2

1K 124 0
                                    

"Ugh kakiku sakit sekali yang" Yangyang sang sahabat kini membalur kaki renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ugh kakiku sakit sekali yang" Yangyang sang sahabat kini membalur kaki renjun. Setelah melakukan penampilan di depan para orang kaya itu ia baru bisa beristirahat. Beberapa bagian tubuhnya begitu sakit karena latihan yang menguras energi nya.

Tangannya yang dulu halus kini penuh luka sebab memaksakan diri bermain guzheng. "Resiko renjun." Yangyang menatap renjun.

"Aku… sudah tak tahan, aku ingin pulang" Yangyang mengangguk. Ia pun sama. Ingin pulang ke tanah kelahirannya, mungkin jika diberi kesempatan ia tak akan mengambil keputusan untuk menjadi penari tradisional.

Dan kini mereka harus terjebak dalam kubangan kotor. Keduanya kembali terdiam. Renjun mengurus beberapa lukanya sementara Yangyang sibuk merapikan beberapa peralatan yang mereka gunakan.

"Renjun, ikut aku." Renjun mengalihkan pandangan pada wanita bergaun Hitam.

"Jika itu untuk bertemu orang kaya, katakan aku sudah pulang."  Jawabnya malas. Inilah yang ia benci dari pekerjaan yang ia lakukan, tak sedikit mereka meminta renjun untuk menjadi simpanan dan tentu renjun tolak mentah mentah walaupun ada beberapa dari mereka yang mengamuk namun bisa diatasi dengan teman nya yang lain. Renjun tak peduli.

"Bukan. Ini permintaan khusus, namanya Jeno William" renjun berhenti membalur krim pada kakinya. "Dia seorang pebisnis tambang yang baru, ini kesempatan yang bagus renjun."

Ia beringsut maju. "Aku ingin bertemu dengannya" wanita itu memekik senang, tak menyangka jika renjun baru saja menerima tawaran itu, sesuatu yang langka.

Sementara renjun merasakan jantungnya berdebar kencang setiap langkah menuju ruangan khusus itu. Begitu sampai ia melihat seorang pria dengan jas beludru duduk menghadap sebuah jendela.

"Tuan Jeno, saya membawakan renjun."

"Tinggalkan kami" jawabnya tanpa menoleh. Wanita itu langsung pergi begitu saja.

Dug.

Suasana itu begitu hening. Renjun masih berdiri diam, dadanya serasa sesak. "Anda benar benar Jeno yang aku kenal?" Lirih renjun. Dan ketika pria itu berbalik, air mata nya luruh. Pria itu benar benar Jeno.

"Renjun…" Jeno mendekap tubuh kurus renjun. Ia menatap rindu pada wajah mungil renjun yang kini bercucuran air mata. "Jangan menangis, aku menemukanmu renjun." 

"Kau sangat lama! Aku sudah sangat menunggu mu" pekik renjun. Jeno terkekeh lalu mengecup bibir renjun, "yang penting kita sudah bertemu."

"Ya kita sudah bertemu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Opera; The Golden Sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang