1

1.6K 131 0
                                    

1995

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


1995

"Tuan Jeno, saya harap pembicaraan mengenai hal itu dapat anda pertimbangkan" ucap pria tua dengan setelan jas khas bangsawan, dengan tatapan tajam melayang pada jeno—pria muda dengan jas hitam.

Jeno tersenyum dan memberi salam pada pria tua itu, meninggalkan ruangan dan memakai topinya. Dibelakangnya seorang pemuda mengikuti langkahnya masuk kedalam mobil yang sudah disiapkan.

"Jadwal selanjutnya" kata Jeno, pada jisung. Pemuda itu langsung menyebutkan jadwal selanjutnya dimana Jeno akan berkunjung ke sebuah Opera dimana para pebisnis akan berkumpul disana.

"Nanti saya siapkan beberapa pakaian setelah kita sampai di mansion tuan." Jeno mengangguk. Perjalanan menuju mansion cukup lama karena berada di perbatasan kota. Jeno sudah memikirkan dengan matang saat membeli mansion tersebut.

Selain luas Jeno pun dapat mudah mengawasi pertambangannya yang terdapat banyak berlian melimpah disana.

Jeno William adalah cucu dari jenderal terhormat saat perang dunia ke 1, namun alih alih mengikuti jalan sang kakek. Ayahnya banting setir menjadi pebisnis yang sukses. Itulah mengapa Jeno pun ikut mengambil jalan yang sama dengan ayahnya.

Yaitu dengan membeli tambang yang asalnya diacuhkan karena tidak menghasilkan berlian apapun. Saat Jeno ambil alih, keberuntungan menyeruak bagaimana kan hujan. Berlian melimpah ditemukan membuatnya melejit naik.

Banyak tawaran untuk tambang itu dibeli, namun Jeno enggan melepasnya. Dan kini ia tengah menikmati usaha yang diperoleh nya.

"Yang ini saja ji" Jeno menatap dirinya di kaca, dengan jas beludru hitam dan beberapa manik membuat penampilan nya terkesan mewah dan elegan. Jisung mengangguk lalu memerintah pelayanan untuk membereskan pakaian lain yang tak terpilih.

"Mari tuan, kita harus berangkat sekarang." Jeno masuk kedalam mobil. Membawanya ke acara Opera di tengah kota.

Royal Opera house. Tempat dimana para orang kaya berkumpul untuk saling flexing kekayaan. Selain itu untuk mengumpulkan informasi juga. Begitu memasuki aula, Jeno diarahkan ke sebuah ruangan di lantai 2. Dari sini ia dapat melihat panggung dari atas sini.

"welcome Jeno" sapa seorang wanita bergaun merah maron. Jeno duduk disebelah wanita itu, menerima secangkir wine darinya. "Sudah lama kita tidak bertemu"

"Ya lama sekali" jawabnya. Wanita itu tersenyum, wajahnya tertutup dengan poni hime yang membuatnya terlihat cantik dan sexy. "Kau masih saja dingin."

Wanita itu—Eliana condong ke Jeno. Membisikkan kata-kata yang membuat maniknya melebar.

"Dibawah sana akan ada seseorang yang sudah lama kau cari"  Jeno menoleh. "Dimana?" Mata Eliana beralih pada panggung Opera yang kini terbuka. Menampilkan seorang pria dengan Hanfu biru begitu panjang menjuntai.

Alunan musik dari Guzheng memikat tatapan Jeno. Pria itu terpaku. Jantung nya berdebar kencang melihat seseorang yang sedari dulu ia cari kini ada didepan matanya.

Eliana tersenyum melihatnya. "Aku bisa membawamu bertemu dengannya" ucapnya.

"Bawa aku" apapun. Jeno akan melakukan apapun agar bertemu pemuda itu. Apalagi melihat dekat orang itu yang kini tengah berputar di panggung. Kerlap kerlip lampu membuat nya bertambah indah.

Rambut yang dulu ia lihat pendek kini sepanjang pinggang, dan senyuman indahnya yang tak lepas dari wajah menawan itu.

Jeno akan lakukan apapun untuk 'dia'.

Jeno akan lakukan apapun untuk 'dia'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Opera; The Golden Sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang