EXTRA 1 (Pluem x Chimon)

82 6 0
                                    

Dua bulan kemudian

Chimon cuma dikasih waktu tiga hari untuk bisa menemui si Abang. Karena hari berikutnya dia harus masuk kuliah. Gila rasanya gak dikasih kabar sama Bang Pluem.

Bisa-bisanya sejak dia pergi hp Chimon adem ayem. Sama sekali dicuekin, pesannya gak pernah dibalas. Agak malu pas Chimon minta alamat lengkap Bang Pluem magang.

Sekarang alamat sudah di tangan. Chimon mondar-mandir di kamar motel yang disewanya. Nyari alasan buat ketemu si Abang. Kan gak mungkin dia nyelonong masuk terus tiba-tiba ngejelasin semua. Yang ada dia bisa diseret keluar.

Hemm, gimana kalo pura-pura sakit. Yup, sebuah ide yang bagus. Chimon memandangi kakinya yang sebenernya sehat. "Amit-amit, tapi ini demi hubungan gue sama Bang Pluem."

Paginya dia menyewa sepeda motor dari warga setempat dan menuju puskemas di mana si Abang internship.

Tempatnya yang antah berantah, membuat Chimon berhenti dua kali untuk nanya arah jalan. Bener-bener suasanya masih pedesaan banget, jalannya masih bentuk tanah merah.

"Hati lu murni banget sih, Bang. Mau ditempatin di wilayah ini." Gumamnya. Padahal dia tau, si Abang merubah keputusan memilih wahana karena dirinya. Tapi biar hatinya gak makin kecewa, Chimon menghibur dirinya dengan kata-kata bullshit.

***

"Suster, saya maunya diperiksa dokter Pluem," kata Chimon bersikeras. Bodo amat sama orang-orang yang ngeliatin tingkahnya dengan tatapan aneh.

"Maaf kak, untuk pemeriksaan biasanya dengan dokter James. Kakak ambil antrian dulu." kata suster yang jaga tempat pendaftaran. Chimon tambah gusar. Masa usahanya langsung gagal.

"Saya gak mau! Pokoknya harus dokter Pluem!" seru Chimon yang mendadak pura-pura gila.

"Kalo gak diiturutin saya mau tidur di lantai sampe dokter Pluem dateng!" katanya sambil menunjuk lantai keramik. Tak acuh dengan bisikan dari tiga orang yang berada di ruang tunggu.

"Masih muda kok gila," 

"Ho'oh, kasihan ya."

Chimon emang gila gara-gara ditinggal sama pujaan hatinya. Dan sekarang lagi proses membuatnya kembali ke pelukan.

"Kak, kalau kakak masih membuat gaduh, silahkan kembali besok. Mungkin suasana hati kakak sudah membaik." Kata si suster yang wajahnya keliatan ramahnya dibuat-buat. Dongkol kalik sama kelakuannya yang mirip preman.

Chimon mau nangis rasanya. Tapi maaf ya, sus, dia gak mau menyerah gitu aja. Karena tinggal dua hari lagi dia balik ke Chiangmai.

"Sus, saya cuma keseleo kecil. Cuma butuh diperiksa sebentar. Saya gak mau sama dokter James, maunya sama dokter Pluem." Chimon masih gak mau menyerah.

Si suster mengela napas kasar, "Oke, saya panggilin dokter Pluem. Tapi kakak tidak boleh ribut." Jawabnya.

Chimon kemudian duduk di kursi tunggu. Kaki kanannya selonjoran, meringis kesakitan. Kadang dipijit mata kakinya biar tambah meyakinkan.

"Dok, ada pasien yang menolak diperiksa sama dokter lain dan membuat kegaduhan di ruang tunggu." Lamat-lama Chimon mendengar si suster lagi ngadu.

Sialan, jaraknya makin dekat.

Chimon panik. "Oh, ya?" 

Deg!

Jantungnya seketika berhenti. Rasanya gak siap ketemu, tapi kalo menyerah usahanya akan sia-sia. Sumber suara yang dia rindukan selama ini ada di belakangnya. Dia hanya perlu menengok, maka matanya akan lebih jelas melihat manusia yang paling bikin sengsara seumur hidupnya.

OffGun's Son In Law (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang