12

1.5K 135 7
                                    

📌Tue., Feb 20, 2024.
Double up, yeyy






.







Mau bagaimana lagi? Marah pun tiada guna. Asahi berusaha melupakan kekesalannya pada Jaehyuk saat mereka bercinta. Ia juga merasa cukup berdosa karena telah menyiksa pemuda manis itu.

Jaehyuk hanya bisa melakukan aktivitasnya di ranjang selama tiga hari karena tidak bisa berjalan.

Ya, Asahi merasa bersalah.

Ia merawar Jaehyuk dengan hati-hati. Takut kembali menyakiti pujaan hatinya.

Bahkan setelah melakukan hal bejat itu, Jaehyuk tak marah ataupun merasa tersinggung padanya.

Lamunan Asahi buyar karena Jaehyuk memeluknya dari belakang. "Asa.. Jae minta maaf. Jae mau Asa percaya, kalau kutukan itu ngga akan terjadi karena Jae laki-laki. Percayalah.."

Asahi masih terdiam. Ia menatap lurus pada mata istrinya.

Tidak.

Seharusnya Asahi yang meminta maaf.

"Lagipula, sekali main ga mungkin langsung jadi, 'kan?" Tapi kenapa Jaehyuk yang berusaha menepis segala pikiran negatif Asahi?

Pria tampan itu membawa Jaehyuk ke dalam pangkuannya. Menghirup wangi yang sudah menjadi candu untuk Asahi.

"Beneran?"

Jaehyuk menangkup pipi Asahi. "Huum!"

Apa yang dikatakan Jaehyuk ada benarnya. Mereka baru sekali bercinta. Belum tentu ada janin yang tumbuh disana.

Ya, pasti tidak akan tumbuh secepat itu.









.










Bohong.

Janin itu tumbuh dengan baik di dalam tubuh Jaehyuk. Antara senang dan takut bercampur menjadi satu. Ia senang miliki keturunan, namun sekaligus takut jika apa yang terjadi pada ibunya, kembali terjadi pada Jaehyuk.

Ketakutannya kembali muncul. Takut kehilangan, lagi.

Ia sangat mencintai Jaehyuk. Pada Jaehyuk lah ia menemukan arti sebuah keluarga. Pada pemuda manis itu ia menemukan arti sebuah cinta. Dan pada pria yang ia nikahi itulah Asahi menemukan arti sebuah kehidupan.

Hal tersebut membuat Asahi menjadi semakin pendiam. Ia hanya menjawab sekenanya ketika ditanya orang lain. Pada saat rapat pun, Haruto yang mengambil alih.

Pikirannya linglung.

Disisi lain, Jehyuk sedih melihat kondisi suaminya. Pemuda itu merasa Asahi sedikit menghindarinya.

Ketika sarapan, Asahi akan menyudahi makannya saat Jaehyuk baru saja duduk. Berangkat kantor, pria berkepala tiga itu hanya mengusap rambut Jaehyuk. Tak ada kecupan. Bahkan Asahi pulang saat Jaehyuk sudah terlelap.

Jaehyuk tak ingin Asahi kembali menghindarinya. Ia harus menemui Asahi sekarang.

Derapan kakinya memelan ketika berada di depan ruang kerja Asahi. Jaehyuk menghembuskan napas sebelum mengetuk dan membuka pintu itu.

"Asa.."

Suara lembut masuk ke indra pendengaran Asahi. Ia melirik Jaehyuk yang berada di pintu ruang kerjanya.

"Kenapa?"

Bibir Jaehyuk mencebik. Rasanya ingin menangis karena mendapat respon yang dingin.

Asahi menghela napas, ia beranjak mendekati Jaehyuk kemudian menarik istrinya untuk duduk di sofa. Jemari panjangnya mengusap lembut lelehan air mata Jaehyuk.

"Jangan nangis. Kasian dedeknya."

Deg.

Jaehyuk menatap Asahi tak percaya. Apa yang baru saja ia katakan?

"Dedek?" Ulang Jaehyuk.

"Iya. Katanya orang hamil ga boleh stress, sedih, atau marah yang berlebihan." Jemari Asahi mengusap lembut perut Jaehyuk yang mulai mengeras.

"Asa.. ngga marah?"

Sang suami terkekeh tampan. "Ngapain marah? Dia ngga berdosa."

Ia sangat terkejut saat mengetahui Asahi menerima bayi ini.

"Maafin gua karena udah bikin lo nangis. Akhir-akhir ini gua berperang dengan diri gua sendiri. Gua ga bisa terus-terusan terpaku pada masa lalu."

Asahi menangkup pipi Jaehyuk. Menatap lekat wajah cantik itu. "Sekarang masa depan gua ada di lo, Jae. Gua harus mempertahankan apa yang udah menjadi milik gua."

Ya, setidaknya Asahi mencoba percaya bahwa kutukan itu tidak menimpa laki-laki. Ia akan menjaga Jaehyuk-nya.

Air mata Jaehyuk kembali tumpah. Ia memeluk Asahi dengan sangat erat. "Makasih Asa.. makasih karena udah nyoba percaya."

"Gua tadi bilang apa? Orang hamil ga boleh sedih berlebihan 'kan? Senyum dulu dong."

Jaehyuk tersenyum di dalam pelukan Asahi. Dibalik pelukan itu, Asahi perlahan menghilangkan ekspresinya.

Semua ini hanya topeng. Ia tak mau Jaehyuk semakin bersedih, padahal..

Hatinya belum siap.

Tiga hari yang lalu, dokter mengatakan bahwa janin mereka berusia 3 bulan. Maka waktunya bersama Jaehyuk hanya tersisa..














5 bulan lagi.



















.



















Tubikontinyu.

Jinx? >> SahijaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang