BAB 11 : Shapeshifter Chika

36 7 7
                                    

“.... Nak ngunu aku gak bakal percaya ambek pean maneh.”

“Ojok guyon a, aku wes gak isok beda no ndi guyon ndi seng temenan iki.” kata Lea dengan nada kesal. Ia lanjut menulis di kertas. Farit yang ingin tahu apa yang Lea tulis akhirnya mengintip tulisan Lea. Lea terdiam sejenak, ia baru menyadari sesuatu. “Impostor ada 12. Di eliminasi 6, sisa 6. Waktu kita kumpul emang udah pas ada 6 orang. Tapi, impostor Shapeshifter muncul. Berarti ada 7 kan? Lah?? Impostor nya 13 laan!?” Lea bicara sendiri, tapi Farit yang mendengar setiap kalimat Lea juga merasa itu masuk akal. “Eh, berarti... onok seng duduk impostor siji mbak.” Jawab Farit. Lea mengingat sesuatu tentang peran-peran baru. “Sek, peran yang nyamar jadi impostor sama bisa bangun dimalam hari itu nama e... Engineer??” Farit mengangguk “Lah berarti!? Onok seng engineer laan diantara enam arek iki!?” tanya Farit memastikan. “Ah wes pikir engko maneh ae. Ndang metu!” Farit menyuruh Lea untuk segera keluar dan membantu lainnya. Lea berdecik mendengar hal itu.

Setelah beres dengan mayat Nadya. Lea kembali ke lab. Farit menulis banyak catatan di kertas yang Lea tulis tadi. Lea membaca nya dengan hati-hati dan melihat situasi setiap saat. “..... Anjay~ sejak kapan mas Farit se-pinter iki?” ejek Lea. Ia kembali membuka laptop didalam tas Putri. Tanda panah masih mengarah pada gerbang sekolah. Lea memasukan laptop kembali, dan keluar lab mencari Farit untuk membicarakan sesuatu.

“Kunci ne ilang?” tanya Farit dengan suara pelan namun penuh tekanan yang kuat. Lea mengangguk. “Lah kok isok!?” respon menyebalkan bagi Lea. “Tak tinggal ambek Livvi. Gara-gara pas Cece teriak nemu jasad e Rey digantung ndek kamar mandi.” Farit menghela nafas panjang, ada-ada saja masalah untuk nya. “Lah lapo mbok tinggal iku??~ Ngerepoti wong repot ae.” Gumam Farit. “Halah! Kayak repot lapo ae! Wong yo gak lapo-lapo.” bentak Lea karena sudah kesal. Farit berdecik malas mendengar hal itu. “Ayo a mas, bantulah cari. Buktikan nak pean iku beneran orang baik.”

“Barean lho, kok isok~~ ngunu lho. Yo iku pasti dijukuk impostor anjing iku.” Kata Farit dengan nada geram. Lea mengangguk setuju “Iyo setuju!”

“Tak bantu. Tapi aku pengen ndelok laptop e Putri sekali-kali.” Lea terdiam mendengar hal itu. Sejujurnya ia percaya tidak percaya dengan peran dan kebaikan Farit. Wajar jika Lea berfikir begini karena Farit sendiri terkadang juga tidak yakin dengan peran nya. “Pean iki beneran impostor kan? Impostor biasa kan? Duduk pendukung Shapeshifter kan?” Tanya Lea memastikan. “Parah seh gak percaya ambek teman ngene iki. Wah! Wes, kecewa se aku ngene iki.” Lagi-lagi respon menyebalkan bagi Lea. Lea menghela nafas panjang, berusaha sabar dengan orang yang satu tahun lebih tua darinya itu “Nggena a mas! Ngene iki ngeribeti wong gak tau ribet!” Farit tertawa mendengar kecil hal itu. “Iyo mbak!~ aku impostor biasa, gak tau bunuh-bunuh. Kurang baik apa aku?”

“Iyo wes iyo engko! Wes metu o, pasti digoleki Bagus engko.” Mendengar itu Farit berdecik “Apane! Bagus saiki ambek Rafi ngunu!” Lea tersenyum jahil saat mengetahui hal itu “Hiya~ gak nduwe kanca hiya~” sorak nya. Farit keluar dengan kesal sambil medumal tidak jelas setelah mendengar Lea mengejek nya. Lea tertawa puas akhirnya bisa menjahili orang yang menyebalkan bagi nya. “Ngerepoti wong repot ae.” gumam Lea, dengan cepat mengubah mimik wajah nya menjadi kesal.

Ia menutup pintu, setelah mengecek Farit telah berjalan masuk ke koperasi. Lea menghela nafas lega. Ia mengunci setiap pintu yang ada di lab dan memasukkan nya ke saku celana. Laptop masih menyala. Lea mencari letak dimana mereka bisa memasukkan kode game yang harus mereka cari. “Lab 14, 15, 16.” Lab DKV yang Lea tempati. Ketiga lab itu berjejeran dan diberi pintu penyambung. Mengetahui akan ada yang datang, Lea menyembunyikan laptop nya. Livvi membuka pintu Lab, menatap Lea yang diam dengan eskpresi bengong.

Livvi masuk dan menutup pintu. “Gak nyari kunci kah?” tanya Livvi. Nadya yang awal nya mereka curiga sekarang sudah ter-eliminasi, bersama dengan Winda yang memergoki kasus kunci sewaktu itu. Tak ada yang bisa mereka curigai lagi sekarang. Tersisa delapan orang, Lea juga tidak yakin apakah impostor bertambah satu? “Shapeshifter. Impostor yang bisa nyamar jadi pemain lain. Dia jebak Chika sama Nadya, ngebunuh Winda didepan Cece. Terus, ngebunuh Digo. Duh!! Masalah e aku gak tau tadi malem gimana.” Gerutu Livvi. Lea terdiam, mendengar Livvi membuat nya curiga sedikit. “Gak mungkin Shapeshifter ngelakuin semua ini sendiri. Pasti de e juga dibantu impostor lain.” Jawab Lea. Pintu lab kembali terbuka. Bagus masuk ke lab bersama Farit dan Rafi. Farit pasti sudah menceritakan apa yang ia bahas tadi bersama Lea ke Bagus. Lea menghela nafas panjang, padahal semua yang ia katakan tadi belum tentu benar.

Among Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang