Bab 8 ; Ayah

30 4 0
                                    

"I don't want to take care of that company

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I don't want to take care of that company."

"Hei Dad, I don't even understand how the company runs."

"When I take over the company and go to England how can I interact with them?"

"No..no..no don't turn off the phone dad, please I still want to talk and shit-"

Jun menatap ponselnya tidak percaya, layarnya sudah mati begitu saja saat ayahnya mematikan telphone sepihak.

"Come on dad, Jun bukan anak kecil lagi," ungkapnya tidak percaya dengan apa yang ayahnya katakan. Jun sudah sebesar ini untuk bisa menentukan tujuan hidupnya sendiri, namun ia tidak bisa berkata lain sebab ayahnya sudah memutuskan hidup Jun bahkan dari lelaki itu masih duduk di bangku SD.

Seperti anak tunggal yang diwarisi perusahaannya, namun sebenarnya Jun memiliki adik perempuan yang sedari dulu Jun belum menemuinya. Adik perempuan Jun dibawa oleh mama nya, bahkan saat adiknya lahir Jun belum menemuinya sebab ketika mama nya sedang mengandung tujuh bulan, saat itu keluarga Jun sedang diuji sangat besar.

Ayahnya mengalami kemerosotan yang begitu pesat saat itu, membuat pria itu melepas istrinya kepada temannya untuk membiayai kehidupan anak dan istrinya, namun entah mengapa saat itu mama nya tidak membawa Jun pula dan meninggalkan anak kecil itu bersama dengan ayahnya.

Bagaimana Jun bisa tahu kalau adiknya perempuan? Ayah pernah mengatakan kepadanya, dan ayah pernah bertemu dengannya beberapa kali, berbeda dengan Jun yang sampai saat ini masih menyari keberadaan mama dan adiknya.

Malam ini Jun merasakan kepalanya penat, sebab ayah mengatakan kepadanya bahwa ia harus memegang perusahaannya yang berada di Inggris, sudah stabil memang perusahaannya namun tidak untuk keluarganya.

"hello bro, what are you doing here? There is no intention to jump down right instead of dying?" Galtero datang dengan segelas kopi di tangannya yang langsung beralih ke Jun, mereka berada di rooftop rumah sakit tempat Sam dirawat, tadi ketika Jun ingin masuk ia melihat dari depan pintu ada papanya Sam jadi ia mengurungkan niatnya begitupun dengan Galtero yang langsung paham kemana perginya Jun.

"Otak gue engga secetek itu untuk lompat kebawah," ucap Jun yang diangguki pelan oleh lelaki disampingnya.

"Bokapnya Sam dateng Gal, ada Jendra juga kayaknya tadi." Jun menatap Galtero untuk meminta saran darinya.

"Gue engga enak lah mau ngusir mereka, mau gimanapun Om Abra kan bokapnya Sam dan Jendra adik tirinya," jawab Galtero yang disetujui oleh Jun.

"Tapi gue engga liat nyokapnya tadi," gumam Jun.

"Udah parah beliau, padahal pas awal-awal nyokapnya pergi Sam selalu kirim surat, tapi selalu di tolak dan berakhir di rumah Sam lagi kan?"

"Eh Gal, lo kelar kuliah ini beneran mau pindah ke Singapura?" Tanya Jun yang tiba-tiba yang kepikiran dengan obrolan Galtero di telphone saat di markas tadi.

DRIVING TO REALITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang