14

1.4K 145 8
                                    

📌 Fri., Feb 23, 2024.










.











Apakah Jaehyuk mengidam hanya sampai disitu saja? Tidak.

Masih banyak keinginan lain yang harus Asahi penuhi. Seperti melihat Asahi mengenakan kostum badut di lobby kantornya, digendong Haruto, maupun naik motor polisi yang sedang berpatroli.

"Ayolah pak. Saya mohon, istri saya sedang hamil. Kalau ga dituruti, nanti bayinya ileran." Asahi sedang berusaha membujuk polisi itu agar membiarkan Jaehyuk naik.

"Kami sedang berpatroli. Tidak bisa."

Mendengar penolakan itu, Jaehyuk mencebik. Sebentar lagi air matanya pasti keluar. Sang polisi menjadi iba padanya.

"Ya sudah, naiklah."

Siapapun tidak akan tega melihat ekspresi menggemaskan yang dimiliki Jaehyuk. Dengan perasaan girang ia segera duduk di belakang polisi itu.

Dari belakang, Asahi mengikuti mereka dengan pelan menggunakan mobil.

"Nama pak polisi siapa?" Ujar Jaehyuk memecah keheningan.

"Lee Jeno."

Jeno dapat merasakan Jaehyuk mengangguk kecil di belakang. Jujur, pria itu merasa Jaehyuk sangat lucu.

"Pak polisi-"

"Jeno aja." Potong polisi itu.

"Jeno, kita mau kemana?" Sial, kenapa Jaehyuk bertanya menggunakan suara yang sangat imut? Jika tidak mengingat bahwa pemuda ini sudah memiliki suami dan calon anak, mungkin Jeno sudah membawanya kabur.

"Jalan-jalan, keliling kota. Ada yang mau kamu beli?"

Beli? Seketika ada satu hal yang ia inginkan. "ES KRIM!"

"Hahahaha.. meluncur, manis." Jeno sedikit melajukan motornya.

Jauh di belakang, Asahi mengumpati Jeno yang terlihat bahagia tertawa bersama istrinya. Ia sangat cemburu. Iya, Asahi mengaku ia cemburu buta.

Ketika Jeno akan membayar, Asahi menyela dengan memberikan selembar uang pada kasir. Ia menatap Jeno dengan tatapan tajam. Tapi ingatlah, Jeno itu polisi. Ia tak akan mudah terintimidasi.

"Ayo kita pulang!" Ajak si manis.











.













"Terimakasih, Jeno!" Jaehyuk dan Asahi sedikit membungkuk. Kemudian yang lebih muda melambaikan tangannya.

"Semoga bayi kalian cepat lahir dan tak menyusahkan para polisi lagi." Candanya sambil terkekeh. Sangat tampan.

Asahi semakin panas. Ia menarik pelan Jaehyuk dan membawanya masuk ke mobil.

Jaehyuk yang awalnya ingin menceritakan pengalamannya, akhirnya mengurungkan niat. Ia bisa merasakan hawa tak menyenangkan dari sang suami.

Oh tidak. Asahi marah padanya.

Sepanjang perjalanan mereka tak ada sepatah katapun yang keluar. Baik Jaehyuk maupun Asahi.

Blam.

Asahi menutup pintu mobil setelah memastikan istrinya telah keluar. Jaehyuk menjadi salah tingkah. Bagaimana cara membujuk sang suami?

Bahkan Asahi tidak berbicara ketika mereka sudah berada di kamar. Ugh.. Jaehyuk harus melakukan sesuatu.

Dalam lima menit, Asahi keluar dari kamar kecil dan ikut berbaring di samping Jaehyuk. Pria itu mengernyit heran ketika melihat istrinya tersenyum lebar.

"Kenapa?" Heran Asahi.

"Ganteng."

"Siapa ganteng?" Di pikiran Asahi, Jaehyuk pasti menjawab Jeno.

"Kamu.."

"..Kamu, suamiku, ayah dari anakku. Hamada Asahi, laki-laki paling ganteng yang pernah Jae lihat." Ia mengatakannya dengan tulus. Menimbulkan semburat merah pada wajah Asahi.

"Jangan marah lagi.. Jae minta maaf kalau ngidam selalu nyusahin Asa." Dari mabuk laut, hingga membuat Asahi cemburu. Jika dipikir kembali, ia hanya membuat Asahi tersiksa.

Pria berkepala tiga itu membawa Jaehyuk masuk ke dalam pelukannya. Mengusap rambut Jaehyuk dengan lembut.

"Jangan minta maaf. Dengerin aku.." Ia menangkup pipi sang istri.

Mata mereka saling menatap. "Ini belum seberapa dengan apa yang kamu jalani setiap hari. Kamu bawa bayi yang ga akan pernah bisa kamu lepaskan dari perut. Kemanapun dan kapanpun. Itu berat loh sayang, apa lagi usianya sekarang udah enam bulan."

Jaehyuk masih setia mendengarkan sang suami. Entah kenapa perasaannya menghangat.

"Udah tugasku memenuhi masa ngidam kamu. Aku ngga akan pernah keberatan kalau permintaan kamu masih masuk akal. Aku ngga mau kamu merasa kekurangan. Aku mau kamu selalu bahagia. Punggung kamu pasti sakit, perut kamu ngga nyaman, mood kamu naik turun. Semua itu kamu yang rasain sendirian. Sedangkan aku? Aku ngga merasakan apapun. Jadi, biarkan aku menjadi separuh jiwamu. Aku dibagian sakit dan kamu harus selalu dibagian bahagia."

Air mata kebahagiaan Jaehyuk tumpah. Ia tak pernah merasa sebahagia ini.

"Asa.." Tanpa basa-basi Jaehyuk segera menerjang bibir Asahi. Mengecupnya lembut dan penuh cinta. Ia ingin menyalurkan perasaannya agar Asahi tahu jika ia sangat bahagia. Tak ada nafsu, hanya ada cinta.

"Asa cinta Jae." Lontar Asahi.

Kini berganti, semburat merah itu muncul pada pipi Jaehyuk. Namun, Jaehyuk mengerutkan dahinya ketika melihat Asahi mencebik.

"Jae nempel banget sama dia. Asa marah, Asa cemburu! Tapi Asa ga bisa apa-apa.." Lihatlah, pria tua itu bertingkah menggemaskan. Alisnya tertekuk sempurna dengan bibir yang mengerucut.

"Hahhahah!! Lucu banget suami akuu."

"Diem. Asa lagi cemburu!"












.

















Tubikontinyu.

Jinx? >> SahijaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang