Bab 6 ; Take over

61 6 0
                                    

"JAVII AYO MAIN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JAVII AYO MAIN."

Anak kecil berumur tujuh tahun itu berkali- kali berteriak di depan rumah yang sangat besar, tenaga nya sudah habis untuk memanggil temannya yang kunjung datang.

"Maaf nak Jun, nak Galtero, mas Sam nya sedang sakit, sekarang sedang beristirahat di kamar jadi sama ibu dan bapak mas Sam nya tidak boleh bermain, nanti main lain kali kalau mas Sam nya sudah sehat ya." Yang mereka tunggu tidak keluar, yang keluar hanya pekerja rumah yang bekerja di rumah Sam.

"Yah, engga bisa main bersama Javi," Rengut kedua anak itu saat mengetahui Sam tidak dapat pergi bersamanya.

"Kita boleh menjenguk Javi tidakk?" Tanya Jun, dengan tangan kecilnya memegang wanita paruh baya yang berada di depannya.

"Boleh sekali, mari saya antar."

Kedua anak kecil itu terus berjalan mengikuti wanita yang lebih dulu jalan di depannya. Setiap sisi yang mereka lewati adalah hal yang sangat menakjubkan, mereka memang tetangga tetapi tipe rumah milik Sam berbeda dengan yang lainnya.

Dua rumah dibuat menjadi satu dan di buat dengan bentuk yang lebih megah dan elegant, namun tidak sembarang orang yang dapat memasukki rumah itu. Hanya orang-orang yang memiliki akses dan kepentingan yang dapat menginjak rumahnya.

"Jun, rumahnya besar sekalii," Bisik Galtero kepada Jun, yang disetujui oleh lelaki kecil itu.

"Kamar mas Sam disini, saya menunggu diluar saja ya."

Galtero mendorong tubuh kecil Jun agar membuka pintunya, sebab Galtero tidak mencapai gagang pintu yang jauh di atasnya.

Saat mereka masuk, pandangan yang membuat kagum Jun serta Galtero adalah lemari kaca yang berisi banyak hotweels dengan berbagai macam corak. Di sisi lainnya terdapat figura dari film Marvel yang hanya ada beberapa di dunia.

Namun atensi mereka teralihkan saat Sam memanggil mereka dengan nada ketus.

"Kalian ngapain kesini?" Tanya Sam kecil, suaranya terdengar sedikit serak, mungkin karena sedang dalam keadaan sakit jadi berpengaruh.

"Kita mau jenguk kamu, kata ibu itu kamu sakit dan tidak bisa bermain, jadi kita mau lihat keadaan kamu aja," Ujar Galtero yang mendapat anggukan setuju dari Jun.

"Engga dimarahin satpam depan kan karena masuk sini?" Tanya Sam memastikan.

"Tidak ada tadi, jadi kita berani masuk kedalam."

Asiknya mengobrol antara Sam dengan Galtero, mereka lupa bahwa ada Jun yang sudah terisak, anak kecil itu mulai menunduk dan berjongkok mendekap tubuhnya sendiri. Sam dan Galtero bingung dengan aksi temannya yang tiba-tiba menangis.

"Kamu kenapa Jun?" Tanya Galtero ikut berjongkok di depan Jun.

"A-aku sedih melihat J-javi sakit," Ucapnya dengan terisak, Sam yang mendengar pun ikut turun dari ranjangnya dan menghampiri kedua temannya.

"Aku tidak apa-apa Jun," Balas Sam sembari mengelus pelan surai rambut pendek Jun.

"Tuh, tadi Javi sendiri yang bilang kalau dia tidak apa-apa, Javi kan juga lagi istirahat nanti dia sembuh, iya kan Javi?" Galtero berusaha meyakinkan Jun.

"K-kalian jangan sakit ya, aku sedih kalau kalian sakit."

***

Setelah dokter yang menangani Sam berkata bahwa lelaki itu akan membaik, semua anggota Gastura langsung berpelukkan satu sama lain, mereka tidak kuasa menahan air mata atas kebahagiaan sederhana yang Tuhan berikan.

Saat ini Sam sudah dipindahkan ke ruang rawat, agar mereka bisa melihat kaptennya secara bergantian. Namun saat ini lelaki itu masih terpejam akibat obat bius.

"Kita balik dulu ya, engga enak juga rame-rame disini, kabar-kabaran aja kalo kapten kita udah bangun," Ucap Rio mewakili teman-temannya berbicara kepada Galtero.

"Aman, makasih ya bro udah sempetin dateng kesini, hati-hati di jalan." Setelah itu mereka bersalaman dan pamit, menyisakan kelima orang yang akan menunggu Sam bangun.

Setelah semua meninggalkan ruang rawat Sam, anggota inti memilih untuk duduk di sofa yang disediakan. Mereka memang memilih tipe kamar yang paling bagus, sebab mereka juga akan tinggal disana untuk menjaga sahabat sekaligus keluarganya.

"Oh iya, lo mau gue anterin?" Jun baru tersadar jika ia kerumah sakit bersama dengan seorang perempuan, ia baru menyadari keadaan Ashley yang sedari tadi berdiri dekat ranjang Sam.

"Emm..Gue boleh disini dulu engga? Nunggu Sam bangun," Izin Ashley kepada teman-teman Sam.

"Lo sebelumnya udah kenal Sam ya?" Tanya Diego, karena dari gelagat Ashley benar-benar ingin menunggu lelaki itu bangun. Sedangkan perempuan itu hanya mengangguk kecil.

"SAM," Teriakkan Galtero mampu mengalihkan atensi kelima orang yang berada disana, lalu mereka bangkit dan menuju ranjang Sam saat Galtero meneriakkan nama lelaki itu.

"Udah anjir, lo diem aja." Jun menahan Sam yang berusaha ingin bangun, baru saja selesai melakukan operasi lelaki itu sudah banyak gerak.

"A-ashley?" Tanya Sam terbata-bata saat melihat perempuan yang berdiri diantara teman-temannya.

"Shhh, tangan gue," Ringis Sam sembari memegang lengan sebelah kiri nya dengan pelan karena rasa sakit terus saja menggerogoti tangan sebelah kirinya yang baru saja di operasi guna mengambil peluru yang masuk begitu dalam sehingga saat ini Sam belum boleh melakukan aktifitas menggunakan tangan kiri.

"Nakal banget dibilang, Sam Javier!" Bentak Jun. Mereka tidak heran lagi, hanya Jun yang berani membentak Sam di depan banyak orang.

"Bacot."

"Sam, takutnya bekas operasi tadi belum kering loh, kata dokternya lo juga belum boleh banyak gerak." Ashley memegang lengan kanan Sam agar lelaki itu tidak iseng memegang lukanya.

***

Seluruh anggota Gastura tengah berkumpul di markas, saat salah satu dari mereka menghubungi bahwa Lastura kembali mengusik Gastura dengan meneror salah satu anggota yang tinggal berdekatan dengan markas Lastura.

Hal itu tentu membuat Gastura marah, sebab tidak boleh ada siapapun yang mengganggu ketenangan anggotanya. Rapat kali ini Jun dan Galtero yang maju untuk memimpin, sebab Sam masih berada di rumah sakit untuk melanjutkan perawatan lebih intensif, lelaki itu tidak sendiri, ada Ashley yang mengajukan diri untuk menjaga kaptennya.

"We must maintain solidarity, our captain cannot come, we have to prove it." Jun berdiri di depan ratusan orang yang memberikan tepuk tangan untuknya.

"I'll take over Sam," Batin Jun.

***
SAM JAVIER
©SYLDYY

DRIVING TO REALITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang