20. (REV) Terlalu Istimewa (15+)

880 67 10
                                    

Chimon duduk nyender sofa di kamarnya. Matanya tertutup. Pikirannya rumit. Dia sadar ada Bang Pluem di sampingnya yang juga bungkam. Sudah dimintanya pulang, tapi dasar batu, jawabnya gak mau ninggalin dia sendirian. Dan sejak tadi mata calon suaminya itu tak juga berkedip memandanginya. Sebegitu menarik kah dia?

Terlalu istimewa, mungkin?

Chimon membuang napas panjang. Harapnya, sesak yang memenuhi dadanya lebih longgar. Hampir tiap hari begini, lama-lama bisa mati. Masih muda aja udah banyak pikiran.

Dia sudah gak menolak perjodohan ini. Tapi sikapnya kepada Abang masih belum bisa dirubah. Masih ketus kaya biasa. Kadang mau gak mau. Entah apa yang mau dibuktikan dengan tingkahnya yang kaya gini. Menguji cintanya si Abang? Apa mau mengukur sayangnya si Abang? Dia saja gak tau mau cari jawaban dari pertanyaan yang mana.

Apa karena dia takut?

Ada yang datang dengan membawa perhatian dan kasih sayang dihidupnya yang hambar dan seorang pejuang cinta. Dia gak pernah diperjuangkan oleh seseorang. Yang mau mati-matian mempertahankan meski Chimon gak sanggup.

Ia mengusap wajah lelahnya. Setelah seharian dijemur kaya ikan asin, malamnya disuruh over thingking. Rasanya capek dan mau menyerah.

Mau gak mau, siap gak siap tanggal pernikahan sudah ditentukan. Yang akan tiba dalam waktu tiga minggu. Dia sengaja menyilang tanggal yang terlewat pada kalendernya di atas meja setiap pagi. Bukan berarti dia gak sabar, cuma itu bisa membuatnya tetap pada realita.

"Bang, hari Rabu ada diskusi dengan WO milik Paman Arm di rumah. Abang ada waktu kan?" Chimon yakin, Abang gak punya banyak waktu luang untuk sekedar mendiskusikan rencana pernikahan mereka. Chimon gak terlalu kecewa, karena ide awalnya punya Papa. Jadi biar Papanya yang memutuskan.

"Jam sebelas malam Abang baru pulang, Mon. Maaf ya, kalau waktu Abang sedikit buat kamu. Abang tak janji akan mengganti, tapi waktu yang Abang punya pasti akan dihabiskan denganmu. Membuatnya menjadi kenangan paling indah buat kamu."

Chimon sudah gak sanggup menerima kata-kata manis dari bibir si Abang. Hati siapa yang gak bergetar mendengarnya?

Chimon mengganti posisi duduknya. Dimiringkan badannya, tangan kiri dilipat dibuat bantalan kepalanya, yang kanan nganggur di atas paha. Wajahnya sejurus dengan Pluem yang belum juga perpaling memandangnya. Mereka saling menatap, kemudian dia ditawari senyum yang paling manis.

Jujur, itu membuat hatinya berdesir. Mulai detik ini dia akan menyakiti laki-laki di hadapannya dengan tingkahnya. Apakah dia terlalu egois? Tapi paksaan dari banyak orang membuatnya ingin berontak.

Wajah Chimon hanya berjarak seruas jari dari Pluem. Terbawa suasana yang nikmat, chimon mencondongkan tubuhnya, kemudian mendekatkan wajahnya.

Yang dituju hanya menatap balik heran, seolah matanya bertanya,

'Kamu mau ngapain?'

Wangi tegas Christian Dior Eau Sauvage memenuhi dadanya. Menariknya lebih dalam, membuatnya penasaran dengan apa yang ditawarkan. Ia hanya ingin menyentuh bibir yang sering mengutarakan kata-kata manis. Yang sering menggodanya hingga tersipu. Yang tertawa sama guyonan garingnya. Ingin merasakan lembut dan hangatnya dari bibir yang selalu tersenyum begitu melihatnya.

OffGun's Son In Law (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang