EXTRA 2 (Pluem x Chimon)

80 7 0
                                    

Seharian itu Pluem gak Chimon. setelah mereka bicara baik-baik kemarin, ia akhirnya merasa lega. Hubungannya bisa disambung lagi. Tapi sayangnya dia gak bisa seharian nemenin Chimon karena Pluem masih harus magang. Ditambah lagi dia dapat tugas jaga malam.

Pluem juga gak bisa minta Chimon untuk menginap, karena tempat tinggalnya yang berada di belakang puskesmas hanya untuk pegawai.

Sesekali ia melirik ponselnya yang sunyi.

Kenapa anak itu gak kasih kabar?

Hatinya mulai cemas. Di tempat sejauh ini, Chimon yang sendirian di penginapan membuat Pluem berpikir yang tidak-tidak. Apa makannya terjamin? Gimana kalo dia sakit?

Setelah jam jaga berakhir, dia segera pergi ke penginapan yang disewa oleh Chimon. Bangunan dua lantai itu tidak memiliki lift. Secepat kilat Pluem menaiki tangga untuk menuju lantai dua, tempat Chimon menginap.

Dia juga berkali-kali mencoba untuk menelponnya, tapi tak satupun yang diangkat. Pluem tambah panik saat ketukan pintu juga tak kunjung dibuka.

"Chimon?! Chimon!!" panggilnya berkali-kali. Tapi tak ada jawaban. Dia balik lagi ke lantai satu menuju ke meja resepsionis.

"Kak, ada kunci duplikat untuk nomor kamar xxx?" tanya Pluem dengan tergesa-gesa.

"Hubungan Anda dengan tamu?"

"Saya calon suaminya, kak. Saya khawatir karena gak ada kabar sama sekali dari semalam."

Setelah kunci di dapat, Pluem dan si resepsionis menuju ke kamar xxx. Membuka dengan paksa pakai kunci duplikat.

Begitu terbuka, Pluem mirip orang kesurupan mencari Chimon sambil terus memanggil namanya.

"Chimon!!!"

Pluem berlari ke kamar dan mendapati Chimon yang meringkuk tak berdaya di atas tempat tidur.

"Ya ampun, Chimon..." serunya.

"Abang?" suaranya terdengar sangat lemah. "Pusing..." keluhnya.

"Kamu kenapa?" mendapati pacarnya yang lemas, Pluem panik.

"Tadi pagi muntah-muntah sama pusing, jadi Chimon tiduran..." jawab Chimon susah payah.

Alarm di otaknya langsung bunyi nguing-nguing. Gak pake lama, Pluem menggendong Chimon untuk membawanya ke puskesmas. Menghindari panik dan berusaha sadar sepenuhnya biar gak terjadi kecelakaan.

Sesampainya di puskesmas Pluem membawa Chimon ke ruang periksa. Entah kenapa ia merasa takut akan hasilnya, jadi dia pasrahkan semuanya kepada dokter pendamping. Rasa khawatir nampak jelas di wajahnya saat menunggu hasil pemeriksaan.

"Cuma pusing sama mual aja kok, Bang. Jangan khawatir gitu." Hibur Chimon, tangan mungilnya meluruskan kerutan di dahinya akhibat kecemasan yang luar biasa.

"Apa kamu keracunan makanan? Aduh, salah Abang semalam gak beliin yang cocok sama perut kamu. Pasti lidah kamu belum terbiasa sama makanan di sini." Ujarnya.

"Udah...tad-" belum selesai Chimon bicara, si dokter yang mendampinginya selama magang masuk kembali ke ruangan. Wajahnya menyiratkan sebuah kabar baik.

"Wah, selamat. Sebentar lagi kalian jadi Ayah." "Hah?!!" Pluem dan Chimon sama-sama melongo. "Bibit gue jadi juga, Mon."

"Diisi terus sama lu, njing."

Jadi gais, akhirnya mereka rujuk. Haha.



OffGun's Son In Law (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang