BAB 3 : Amplop Merah

86 8 0
                                    

Impostor POV :

"Aku takut banget sumpah anjir. Apa lagi waktu dia tengkar sama Rey."

"Biarin anjir. Aku juga gak mau mati di sini. Kalau kita gak bunuh satu orang dalam sehari, kita yang bakal di jadiin tumbal."

"Gara-gara awamu c*k! Ego mu terlalu besar. Saran ku ojok kompor-kompor dari pada mati duluan."

"Sttt.. kelar-kelar."

".... Bunuh orang, dosa. Bunuh diri, dosa juga. Lebih besar dosa yang mana mas?"

".... Gak komen lah! Ealah anjeng, terus apa rencana nya? Apa beneran harus bunuh orang satu-satu? Njir serasa gak suci lagi. Abis game ini selesai, mandi besar aku."

"Saran ku, jangan terlalu kompor. Bisa-bisa malah di tuduh jadi impostor."

"Tapi, kalau aku gak ngelakuin itu, mereka malah curiga. Soal nya sifat ku biasa nya ya gini."

"Anjayy~ sadar ternyata." sorak semua.

"Ha~ aku gak mau, aku gak mau bunuh mereka. Mending bunuh diri aja. Hiks.."

"Jangan nangis. Gak bakal ada yang kamu bunuh."

"Kata siapa? Gak adil dong? Bro, ku pasti in kita semua bakal reonian di neraka dengan alasan dosa yang sama dan setara."

"Gila ya!!?" salah satu lelaki mendorong murid lelaki yang baru saja bicara.

"Kenapa? Salah!? Disini kita bertahan hidup. Enak banget dia numpang doang tapi selamat tanpa dosa." Teriak nya. Helaan nafas frustasi terdengar.

".... Siapa yang eliminasi empat orang itu?" Suara paling kalem terdengar. Namun tak ada jawaban sama sekali. Bahkan dua orang yang tadi nya ribut kini diam membisu.

"Kan? Kalian gak ada yang mau jujur!! Hiks.. apa kita bisa di bilang manusia!? Aku ngerasa kita udah kayak iblis tau gak!! Hiks.. kenapa sih harus ada yang egois!? Siapapun yang bunuh, kenapa gak diskusi dulu!!?"

"Hiks.. harus nya mungkin k-kalau kemarin hiks kita nuruti Rani m-mungkin kita masih hiks... B-bisa selamat. Hiks.. aku pengen pulang~~ hiks.."

"..... Pokok nya, sekarang giliran kalian." kata si egois. Semua menoleh ke arah nya. Lelaki yang tadi mendorong nya itu menjawab "Maksud mu?" Ia hanya menghela nafas. Tatapan nya mengarah tajam ke-12 teman nya yang ada disana. "Waktu kalian buat eliminasi mereka. Aku, udah eliminasi dua orang."

Lima perempuan yang ada disana langsung lemas. "Siapa?" Tanya salah satu perempuan yang masih tetap diam. "... Sheila, Rani." salah satu perempuan langsung menangis dan enggan menyerang nya namun langsung di tahan oleh yang lain. "Tega banget kamu? Kamu pikir kamu punya hati hah!!? Hiks.."

"Terus, Cinta? Dia juga ada didekat Sheila, Rani kan?"

"Bukan aku. Dia sempat mau kabur. Aku pikir bakal aku lolosin, tapi ada yang bunuh dia."

"Aku.. yang eliminasi Cinta. Aku pikir kalau ada crewmate yang tau kalau dia impostor, pasti kita semua bakal kena bahaya."

"Kenapa kita? Cuma dia. Bisa gak jangan gegabah terus? Selalu mikir diri sendiri." sindir salah satu laki-laki lain.

"Heh? Merasa berkuasa ya? Merasa semua anak kelas selalu nurut apa yang lu omongin? Ini nyangkut nyawa. Kenapa gak pergi aja jadi pahlawan ngaku kalau lu juga impostor?"

"Maksud mu? Siapa yang sok jadi pahlawan disini? Oy, kamu pikir semua anak disini suka sama sifat mu? Kalau kamu terus-terusan buat semau mu, kita bisa aja ngelabuin para crewmate buat vote kamu. Gak susah banget kok."

Among Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang