drap.

Drap.

Jaehyuk mengikuti Ryujin dengan perasaan bingung. Ia sepertinya mengetahui tempat ini.

Ruang kerja Asahi.

Untuk apa mereka kesana? Apa ini berkaitan dengan pekerjaan Asahi?

Tok tok tok.

Wanita itu mengetuk pintu sebelum masuk. Mereka berjalan pelan ke arah barat ruang itu. Terdapat gorden putih yang menutupi hampir sebagian ruang.

SRAKKK

Ketika gorden itu terbuka, Jaehyuk terkejut melihat apa yang ada di hadapannya. "Apa itu..?"

"Lukisan milik Asahi."

Bagaimana bisa Asahi melukis hal yang menyeramkan? Ini bahkan tidak etis untuk dilihat orang biasa.

"Ketakutan terbesar Asahi itu melahirkan seorang anak. Sekitar 1700 tahun yang lalu, keluarga Hamada memimpin sebuah kerajaan di Jepang. Hamada Naoshi adalah kaisar yang agung dimata rakyatnya. Tapi, mereka ngga tau kebengisan sang kaisar. Kaisar Naoshi memiliki banyak selir, namun satupun ngga ada yang bisa melahirkan anak laki-laki." Ryujin mengambil jeda.

"Karena marah, mulai detik itu juga sang Kaisar menebas leher istrinya yang baru saja melahirkan ditempat. Bahkan kaki wanita itu masih mengangkang dengan penuh darah."

Jaehyuk merasa tubuh bawahnya ngilu. "Lalu bayinya?"

"Ah, bayi? Bayinya juga dibunuh detik itu juga. Bayi yang tak berdosa, bahkan ia baru merasakan nikmatnya bernapas." Mereka berjalan mengelilingi lukisan Asahi.

"Kaisar melakukan itu hingga pada istri ke-13. Sang istri berteriak sebelum dieksekusi." Ryujin menghentikan langkahnya dan menatap lekat pada Jaehyuk.

"Ia akan mengutuk keluarga Hamada karena telah berbuat keji pada wanita dan bayi yang tidak bersalah. Ia akan memastikan bahwa Hamada akan selalu mendapat keturunan laki-laki, namun-"

"Namun? Namun apa kak?"

Wanita itu terkekeh. Tidak sabaran sekali anak muda ini, pikirnya. "Namun siapapun yang melahirkan keturunannya, maka ia akan mati setelah bayi itu dilahirkan."

Jaehyuk menutup bibirnya tidak percaya. Ini terdengar seperti cerita takhayul.

"Ngga percaya?" Jaehyuk memberikan gelengan kecil.

Wanita itu menarik Jaehyuk pelan ke lukisan terakhir, yang ada di pojok ruang. "Semua ini nyata, Jae. Semua yang melahirkan keturunan Hamada akan mati. Termasuk mamanya Asahi yang ada dilukisan ini."

Jaehyuk melihat semua lukisannya sama, namun lukisan yang satu ini berbeda. Wajahnya bebeda dari lukisan yang lain.

"Kenapa Asa melukis kayak gitu? Seram.." Ia merinding melihat ekspresi seorang wanita yang tubuhnya melenting ke belakang, seperti posisi kayang dengan perut yang meledak, mengeluarkan sosok bayi. Tubuh wanita itu penuh darah dan air mata. Namun, ada yang menarik perhatiannya.

"Itu apa, kak?" Jaehyuk menunjuk pada sosok yang ada di dekat sang wanita.

"Itulah istri ke-13 kaisar. Dia akan memastikan keturunannya lahir dengan selamat, setelah itu membawa jiwa si ibu ikut pergi bersamanya."

Mau bagaimanapun Ryujin menjelaskan, Jaehyuk merasa ini tidak nyata. Ini tidak benar..

Apakah ia juga akan mati seperti itu?












.















"Hngh.."

Bulir-bulir keringat memenuhi tubuhnya. Ia menggeliat dengan alis yang menekuk.

"Pembunuh!"

"Mati saja kau!"

"Karena dirimu, anakku mati!"

"Kau tak pantas hidup!"

"Kau akan merasakan kesengsaraan seumur hidupmu!"

"Pembunuh kecil."

Tubuh Asahi mengejang. Ia terbangun dengan posisi terduduk. "Hahh.. hahhhh..."

"Sial. Mimpi itu lagi." Padahal sudah lama ia tidak memimpikannya.

Hidup pria itu tidak seindah yang orang lain bayangkan. Selama 30 tahun ia hidup, ia harus menelan pahit julukan pembunuh yang tersemat manis padanya.

Jika bisa memilih, ia tak ingin lahir di keluarga ini. Asahi tidak mau hidup menderita seperti ini.

Ia bahkan tidak pernah berpikir untuk melanjutkan keturunannya. Biarlah ia sebagai pengakhir, asalkan Jaehyuk tidak pergi meninggalkannya seperti sang ibu meninggalkan ayahnya.

Ia rasa, ia mulai mencintai Jaehyuk.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?















.



















Tubikontinyu.

Jinx? >> SahijaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang